Chapter 9 | Red Pavilion

14.9K 1.2K 40
                                    

Istana Bulan adalah istana yang di huni oleh sang kaisar. Seperti Istana Malam milik permaisuri, mewah dan megah adalah kesan utama Istana Bulan. Tidak terlalu banyak perbedaan, hanya saja Istana Bulan sedikit lebih besar dengan ornamen keemasan yang mencolok. Pilar tinggi dengan lambang naga emas menghiasi setiap sudutnya. Lantai yang terbuat dari keramik berkilauan seperti bongkahan es yang jernih. Tirai emas yang berkilau memisahkan antara ruangan pribadi sang kaisar dengan ruang kerjanya.

Di sana, di dalam Istana Bulan, Wang Xiao Ru duduk di ruang kerjanya. Ia sudah mengenakan jubah tidur putihnya, hanya selimut kekaisaran berwarna hitam dengan corak daun bambu keemasan yang melekat di pundaknya. Tidak ada pencahayaan sama sekali. Di tengah langit malam yang hitam pekat ia duduk di ruang kerjanya. Ditemani dengan cahaya bulan temaram, ia bersandar di kursi dengan tangan memijat pelipisnya. Alisnya berkerut dengan mata yang menajam. Ia seperti memikirkan sesuatu. Sesuatu yang membuatnya tidak nyaman dengan gejolak hatinya yang semakin menggebu. Semakin ia memikirkannya semakin urat-urat terlihat di sudut matanya. Semakin ia memikirkannya semakin tajam matanya. Dan semakin ia memikirkannya wajah yang angkuh dengan mata dingin itu semakin dalam melintasi benaknya.

Ia hanyut kedalam pikirannya selama beberapa saat sebelum tersadar ketika mendengar seseorang mengetuk pintunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia hanyut kedalam pikirannya selama beberapa saat sebelum tersadar ketika mendengar seseorang mengetuk pintunya. Ia mengangkat kepalanya sedikit dan berseru, "Masuk!"

Segera setelah mendapatkan instruksi dari kaisar, pintu terbuka lebar. Seorang lelaki muda dengan usia yang tidak jauh berbeda dengan Wang Xiao Ru memasuki ruangan. Langkahnya penuh dengan kehati-hatian. Kepalanya menunduk menunjukkan perbedaan status mereka. Ia cukup tampan dengan perawakan yang tinggi dan kuat. Garis wajahnya tegas dengan mata yang lebar dan hidung yang tinggi. Kulitnya sedikit gelap dengan rambut hitam yang di ikat kebelakang. Ia adalah tangan kanan dan orang kepercayaan sang kaisar, Gu Lian. Ia kuat dan menguasai ilmu bela diri tingkat tinggi. Dengan hormat ia membungkukkan badannya setengah berlutut sembari menyatukan kedua telapak tangan.

"Yang mulia," sapanya hormat.

"Ada apa?" tanya Wang Xiao Ru menatapnya tajam dengan tangan yang masih bertengger di pelipisnya.

"Yang mulia, saya sudah mengirimkan undangan yang anda berikan kepada seluruh keluarga bangsawan di kerajaan," ujar Gu Lian.

"Hmm..baiklah. Pesta perjamuan makan malam akan diadakan beberapa hari lagi. Beritahu kasim Bao untuk segera menyelesaikan semua persiapannya. Jangan ada kesalahan sedikitpun," tegasnya khidmat.

"Baik, yang mulia," ujar Gu Lian memberi hormat kemudian bangkit untuk pergi.

"Tunggu!" sergahnya menghentikan langkah Gu Lian.

Gu Lian segera berbalik. Ada kilatan bingung di matanya. "Yang mulia? Apakah anda membutuhkan sesuatu?"

"Aku ingin kau memperhatikan setiap gerak-gerik Permaisuri Yin."

Ia menatap sang kaisar bingung. "permaisuri Yin?" tanyanya meyakinkan pendengarannya.

Wang Xiao Ru mengangguk. "ya, Permaisuri Yin."

The Empress : Crimson In The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang