TIGA

15 0 0
                                    

Sepulang sekolah, anggi mampir kerumah viana yang berada tidak jauh dari kompleks sekolah, untuk menyelesaikan tugas biologi dari bu Anastasya, walaupun tugasnya tak harus dikumpulkan besok pagi, namun bagi mereka mengerjakan tugas lebih awal itu lebih baik.

Anggi masuk kedalam mobil viana, karena anggi sendiri belum diperbolehkan oleh bundanya untuk membawa kendaraan ke sekolahnya, walaupun anggi sebenarnya juga sudah dibelikan sebuah mobil minimalis sejak dia pindah ke Jakarta. Sejak kecil, ia besar dibandung tanpa ayah dan bundanya, karena pekerjaan dan Kota Jakarta lebih baik untuk anggi saat sudah beranjak dewasa.

Ayahnya adalah seorang pengusaha batu bara sukses di Indonesia, sedangkan bundanya mempunyai toko kue yang sudah sangat terkenal di Jakarta, memiliki banyak langganan dari kalangan pengusaha pengusaha sukses. Namun begitu, Anggi sama sekali tidak mau untuk menyombongkan kekayaan orang tuanya, ia lebih memilih untuk bergaya sederhana. Menurut anggi itu semua bukan miliknya namun milik kedua orang tuanya.

"Sampe. Nggi ini rumah orang tua gue" Viana membuka percakapan. Anggi turun dan memandangi seluruh isi dan sudut rumah Viana tanpa ada yang terlewatkan. Benar benar seperti istana

"Gila, Rumah lo kaya istana gini." ujar anggi.

"Bukan rumah gue, ini rumah orang tua gue. Masuk yuk." Viana masuh saja merendah, sifatnya yang satu itu sangat mirip dengan Anggi. Enggan memamerkan kekayaan orang tuanya.

Anggi berjalan beriringan menuju kamar anggi yang berada dilantai dua rumahnya. Kalau dilihat ada empat kamar dilantai dua rumah viana dan itu berderet dengan bentuk pintu yang sama semua. Kalau orang baru bisa saja nyasar dan salah masuk kamar.

Klek

Viana membuka engsel kamarnya dan mempersulahkan anggi untuk masuk. Benar benar memukau, warna pink dan biru mendominasi kamar viana, venar benar kamar seorang perempuan putri raja

"Gue tinggal bentar nggi, ambil minum sama cemilan bentar ya." kata viana setelah meletakkan tas sekolahnya dimeja belajarnya.

"Oh iya, vi." Anggi mengiyakan, viana melangkah keluar dari kamar anggi. Sekarang anggu sendirian dikamar viana, dan......

Tok tok tok
Tok tok tok
Tok tok tok
(Sumpah ni anak budek apa gimana sih, ga bukain pintu)

"Viana, bukain pintu bentaran." suara dibalik pintu. Anggi beranjak dan membukakan pintu kamar viana

Seorang laki laki yang tidak asing di matanya, ia terus mengingat. Dan sekarang anggi ingat, dia laki laki yang menyerobot tempat duduknya dikantin beberapa hari yang lalu.

"Ngapain lo disini?" tanya anggi.

"Nah lo ngapain disini?" tanya Tama kemudian.

"Cih, ditanya malah balik nanya. Gue temen viana, ya wajar dong gue disini, lah lo siapa?" sergah Anggi.

"Wait!
Kalo dia tamu ga mungkin dia cuma pake celana boxer sama kaos oblong doang dong, jangan jangan???" Anggi mencoba menebak nebak

"Gue? Lo tanya gue? Gue yang punya rumah." Lagi lagi Tama mengucapkan dengan kalimat penuh penekanan membuat anggi molongo, dan membenarkan tebakannya barusan.

Oh my gosh.

"Ya lo ngga bilang, gue mana tau." Kini anggi membela diri.

Tama mendekatkan wajahnya kewajah Anggi
"Jangan sok sokan makanya." kata tama. Anggi menjauhkan wajahnya dari tama.

"Sumpah ya lo, ngeselin nya minta ampun."

"Adek gue mana?"

"Adek?"

"Vi-a-na Wi-ra Ha-de-na. Itu adek gue." kata tama.

"Oh iya deng, gue jadi orang goblok banget sih. Kaya gini aja ga tau." umpat anggi dalam hati.

Anggi memutar matanya malas, ia malah berlarut larut dalam masalah yang sama sekali tidak berguna untuknya.

"Da-pur"

Brak!!

Pintu kamar viana tertutup sekarang, dengan cepat dan agak keras hingga menciptakan suara yang lumayan keras, hampir mengenai ujung hidung Tama yang masih berdiri di depan pintu.

"Sejak liat lo, gue suka. Liat lo yang jutek gini, bikin gue jadi penasaran."  Kata Tama dalam hati setelah Anggi menutup pintu itu dengan sangat keras. Lalu tersenyum.

"Woy bang!!" Kata viana mengagetkan Tama yang masih berdiri didepan pintu kamarnya.

Pletak!!!

Tama menjitak jidat Viana untuk melampiaskan rasa kesalnya karena telah mengagetkannya.

"Aduh. Anjir punya abang kasar banget." Kata Viana mengaduh. Ditangannya ada nampan yang berisi minuman dan kue buatan toko mamahnya untuk anggi.

"Gue mau pinjem earphone lo." Kata Tama tanpa memperdulikan keluhan Viana.

"Lo kan punya." Kata viana.

"Rusak."

"Yaudah ambil aja dikamar gue. Biasanya juga main nyelonong masuk." Kata Viana, kesal.

"Ambilin lo deh. Males gue ada mak lampir, galak banget." Kata tama. Sedangkan viana mengerutkan keningnya tak mengerti, lalu kemudian tersenyum.

"Suka baru tau rasa, ngatain dia mak lampir." Kata Viana lalu, masuk kedalam kamar untuk mengambilkan earphone untuk Tama.

"Emang iya" batin Tama.

Setelah viana memberikan earphone kepadanya, ia langsung menuju kamarnya yang berada tepat disamping kamar viana.

🌈

WIRAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang