Terima kasih yang sudah vote & komentar di Chapter sebelumnya :)
Mari taburkan bintang di chapter ini dear :)
***
Pagi ini Sandra sudah rapi dengan seragamnya. Meskipun kemarin ia tak tahu siapa yang duduk bersebelahan dengannya di kelas lantaran tidak sengaja tidur di gudang, tetapi dia tetap semangat menyambut hari pertama proses belajar mengajar dimulai.
Gadis itu hanya berharap ia tak sebangku dengan Galio Satama. Sudah itu saja. "Pa, aku berangkat sama Rino ya! Papa nggak usah repot-repot antarin aku! " ujarnya disela menghabiskan sarapan paginya.
Zion mengrnyitkan dahi mendengar anak gadisnya mengatakan itu. "Kenapa Rino, San? Kamu nggak minta jemput Tama saja?" tanyanya.
Sandra mendengus sebal. "Ngapain Tama jemput? Aku yakin dia udah jemput Nada sekarang," tuturnya sembari mengedikan bahu.
"Masa Tama gitu, San?" Sera yang mendengar jawaban anaknya ikut bergabung dalam obrolan mereka.
Sandra menganggukan kepalanya. "Iyalah, dari dulu kan emang gitu!" ujarnya. "Terserah Tama saja! Lagian Rino udah janji mau ngajak aku bareng mulai sekarang," ucapnya dengan bangga. Jelas dia bahagia, artinya papanya tidak perlu lagi memaksanya berangkat pagi-pagi buta karena takut terlambat, padahal alasan yang sebenarnya adalah papanya itu masih ingin berduaan bersama mamanya. Maklum saja, mereka tidak perlu ke kantor, karena mama dan papanya mengelola restoran. Jadi, kalau ingin memantau restoran, datang siang pun tidak masalah.
"Nggak bisa gitu dong, Nak! Kamu sama Tama harus akur, gimana mau serumah nanti kalau sejak dini masih seperti tom and jerry," tegur Sera.
Sandra ingin muntah medengar kata serumah dari mamanya. Kenapa juga mereka harus serumah kalau sebentar lagi Tama memintanya membatalkan perjodohan demi bisa bersama Nada.
"Mama, dengar ini Ma, aku sama Tama nggak saling suka. Tama sukanya sama Nada, kok, bukan aku." Sandra menjelaskan.
Bukannya kesal, tetapi Sera tersenyum sambil melirik suaminya melihat bagaimana cara Sandra menjelaskan perasaan Tama.
"Maksudnya kamu yang suka Tama, begitu?"
Sandra melotot. "Papa! Nggak lah, siapa juga yang suka sama cowok sok kegantengan kayak Tama!" sebalnya.
"Tapi Tama beneran ganteng kok, Sayang," Sera menimpali. Sengaja memuji Tama agar putri semata wayangnya itu semakin salah tingkah. Namun, bukannya Sandra yang memerah, justru Zion yang marah. "Apaan sih Ma! Mana ada si Tama ganteng! Masih gantengan Papa ke mana-mana," kesalnya.
Tanggapan Zion tersebut membuat Sera memutar bola matanya. Suaminya ini kenapa masih saja cemburu? Apa lagi ini cemburu pada Tama!
Astaga! Sera ingin menggigit Zion sampai berdarah rasanya.
"Ini lagi si Nada, nggak anak nggak Bapak sama saja! Zaman kita dulu Faldo yang deketin kamu sampai aku berdarah-darah ngejar kamu. Sekarang anaknya yang nempelin si Tama!" Zion mengomel. Dia sedang mengingat masa lalu rupanya.
"Emangnya dulu suaminya tante Lin pacarnya Mama, Pa?" tanya Sandra penasaran.
Zion menggerakan telapak tangannya di depan wajahnya sendiri. "Nggak! Untung Papa gerak cepat, San," jawabnya.
"Jadi kali ini, kamu juga nggak boleh kalah sama Nada, masa anak Papa kalah sama anaknya Faldo,"
Sandra mengunyah makanannya dengan cepat mendengar papanya membandingkan percintaan mereka. "Beda lah, dulu Mama cintanya sama Papa. Ini Tama sukanya sama Nada," ucapnya membuat perbedaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LULUH
Dla nastolatkówSequel Wedding Fashion & Wedding Flowers. *** "Karena gue terlalu baik buat lo!" Galio Satama. "Karena lo nggak pantas buat gue!" Sandra Antranajaga. Mereka berdua adalah Tom & Jerry di SMA Persada. Satu kelas, satu bangku. Bayangkan betapa hebohn...