18. TENTANG MELATI

1.9K 340 19
                                    

18. TENTANG MELATI


Elgar melirik ke kiri sekali lagi, namun sepertinya memang Jessica dan Emely masih tak mau diajak masuk ke dalam. Kedua cewek itu hanyalah tertimbun rasa takut, aslinya mah juga pengen masuk. Adim yang tak tahan dalam situasi hening ini hanya bisa mendengus keras. Bisa-bisa, berlama-lama di depan tempat ini kakinya mau patah.

"Mikirin apa lagi sih? Ya Allah. Plis deh kita ini mau nyari sesuatu loh. Kalo kalian kebanyakan mikir, Melati akan tetep ngehantuin kita," omel Adim.

Emely dan Jessica jadi saling melirik. Namun tak lama langsung mengangguk begitu saja. "Yaudah deh. Terpaksa sih enggak tapi gue bener-bener takut masuk pemakaman umum kampret," ucap Jessica kemudian. Cewek yang mengenakan dress di bawah lutut berwarna biru tanpa lengan itu langsung mengamit lengan Emely, meminta perlindungan pada cewek jangkung itu.

"Buset dah. Kayak mau kemana aja pake gandengan," gumam Maul tanpa sadar. Elgar melengos panjang. Coba aja dari tadi, sudah ia pastikan mereka sudah selesai. Memang perempuan selalu ribet.

Jessica menatap Maul tajam. "Truk aja gandengan masa gue nggak," katanya membuat Maul tersedak ludahnya sendiri.

"Udah deh. Buruan. Udah jam setengah enam sore. Belum lagi kita harus ke kantor polisi, kan?" sergah Elgar. Cowok bertubuh atletis itu lantas berjalan terlebih dahulu, Jessica dan Emely mengekor di belakangnya, kemudian Adim dan terakhir Maul. Mereka berjalan pelan menyusuri pemakaman umum yang suram ini.

"Ly. Lo ngerasain hal aneh nggak sih pas pertama nginjek tempat itu?" bisik Jessica lirih.

"Iya. Makannya gue diem aja dari tadi. Gue pikir gue doang. Lo juga ternyata," sahut Emely sama lirihnya.

Cukup lama, seperti apa yang Glen-abangnya Elgar-salah satu polisi yang pernah menangani kasus kematian Melati tujuh tahun lalu, bahwa makam Melati berada di bagian timur pemakaman umun Muara, di kawasan Jak-sel.

"Kita udah di yang paling timur. Gimana kalo mencar aja. Takutnya keburu gelap," usul Maul sudah mulai mengecek nama setiap pusara itu. Tanpa kata Elgar dan Adim melakukan hal yang sama. Emely yang ditinggal Jessica mengecek nama hanya diam membeku, tak berkutik sama sekali. Cewek berkaos panjang warna hitam itu lantas memegang lehernya. Seperti merinding begitu saja, seperti baru saja ditiup oleh seseorang. Emely refleks menoleh ke belakang. Namun, tak ada orang sama sekali di sana. Yang ada hanya Jessica yang sudah hampir ke tengah pemakaman umum. Mungkin Jessica tidak sadar, pikir Emely begitu.

Di tempatnya, Elgar bahkan mengulang mengecek nama pusara. Namun, sepertinya memang tak ada nama Melati di sini. Dengan nafas memberat Elgar memutuskan kembali ke tempat semula.

Di tempat lain, Adim sudah mengacak rambutnya frustasi. Merasa kesal nama yang dicari-cari tak ditemui. Akhirnya Adim memilih menghampiri Emely yang masih senantiasa berdiri di tempat semula.

Jessica dan Maul malah dorong-dorongan tak jelas. Berselisih memilih tempat pencarian, sesekali juga rebutan. "Eh, coba lo aja yang cek bagian sono tuh," tunjuk Jessica makin ke tengah. Maul jadi mendelik lagi. Setelahnya menjitak kening Jessica gemas. "Lo nyuruh gue emang gue babu lo apa? Lagian cuma di suruh nyari di bagian timur. Napa lo jadi ke tengah gini?" sewot Maul sambil berkacak pinggang.

"Elo juga ke tengah ya nyet," balas Jessica tak mau kalah. Maul hanya mengendikkan bahunya acuh. Tak mau lagi berdebat dengan cewek yang nggak mau kalah. Maul memilih kembali ke tempat yang tadi, menghampiri Elgar dan Adim yang menatap Emely dalam.

"Woy. Tungguin elah. Gitu aja ngambek. Dasar bocah." Jessica mengejar dengan cepat langkah Maul. Tak mau jika harus ditinggalkan di tengah-tengah pemakaman umum sendirian.

11:A5  KELAS BOBROK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang