22. KACAU-BALAU

1.9K 350 46
                                    


Partnya udah mulai panjang-panjang nih. Selamat membaca, coba tebak siapa pembunuhnya? Oh iya, memang benar dibunuh? Atau...

..........

22. KACAU-BALAU

Elgar menatap nanar pada kertas di tangannya. Setelah dari kantor polisi menemani Reza memberi keterangan tentang identitas Lilin, dia diminta untuk kembali ke sekolah. Elgar menunduk lagi, nafasnya semakin memberat membaca kata demi kata yang tersusun di sana. Ditemani Asti dan Jessica yang memaksa ingin ikut di sampingnya. Jessica mencoba melirik kertas dalam genggaman Elgar sedangkan Asti berjalan lebih dulu di depan dua orang itu, seperti memimpin jalan.

"Kemana nih? Lo tadi disuruh ke sini sama siapa?" tanya Asti tanpa berhenti dan menoleh ke belakang. Elgar mendongak tak langsung menanggapi justru berjalan lebih cepat melewati Asti.

Asti jadi berhenti, disusul Jessica di sampingnya yang mengernyitkan kening. "Elgar kenapa?" Kepalanya menoleh ke barat, tepat di bawah gedung tiga, yang sudah terpasang garis polisi membuat bulu kuduknya meremang begitu saja.

"Lo..." Jessica menoleh ke belakang. Dia merasa pergerakannya akhir-akhir ini seperti diawasi oleh seseorang. "Lo ngerasa kita diawasi nggak?" tanyanya mulai berjalan lagi.

"Kayaknya. Udah deh, itu Elgar udah naik tangga anjir," balas Asti langsung saja menarik Jessica.

******

"Permisi Pak," kata Elgar datar, cowok itu mulai masuk dalam ruangan Pak Cakra pelan. Tak lama Asti dan Jessica mengekor di belakangnya.

Pak Cakra seperti menghela nafas kasar, jari-jarinya yang saling bertautan entah kenapa terlihat begitu mencurigakan.

"Ada apa saya dipanggil ke sini, Pak?"

"Duduk dulu."

Elgar mengangguk kemudian langsung duduk di kursi depan Pak Cakra, sedangkan Asti dan Jessica memilih berdiri tegak di sisi Elgar.

"Begini Elgar. Saya tahu kamu pasti merasa bersalah atas kejadian tadi siang," ucap Pak Cakra mengerti raut wajah Elgar yang mulai suram. Jessica bahkan diam-diam mencolek lengan Elgar pelan, menyuruh cowok itu untuk tidak menunduk dan terlihat lemah.

"Sebenarnya Cendana memang kerap kali diteror. Terakhir tiga tahun lalu, saat kematian Melati Sukma, siswi kebanggaan saya." Kali ini Elgar perlahan menegak. Bahkan Asti pun sampai berjongkok di bawah menunggu kepala sekolahnya itu kembali melanjutkan kalimatnya.

"Dan teror pertama adalah ketika sekolah ini masih bernama Cemara. Kebetulan korbannya memiliki nama yang sama," lanjut Pak Cakra.

Jessica diam sejenak. Cewek itu jadi mengingat sosok berjubah hitam di makan Melati beberapa hari lalu.

"Jadi Melati itu ada dua, ya?" Suara Asti kali ini membuat fokus Pak Cakra beralih. Lelaki paruh baya itu mengangguk pelan.

"Tapi kenapa korbannya harus memiliki nama yang sama, Pak?" tanya Jessica setengah mati menahan beribu pertanyaan di kepalanya.

"Kami pihak sekolah sudah berkerja sama dengan polisi dan detektif handal yang tidak pernah gagal menyelesaikan kasus apapun. Tapi, tentang kasus yang menghantui sekolah ini mereka sama sekali tidak becus menyelesaikannya," ucap Pak Cakra mulai menyandarkan punggungnya di kursi kebesaran. Tak melihat ekspresi wajah Asti yang berubah kesal.

"Berarti sejak tujuh tahun lalu kasus ini memang belum selesai? Si peneror atau lebih tepatnya pembunuh mereka belum ditangkap?" Pertanyaan Jessica benar-benar membuat tubuh Elgar menegak seketika. Cowok itu jadi memandangi Jessica penuh arti.

11:A5  KELAS BOBROK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang