#64

5.1K 241 78
                                    

"Rumit, seperti meluruskan kembali benang yang kusut menjadi seperti sebelumnya."

~ Author 


Halo, kurang baik apa lagi coba aku update hari ini :v

Enjoy the story

Happy Reading^^


"Sayang. Kalian lagi di rumah Dela?" suara Papanya dari telepon

"Iya Pa, Latisya sama Mama ada disini."

"Papa kesana sekarang. Ini udah di jalan."

"Iya Pa."

Karena Papanya yang akan datang, artinya dia semakin lama berada di rumah Dela. Bukan apa-apa, Latisya hanya tak ingin jika dia terus bertemu dengan Kendra.

Latisya duduk bersama Mamanya dan juga Lia. Mereka setia menemani Dela. Dela terlihat tegar, namun pasti hatinya sangat hancur. Dia tak ingin anak-anaknya semakin terpukul karena kesedihan dirinya. Eza, Bimo-Papa Kendra, dan menantu Dela yang paling sibuk mengurusi semuanya. Sedangkan Kendra dia hanya ditugaskan untuk menjaga Kinan.

Tak baik jika Kendra membicarakan hal ini sekarang dengan Latisya. Terlebih lagi Kendra belum tahu apa yang akan dia bicarakan dengan Latisya. Dia hanya ingin berbincang dengan Latisya, itu saja. Tapi, dari cara Latisya menghindar dan enggan menatapnya sepertinya Latisya masih berusaha menjauhi dirinya.

"Kak, Kinan sayang sama uwa. Tapi, Kinan harus ikhlas kan Kak?" tanya Kinan kepada Latisya.

"Bener banget. Kita harus ikhlas atas kepergian orang yang kita sayang." Jawab Latisya.

Entah mengapa Kendra tersinggung atas ucapan itu, padahal ucapan Latisya bukan ditujukan untuk dirinya.

"Tapi, sekarang belum bisa Kak."

"Gak apa-apa, mengikhlaskan kepergian seseorang itu butuh proses. " perkataan Latisya kembali membuat Kendra menoleh ke arah Latisya.

Latisya hanya menjawab apa yang ditanyakan oleh Kinan, tapi sangat berkaitan dengan dirinya dan Kendra.

"Kakak pernah ngerasain kepergian seseorang?"

"Pernah."

"Siapa?"

"Kakek Kakak. Bahkan Kakak waktu itu masih umur 6 tahun. Belum mengerti apa arti kehilangan seutuhnya. Kakak selalu keingetan apa ucapan yang kakek kakak ucapkan sampe sekarang."

"Dulu kakak nangis?"

"Iya. Berhari-hari malah."

"Kayaknya kalo Kinan waktu kecil mungkin gak akan inget. Tapi, kenapa kakak selalu inget?"

"Kakak juga gak tau. Yang jelas Kakak ngerasa kalo Kakek kakak selalu ada disamping Kakak."

"Kinan juga harus belajar dari Kakak." Ucap Kinan menunduk.

"Wajar kalo Kinan belum bisa ikhlas. Tapi, lama-lama juga akan terbiasa. Bukan berarti Kinan melupakan uwa Kinan, tapi Kinan tau apa yang terbaik buat semuanya." Jelas Latisya.

Semakin lama dada Latisya sesak, mengingat Kendra masih ada di samping Kinan. Kinan pergi meninggalkan Latisya dan Kendra.

"Mau sampe kapan kayak gini?" tanya Kendra.

"Sampe perasaan gue ilang mungkin." Jawab Latisya menatap lurus ke depan.

"Kenapa harus sampe kayak orang gak kenal si?"

Apakah Mencintai Itu Salah? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang