Min, 12 Apr 2020
🍑
"Maaf, Pak. Kami sudah tidak bisa menoleransi kelakuan anak bapak."
"Mohon maaf, ini sudah surat peringatan ketiga yang kamu dapatkan. Sekarang, keluar dari sekolah ini!"
"Pergelangan tangan patah, 12 jahitan di dahi dan tulang rusuk yang bergeser. Apa lagi yang bisa kami harapkan dengan siswa seperti kamu?! Keluar!"
BRAK!!!
Pak Giano Adhikari Kafeel menghempaskan sebuah surat berwarna putih dengan keras ke arah meja di depannya. Amarahnya kian memuncak setelah mendapat surat peringatan untuk ke seribu kalinya yang menyatakan kalau anak semata wayangnya lagi-lagi dikeluarkan dari sekolah.
"APA INI?!"
"Surat."
Laki-laki paruh baya yang akrab disapa Mr. Kafeel itu mendudukkan tubuhnya ke sofa dengan sekali sentakan cepat. Ia meremas rambut berpomadenya dengan kasar membuat tampilannya tak beraturan.
"Kamu tahu? Papa udah ngabisin duit 50 juta lebih cuma buat biaya operasi 9 orang yang kamu pukulin habis-habisan. Dan juga kemarin, papa udah ngeluarin duit banyak untuk sekolah baru kamu yang lebih bagus dari sekolah-sekolah kamu yang dulu, tapi ternyata itu nggak bisa hentiin kelakuan kamu yang berakibat akan dikeluarkan dari sekolah."
Mr. Kafeel menghela napas kasar. "Sekarang apa lagi? Tanya papa apa yang akan kamu lakuin lagi di sekolah baru kamu nanti?!"
"Bakar rumah kepala sekolah mungkin?"
Suara dentingan ponsel yang dilempar Mr. Kafeel sontak membuat Nuka yang sejak tadi memasang tampang tak peduli menjadi diam seribu bahasa. Bahkan ponsel keluaran terbaru itu sudah hancur berkeping-keping di lantai.
"Papa kenapa, sih?!" Emosi Nuka langsung tersulut begitu saja. Kelakuan papanya yang hobi sekali membanting-banting barang jika sedang emosi itu sampai sekarang tak pernah menjadi pemandangan yang bagus.
"Kamu yang kenapa?!"
"Ya, papa yang kenapa? Emang itu hape dibeli pake doa seenaknya dibanting-banting?"
Mr. Kafeel seketika mendengus. "Sekarang kamu baru sadar kalau nyari duit itu susah?"
Nuka memilih diam. Tidak berminat melanjutkan perdebatan dengan papanya yang semakin lama justru akan semakin menambah gemuruh di hatinya. Tanpa mempedulikan omelan papanya, Nuka bangkit menuju tangga yang akan membawanya ke dalam kamar. Satu-satunya tempat dimana dia bisa meredam segala kekacauan yang terjadi hari ini.
"Mau kemana kamu? Papa belum selesai bicara!"
"Tidur, ngantuk."
"Pokoknya papa nggak mau tahu. Besok pagi kamu harus tetap lanjut sekolah, papa akan daftarkan kamu di sekolah baru."
Nuka tersenyum mengejek. Dia tidak akan lupa kalau papanya itu adalah seorang presdir di salah satu perusahaan game online terbesar di Indonesia. Tapi tak seperti kebanyakan anak-anak remaja seusianya. Nuka justru tak pernah mengecap barang sekalipun hal-hal yang menjadi hobi paling diminati oleh remaja masa kini itu, terutama laki-laki. Dulu Nuka jelas terlalu sibuk untuk menghabiskan waktunya dengan menatap ponsel seharian penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
NUKA ZEE
Novela Juvenil[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA! HANYA CERITA FIKTIF ANAK SMA YANG PASTI BAKAL BIKIN BAPER] ❤️❤️❤️ __________ Tak ada yang paling menyebalkan selain diberi keharusan untuk menjadi mentor belajar seorang murid baru di sekolahnya. Zidney Chalondra atau bia...