Burung berkicau menyambut hari. Udara sejuk menyapa, dedaunan mulai kehilangan embunnya. Di dapur rumah, seorang laki-laki sedang disibukan dengan aktivitasnya. Lengan kemeja digulung rapi, jari jemarinya sibuk mengiris wortel.
Laki-laki itu tersenyum puas saat mendapati bunga kol, seledri, tomat dan wortel telah siap. Badannya yang kokoh berbalik, lalu kakinya melangkah dan berjalan menghampiri lemari es. Di dalam lemari es terdapat container box berukuran besar, tangannya yang juga terlihat kokoh dengan bulu-bulu halus terulur untuk mengeluarkan box tersebut.
"Belum sepuluh menit dimasukan ke dalam lemari es, tapi boxnya sudah dingin sekali," katanya sambil tersenyum puas. daging segar terbayang di kepala.
Diletakan box berwarna itu di atas meja. Tangannya dengan cekatan meletakan sayur-mayur yang sudah dipotonginya ke atas tutup box. Laki-laki itu membawa container box serta potongan sayur-mayur sekaligus. Kakinya melangkah, menaiki anak tangga. Wajahnya berseri-seri, tidak sabar ingin mencampurkan segala bahan pangan menjadi satu.
Kakinya mendorong pintu kamar tidur. Container box dan sayuran mayur diboyong ke dalam kamar mandinya.
"Hah, aku benci dapur dan kamar yang berjauhan." Gerutuan itu muncul saat setelah laki-laki itu meletakan container box di lantai.
Bak mandi sudah terisi dengan air hangat. Tanpa membuang waktu, dimasukan semua potongan sayur ke dalam bak mandi. Mencampurkan sayur-mayur itu menjadi satu di dalam kubangan air hangat. Tutup container box dibuka. Daging segar dengan kulit seputih salju terlihat.
Tangan besar itu membopong daging tersebut dan diletakannya ke dalam bak mandi bersama dengan sayur-mayur yang telah dimasukannya lebih dahulu.
"Lezat," ujarnya setelah menjilat kulit daging yang mulai menghangat. "Didiamkan beberapa jam mungkin akan terasa jauh lebih lezat," katanya sebelum meninggalkan rumah untuk pergi bekerja.
•••
Bulu mata lentik itu bergerak, tidak lama kemudian disusul dengan terbukanya mata bulat beriris cokelat. Tubuhnya sedikit terasa kaku, namun air hangat membuatnya jadi lebih rileks.
Tangan menggenggam sesuatu. Saat ia angkat ke atas permukaan air, terlihat wortel dipotong dadu berada di genggaman. Kepalanya bergerak, diikuti dengan matanya yang mulai memandang ke sekitar. Banyak potongan sayur-mayur mengelilingi tubuhnya. Air menenggelamkan badan dan kakinya. Tepat di atas kaki, terdapat shower menggantung. Kini ia sadar tubuhnya tergeletak di dalam bak mandi.
Bunyi kecipak air terdengar saat Luin--perempuan tersebut mengangkat tubuh. Duduk di tengah-tengah kubangan air berisikan sayur-mayur membuatnya bingung.
Luin kebingungan. Ingatan terakhirnya adalah ia berjalan, menangis, dan mengutuk kekasihnya yang telah bercinta dengan perempuan lain. Lalu seseorang mencekal tubuhnya, membekap mulutnya dengan kain. Beberapa menit meronta dengan percuma, ia kemudian tidak sadarkan diri.
Luin menggeleng, bukan waktunya untuk menangisi nasib percintaannya yang menyedihkan. Karena keadaannya saat ini jauh lebih menyedihkan, berkubang di antara potongan sayur-mayur.
Tubuhnya yang terasa lemas ia bawa untuk berdiri. Kakinya melangkah, keluar dari bak mandi. Kepalanya menoleh ke sana kemari sangat menyadari bahwa dirinya memang berada di kamar mandi, Luin segera mencari sesuatu untuk menutupi tubuhnya. Handuk atau jubah mandi. Namun ia tidak menemukan salah satunya.
Luin keluar dari kamar mandi dalam keadaan polos, telanjang. Kakinya yang tanpa alas terus berjalan, hingga ia mendapati ranjang berukuran besar dengan prabotan serba berwarna gelap. Luin menerka bahwa kamar yang dimasukinya adalah kamar seorang lelaki.