Sudah lima belas menit Hyunjin dan Felix terdiam di taman kota, sore ini mereka memutuskan untuk tak pulang ke rumah terlebih dahulu, ingin menikmati senja di dunia luar, yeah setidaknya dengan begini mereka tidak akan terlalu memikirkan masalah yang menderu.
Mereka berdua sama sama larut dalam pikiran masing masing, seketika rencana masa depan yang sudah tersusun- buyar hanya karena kehadiran seorang janin di dalam perut Nancy.
Sampai detik ini pun Hyunjin masih belum bisa menerima fakta itu.
Tak lama, Felix menghela nafasnya, membuat perhatian Hyunjin tertarik, keadaan hening sehingga suara kecil pun dapat terdengar dengan jelas.
"Sekarang bagaimana?" tanya Felix sembari menolehkan kepala ke arah Hyunjin. Yang lebih tua terdiam, ia tak tau harus menjawab pertanyaan Felix seperti apa.
Melihat keterdiaman Hyunjin, si koala kembali menghela nafas lalu memilih untuk menatap langit yang mulai menjingga di atas mereka, bekerja seolah tak terusik apapun, ia selalu menggantikan sang mentari.
Coba saja, coba saja kehidupan mereka seperti itu, meski monoton namun sudah tersusun dengan rapi. Tapi sayang, namanya kehidupan tidak ada yang tau apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kau boleh meninggalkanku sekarang." ucap Hyunjin lemah sembari menundukkan kepala dalam.
Felix yang mendengar ucapan Hyunjin seketika menyerngitkan dahi kesal. Pemuda berfreckhless itu kembali menatap Hyunjin meski ia tau jika sang kekasih tak akan menyadari pandangan tajam yang Felix berikan padanya.
"Apa yang kau katakan bodoh?" Felix kesal, sungguh, apakah Hyunjin ingin menyerah begitu saja?
Meski kecewa namun Felix benar benar tak membenci Hyunjin. Si manis juga sadar ia tak bisa menyalahkan Hyunjin sepenuhnya, bahkan Nancy sendiri mengakui kalau hal tersebut dahulu terjadi di luar kesadaran Hyunjin.
Selagi semuanya belum terlambat maka Felix akan memilih untuk bertahan, apapun yang terjadi.
Hyunjin mengusap wajah kasar kemudian mendongkakkan kepala pelan, memberikan Felix tatapan kacaunya.
"Tak lama lagi aku akan mempunyai anak- dari orang lain. Apakah kau tak merasa jijik telah menjalin hubungan dengan orang sepertiku?"
Bughh...
Felix layangkan sebuah pukulan ke pipi Hyunjin, membuat kekasihnya itu memalingkan wajah akibat hantaman yang ia beri.
Felix memandang Hyunjin marah.
"Hey idiot sadarlah, aku...aku arghhtt...kau sangat bodoh, aku kesal denganmu." Felix berucap frustasi sembari meraih pundak Hyunjin, mengguncang-guncangnya sekuat tenaga, berharap kecerdasan Hyunjin kembali barang sedetik saja.
Tidak, Hyunjin tidak sakit hati, ia tau Felix hanya kesal, sumbisivenya tak benar benar marah.
"Hyunjin dengar, hanya karena masalah seperti ini aku tidak akan meninggalkanmu, catat, tidak akan pernah." ucap Felix mantap. Entah kenapa sebagian beban Hyunjin serasa diangkat begitu saja.
Pemuda Hwang itu sebenarnya sangat tidak ingin berpisah dengan Felix, hanya saja, di satu sisi- Hyunjin juga tak ingin menyakiti si mungil, dengan Felix yang masih bersama dirinya pasti akan membuat lelaki manis itu kembali tersakiti.
Jadi demi kebahagiaan Felix, Hyunjin rela melepas kebahagiaannya, Felix pasti bias mendapat lelaki yang jauh lebih baik darinya.
"Lalu, sampai kapan kau akan bertahan? Jika suatu saat aku benar benar akan dinikahkan dengan gadis itu, apa kau akan tetap bertahan?"
