"Phi Bar," suara itu sudah sangat familiar ditelinga Bar. Dia hanya harus mengabaikannya dan melanjutkan sarapannya sebelum kelasnya dimulai.
Dan juga disaat seperti ini entah ditelan bumi bagian mana teman-temannya.
"Phi Bar," pemilik suara itu sudah duduk terlebih dahulu dihadapan Bar sebelum Bar mengucapkan apapun.
"Hmm..."
Senyuman manis tercetak diwajah lelaki jangkung berkacamata itu.
"Hei, Phi, kau tahu aku baru saja membeli buku," ucapnya.
"Ya, kau sudah minta izinku tadi pagi untuk membelinya," ucap Bar datar.
"Hehe, benar juga," Gun mengusap belakang lehernya.
"Ah, tapi kau harus tahu ini Phi," ucapnya membuka lembaran buku yang sudah ia taruh sebelumnya.
Bar menyandarkan dagunya pada tangannya yang ia taruh diatas meja setelah memindahkan piringnya.
Dia tertarik tapi harus menjaga imej.
"Phi tahu bedanya Phi dengan kipas angin?" Ucap Gun menatap Bar penuh harap setelah membuka lembaran pertama.
Kening Bar berkerut, dia punya feeling buruk tentang ini.
"Tidak tahu?" Ucapnya ragu.
"Kipas angin untuk menyegarkan dari rasa panas tapi Phi membakar ku dengan angin cintamu," ucapnya dengan mata berkedip-kedip.
"Wha...." Bar segera bangun dan pergi begitu saja meninggalkan Gun yang terpana.
Akan wajah Phi Barnya yang sangat memerah.
.
.
.Heueheuheueheueuee