Chapter 1 : Masih Sebuah Tanda Tanya?

662 62 0
                                    

  Yogyakarta, Indonesia.

   Suara baling-baling helikopter, letukan tembakan senjata dan suara sirene mobil polisi semua terdengar jelas dimalam itu.

     "Tahanan xxx kabur!" lapor seorang pria berseragam polisi itu.

    Pria yang mendapat laporan itu mengepalkan tangannya erat, ia lantas memberi perintah setelahnya.

     "Bukankah kau terlalu emosian Cakra?" tanya seorang pria pada pria itu.

     "Kau yang terlalu santai Sam, tahan itu! kau tau dia? Dia pembunuh!" seru Cakra kesal.

    "Apa salahnya? Kita sudah terbiasa dengan pembunuh bukan?" tanya Sam dengan santai.

    "Apa yang kau pikirkan? Aku harap ini bukan ulah kelompokmu," ucap Cakra menatap tajam Sam.

    "Percayalah kami tak seperti itu, walau pimpinan kami sadis tapi kami tak akan melakukan sesuatu tanpa alasan," balas Sam dengan santai.

    "Jadi menurutmu ini bagaimana? Bukankah kau kini merangkap sebagai detektif swasta?" tanya Cakra sontak membuat Sam tertawa keras.

     "Wah aku tak menyangka polisi sepertimu akan percaya pada detektif swasta sepertiku," ucap Sam.

   "Apa salahnya?" tanya Cakra datar.

    "Ya, ya tapi jika kau yakin kali ini akan menjadi hal yang menyenangkan, aku menunggu sebuah kejutan," ucap Sam sambil berbalik pergi.

     Cakra memandang tajam dan dingin Sam berpikir apa kiranya maksud pria misterius yang sering ikut campur masalah banyak orang sepertinya.

****

    Suara hiruk piuk heboh terdengar di kantin, gadis berhijab dengan mata emas bercahaya yang indah itu selalu menjadi pusat perhatian, cantik, pintar dan juga berwibawa, dirinya dikenal ramah oleh orang-orang semua kagum dengannya, umurnya masih 17 tahun lebih tapi dia mampu melakukan semuanya.

     "Fel, gue suka sama lo," ucap Siswa dengan rambut hitam dan mata hazel yang tampan itu pada gadis itu, Felicia.

    Felicia memandang bosan siswa tersebut, seberapa sering ia menolak cowok di depannya ini makin berani dan tak jengah sedikitpun, apa yang sebenarnya cowok itu pikirkan hingga mengunakannya ditengah keramaian begini.

    "Juanda Putra Sandra harus berapa kali aku tegaskan, aku menolakmu," ucap Felicia.

    "Oh, ayolah lo benar-benar terpikat oleh iblis itu? Lo benar-benar ditipu olehnya," ucap Juan dengan kesal.

   "Sorry ya, yang kamu bilang iblis itu pacarku, jangan banyak komentar dan urusi hidupmu sendiri," ucap Felicia tajam.

    "Lo suka sama dia? Gue gak percaya, pasti lo diancamkan," tuduh Juan.

    "Come on Juan, kowe harus nerima kenyataan bahwa Cia calon Kakak Iparmu," ucap Alexa, sahabat Felicia itu dengan jemu.

   "Gak bisa! Alan itu iblis, dia dingin kayak es. Bagaimanapun gak mungkin dia suka sama Felicia," ucap Juan.

     "Dia Kakak sepupu lo kan? Kok lo kurang ajar gitu sama dia? Lagian lo juga gak bosan apa di tolak mulu," ucap Nayla.

    "Kak Ci!" seru gadis bekucir kuda dengan mata biru langit itu berjalan semangat menghampiri Felicia.

   "Ada apa Celin? Kamu kayaknya kesal," ucap Felicia membuat gadis itu, Celin cemberut.

   "Kakak harus marahin si Ero dia nyebelin banget tau!" seru Celin dengan kesal.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang