Denata
Bagian 14
Nata kini membawa gadis itu ke tempat les biolanya, dengan Ester yang sudah berdiri di ambang pintu masuk sambil tersenyum manis ke arah gadis itu yang datang bersama dengan pujaan hatinya. Nata.
"Laska." Panggil Ester, namun Alaska acuh dirinya lebih memilih untuk segera masuk ke dalam meninggalkan Ester yang terdiam beberapa saat sampai akhirnya, lamunannya itu hilang ketika Nata menepuk bahu gadis itu dan menyuruhnya untuk segera masuk.
"Mood nya lagi nggak bagus maklumin aja." Ucap Nata kemudian memasang helm nya di kepala.
"Iya gapapa, yang penting kamu nggak deket lagi sama aku itu udah cukup." Nata mengangguk kemudian berlalu meninggalkan Ester yang menggenggam tas biolanya kemudian berjalan masuk ke dalam sana.
Di dalam sana Alaska mulai memainkan alat musik itu bersama dengan teman-temannya yang lain, hingga saat di tengah-tengah latihan mereka terfokus pada plester di telunjuk Alaska, bukannya mengurang justru plester itu semakin memenuhi jari-jari di tangan gadis itu.
"Lo kurang lemes Las mainnya."
"Iya aturan lo lemesin kalau main."
"Tegang ya Las? Coba deh minum teh dulu terus nafasnya lo atur, jangan tegang."
Alaska hanya bisa menanggapi nya dengan anggukkan kecil dan juga senyuman khasnya. Kemudian tangannya meraih kembali alat penggesek itu dan mulai memainkannya sesuai apa yang mereka latih.
-Play the bgm-
Dentingan piano, juga terompet, dan suasana musikal lainnya mengiringi proses berjalannya latihan. Mereka semua larut dalam suasana musik ini yang begitu arogan dan juga bersemangat.
Alaska menikmatinya, begitu juga dengan yang lain, nada dan tempo nya begitu cepat. Banyak dari mereka yang memejamkan mata ketika nada mereka sudah mencapai puncaknya hingga.
Senar biola Alaska putus, menyisahkan luka goresan lurus yang panjang mengikuti ukuran telapak tangan kirinya, darah segar keluar sehingga membuat mereka menyudahi permainannya.
Kini, mereka terdiam.
"Lanjutin aja, latihan tanpa gue." Ucap Alaska sambil berlari kecil keluar dari ruangan kedap suara itu menuju ruangan latihan biasa, disana Alaska menangis bukan karena perih yang ia rasakan melainkan bagaimana dan apa yang harus ia katakan pada Papa jika senar biolanya putus.
Kemudian suara pintu ruangan terbuka membuat Alaska menoleh sambil melihat Ester yang masuk dengan membawa kotak P3K untuknya, gadis itu duduk sambil menuangkan alkohol ke atas kapas, kemudian mengambil tangan Alaska.
"Tahan ya Las." Ucap Ester sambil mentotol-totolkan kapas itu ke luka Alaska, sebelum itu Ester sudah membersihkan kotoran dari telapak tangan gadis ini. Lalu gadis itu mengambil gulungan putih dan menutup luka Alaska dengan gulungan itu. Rapih.
"Nah udah selesai." Ucap Ester sambil memasukkan barang-barang tadi, yang ia gunakan untuk mengobati Alaska.
"Makasih." Ucap Alaska kemudian gadis itu bangkit dan meninggalkan Ester disana.
Biola Alaska sudah berada di luar ruangan beserta dengan tas nya, Alaska bisa melihat dengan jelas bagaimana senar itu putus dan menyisahkan darahnya yang menyelimuti senar itu. Alaska harap itu menjadi buktinya, agar Papa tak memarahinya.
Gadis itu bangkit setelah membereskan biolanya masuk ke dalam tasnya, lalu menelfon Nata.
"Aku nggak tau harus gimana lagi Nat, aku takut." Ucap Alaska sambil menatap kosong ke arah pagar rumahnya.
"Masuk aja, aku temenin." Alaska yang awalnya ragu perlahan-lahan memberanikan diri, gadis itu segera membuka pintu gerbang rumahnya dan menemukan Papanya berada disana tengah menyesap kopi.
"Udah pulang?" Tanya Papa, ramah.
"Papa..."
"Eh ada Nata juga." Ucapnya sambil berjalan mendekat ke arah Alaska dan Nata.
"Gimana latihannya?" Tanya Papa gadis itu sambil menarik tas biolanya dari punggung Alaska.
"Nggak apa-apa, kamu istirahat nanti Papa benerin biola kamu ya, gapapa. Dan nanti ikut Papa yuk." Alaska mendongak, sambil menahan air matanya yang ingin jatuh.
"Papa nggak marah?" Papa menggeleng.
"Papa nggak marah, justru Papa mau minta maaf ke kamu... Papa salah, seharusnya Papa nggak begitu dan nggak lakuin itu ke kamu, terima kasih ya nak udah buat Papa sadar." Ucapnya sambil mencium kening Alaska dengan lembut. Kemudian matanya beralih pada tangan Alaska yang di perban, apakah dirinya begitu keras dalam hal mendidik Alaska? Alaska bermain tak sepenuh hati jadinya setiap kali ia bermain, Alaska akan sering terluka. Dan Alaska terluka karena penyebabnya.
Terlalu mendesak gadis itu sampai-sampai dirinya menjadi terluka.
"Sakit ya Las." Alaska mengangguk saat Papa menanyakan itu.
"Maaf."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Denata | Jaehyun (SELESAI)
Teen FictionAlaska yang mencoba sabar? Ester yang mencoba menjelaskan? Atau Nata yang tak berperasaan? Semuanya memiliki tanda tanya masing-masing, berjuta-juta kali pria itu meminta maaf tetapi berulang kali dia mengulanginya, hingga sampai dimana Alaska lelah...