Felix terdiam, sibuk menyelami pandangan putus asa yang lebih tua. Bisa ia lihat ketakutan di sana, ucapan Hyunjin seolah menyuruhnya untuk pergi, namun tatapannya, Felix yakin tatapan Hyunjin itu tengah meminta ia untuk bertahan.
Felix mengulas senyum tipis kemudian mengelus pipi Hyunjin pelan.
"Jika kau ingin menikah dengannya, aku akan berhenti. Aku tak ingin membuat seorang anak menangis karena telah memisahkan kedua orang tuanya. Namun, aku akan menemanimu sampai akhir, sampai saat itu tiba."
Jadi, inikah akhirnya?
Kebahagiaan Hyunjin terenggut begitu saja karena kesalahan kecil yang ia perbuat. Jika saja, jika saja saat itu Hyunjin langsung pulang dan tak ikut minum, pasti hal ini tidak akan terjadi.
Namun sepertinya sudah sangat terlambat untuk menyesal, semua telah terjadi, janin itu telah hadir.
Sungguh, Hyunjin tak ingin hubungannya dengan Felix berakhir begitu saja. Entah sejak kapan, bahkan Hyunjin sendiri tak menyadarinya, ia sudah terjatuh sepenuhnya ke dalam pesona seorang Lee Felix.
Dulu Hyunjin berharap supaya tidak memiliki urusan apapun dengan si mungil, lalu saat ini pemuda Hwang itu tengah dilanda tekanan yang tinggi karena berpikir semuanya akan selesai. Ironi.
Di saat seperti ini, Felix merasa dirinya harus bisa menjadi sosok yang mampu menenangkan Hyunjin, tak bisa dipungkiri, Felix juga merasa takut, marah serta juga kecewa.
Namun pemuda kelahiran September itu tau, ia sudah terlalu dewasa untuk menuruti ego, semua itu tak penting, sekalipun Hyunjin telah menghamili orang lain, Felix harus tetap berada di samping kekasihnya- tetap mensupport dan membantu Hyunjin melewati masa masa sulit.
Katakan bagaimana cara Hyunjin melepas Felix? Melepas sosok yang sudah begitu baik padanya.
Klise memang, mereka berdua hanya tak ingin saling menyakiti namun secara tak sadar sudah membuat luka di hati masing masing.
"Kita tunggu saja bayi itu lahir, dan jika memang benar itu anakmu, aku tak masalah."
Iya, sebodoh itu memang Felix, masih ingin bertahan demi orang lain yang bahkan sudah akan memiliki kehidupan baru.
Tapi salah kah jika rasa sayang Felix ke Hyunjin begitu besar?
Jika diberikan pilihan, tentu saja Felix ingin pergi dan mencari lelaki yang lebih baik, hanya saja, hatinya sudah terlanjur memilih Hyunjin, sejak lama dan mungkin akan tetap seperti itu.
Hyunjin masih terdiam, pikirannya kalut, kepala yang pusing terasa seolah akan pecah. Berlebihan memang namun Hyunjin sudah tak memiliki kalimat lain yang mampu mendeskripsikan keadaannya sekarang.
Felix lalu kembali meraih pipi sang dominan, melemparkan pandangan minta maaf saat melihat lebam kembali menghiasi sudut bibir kekasihnya itu.
Felix elus luka Hyunjin dengan lembut, memandanginya sehangat yang ia bisa, mencoba menyembunyikan luka yang memaksa ingin terpancar.
"Jika memang ditakdirkan, kita pasti bisa bersama. Kau hanya perlu tau satu hal, aku tidak akan meninggalkanmu."
Hyunjin hanya ingin menghentikan waktu saat ini, membiarkan dunianya hanya berpusat kepada seseorang bernama Lee Felix.
Bisakah?
To Be Continue
Hiks hiks aku tersentuh dengan perjuangan kalian, maka aku akan......hehehe...
^sumpah, aku lupa kenapa aku nulis kalimat itu tahun lalu ._.
Tertanda, 12/02/2021
Bee, selamat Imlek bagi yang merayakan
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Rain [Hyunlix] ✔
FanficHyunjin hanya punya Felix, dan begitupun sebaliknya. Dominant : Hyunjin Sumbisive : Felix __________ Copyright © smuthieflx 13 April 2020