14| Tanpa status

692 41 9
                                    

"Ka Vanya udah lama jadian sama bang Sandy?" Tanya Monic sambil menyelesaikan mengunyah makanan di mulutnya.
     

"Jadiannya—"
     

"Sekitar dua tahun ada" Sandy memotong jawaban Vanya. Vanya mengangkat satu alis kanannya, kaget.
     

"Mungkin maksud Sandy kenalnya udah dua tahunan, kalau jadiannya gak tau kapan." Vanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.


 "Moooo.. yang namanya cinta itu gak perlu nanya gini: Apakah kamu mau jadi pacarku? Atau gini: Apakah kamu bersedia menjadi ibu dari anak-anakku nanti?" Sandy tertawa.


 "Yee.. kan perlu, supaya jelas. Perempuan itu butuh kejelasan tauu" Monic sewot memasang wajah yang gak setuju dengan kakak sepupunya itu.
     

"Ya kan, kak? Jangan mau sama Bang Sandy kalau gitu. Enak di dia, gantung di cewek." Monic sebel banget sama sepupunya,  sambil menyomot udang saus tiram di depannya. 

Vanya tak menjawab, senyum yang ia buat penuh makna.
     

"Kalau pengalaman gue, ya gue declare ke cewek yang gue suka bro. Tapi yah balik lagi sih setiap orang kan punya prinsip yang beda ya. Sekarang lo yang jalanin sama Vanya, tapi emangnya Vanya gak bertanya-tanya apa? Dengan status hubungan kalian?"
    

 "Sandy emang gak pernah declare, Sat. Cuma kita udah pernah omongin hal serius" Jawab Vanya,
     

"Ya, kalau begitu berarti emang Sandy mau sama kamu." Satria melirik ke arah Sandy menekankan agar saudaranya benar serius dengan perkataannya.
     

"Vanya ini satu-satunya buat gue, Sat. Nih gue tekenin, gue mau nikahin Vanya."
    

 "UHUK!" Vanya tersedak, rasanya ia butuh pegangan.

 "Vanya. Pelan-pelan minumnya. Udah-udah kelarin makannya, pada kepo sih, entar tunggu aja undangannya" Sandy meneruskan makan.

     

Sore ini memang menjadi tak biasa. Sandy, Satria, Vanya, dan Monic, kembali menyendok makanan masing-masing, mereka ber-empat kembali mengobrol, tapi kali ini hal-hal yang ringan. 

Tentang penerbangan tadi Jeddah-Cengkareng, dan lagi Monic banyak ingin tahu. Maklum anak SMA, dan Monic punya cita-cita untuk jadi Pramugari. Vanya dengan senang hati menjawab pertanyaan-pertanyaan Monic.
     

"Kan penumpangnya meninggal ya ka, terus kalau terbang malem gitu ada kepikiran hantu gentayangan gak?"

"Hahaha.. kamu ada-ada aja. Tapi di pesawat memang suka ada kejadian yang aneh gitu. Kalau terbang malem, penumpang tidur, lampu cabin gelap, nah perasaan ada yang ngikutin, pas di tengok ke arah itu, tau-taunya gak ada siapa-siapa." Vanya menjawab dengan mimik seperti serius.
     

"ah.. yang bener? Kok bisa begitu sih? Terus ada penampakan gak?" bulu kuduk Monic bergidik, matanya menunjukan penasaran.

"Kalau penampakan, pernah ada sekelibat kayak orang nyebrang ke toilet. Pas di cek toilet gak ada orangnya."
     

"Ih! Kok serem sih. Terus ada apalagi?"
    

 "Ada nih, penumpang ke galey dia minta di bikinin teh, terus penumpangnya ke toilet sebentar baru dia ambil tehnya. Nah terus selesai dari toilet dia nanya teh yang dia minta ke pramugari yang ada di galey. 

Pramugari yang di tanyain penumpang itu bingung, karena dia baru aja ke galey dan gak ada yang minta sesuatu apapun ke dirinya. Terus pramugari itu nanya ke penumpang tersebut: "Bu, mungkin ibu masih ingat wajah pramugari yang mana?" 

Pramugari Undercover.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang