Bab 29: Pernyataan.

236 23 44
                                    

Sejak kelulusan, Stella memilih untuk lebih jadi pendiam dan gak mau berinteraksi lagi dengan ikhwan yang modus saja.

"Kenapa susah ngetik, malah keinget jaman lalu," ujar Stella yang sedang duduk bersantai dengan di temani sebuah laptop pink apelnya dengan secup starbuks mang ujang di kampus.

Jadi benar, Syera, Ratu dan Audry ada di Uin antasari mereka yang mau. Sedangkan Sella dan Stella berada di Unlam. Kalau Agam, Ishak dan Alden mereka juga memilih untuk di Uin. Kalau Velan? di Unlam juga.

Sejak Stella duduk bersantai di bawah pohon rindang yang emak di buat khusus dengan profesional demi kenyamanan mahasiswa dan siswi Unlam disini.

Tiba-tiba ada pemuda yang mendekatinya lengkap dengan leptop berwarna biru di tangannya dan duduk tepat di hadapan Stella.

"Izin duduk di sini," ujar Pemuda itu, Stella hanya menganggukan kepalanya. Pemuda itu mulai mengerjakan tugas miliknya dan Stella juga bergulat dengan pikirannya.

"Ka Bara?" ujar Stella sejak itu Stella terpanah dengan Pemuda yang sedang asik bercengkrama dengan sang Tunangan, Maryam.

"Lo kenal sama Bara? oh iya, Gua Zahid anak semester 4 fakultas hukum, Lo?" ucap pemuda itu yang kemudian menutup leptopnya, Stella sedikit terdiam dengan keadaan.

"Ehm- Stella fakultas sastra semester 2 ka," ucap Stella yang nunduk, membuat Zahid tersenyum.

"Ouh baru, pantesan jarang-jarang ada akhwat bercadar ngampus dan duduk disini sendirian," ucap Zahid, membuat Stella bergedik ngeri.

Di sana padahal sudah ada mata yang mencincingkan tajam kepada pemuda yang hendak menggoda Stella. Stella baru saja hendak menutup leptopnya, Velan datang dengan sarkatisnya.

"Jangan sakitin apa lagi deketin!" cerca Velan yang sudah menghalang pemuda itu dari Stella. Zahid tersenyum miring.

"Emang lo siapanya? sok ngatur hidup orang," ucap Zahid membuat Stella terdiam sejenak. Dan tiba-tiba, "Aku lagi jaga hati ka, Maaf sebelumnya. Velan udah," tegur Stella yang kemudian memasukan cepat leptopnya ke tas dan berlalu dari dua pemuda itu.

Velan mulai mengejar Stella, "STELLA RADHINA REYES PRADIPTA!" jerit Velan dengan lantang, seantareo Unlam pun udah tau kalau Velan benar-benar mencintai Stella dengan tulus.

Dulu aja gak berani ngungkapin, saat ini berkali-kali malah hampir tiap hari Velan ngespam chat Stella, telpon Stella. Sangking khawatirnya selalu ngirimin go-food apa aja yang Stella mau, padahal mah Huda tuh yang mesan di belikan Velan.

Bucin able banget dah:)

"Kenapa Stell?" tanya Sella yang baru saja keluar dari jam fakultasnya, Sella mulai menghampiri Stella yang terburu-buru.

Stella mulai berhenti dan berpaling menghadap Sella, namun disana juga sudah ada Velan yang sedari tadi mengikuti langkah kakinya.

"Jadi ini? gak ada kapoknya ya, Udah sana lo!" usir Sella kepada Velan yang mulai berlutut di hadapan Stella. Seketika suasana jadi ramai, Velan terkenal dengan badboynya di UNLAM yang gak memungkinkan gak banyak fans, orang sampai ke universitas luar kota dia mah terkenal.

"Velan!" ucap Stella, "Iya sayang?" sahut Velan, membuat Stella darah tinggi.

"Udah ya, please understand me. I know you love me, i love you ups--" ucap Stella yang keceplosan. "Bukan artinya kamu harus kaya gini, Velan yang aku kenal dari jaman Smp sampai sekarang mana?" tanya Stella membuat Velan bangkit dari duduknya. "Tunggu besok, aku akan beri kejutan. See you Habib!" ucap Velan, yang untungnya mereka gak tau apa arti habib (Pacar/kesayangan) begitu lah ya Kisah Velan.

VELANSTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang