Boston and You

441 63 26
                                    

Choi Soobin, dua puluh sembilan tahun. Seorang dosen Universitas swasta di Seoul. Terpaksa menerima tawaran mutasi ke Massachussets karena bujuk rayu sang nenek.

Akan tetapi siapa Soobin yang berhak menata takdir? Malam itu di sebuah toko roti, Soobin merasa jantungnya berdetak ribut ketika melihat senyum pemuda bergigi kelinci.

Manis, sekali.

Padahal Soobin kan memang suka yang manis-manis.

Tapi, pemuda itu manisnya berbeda.

.

.

.

Boston and You

Choi Soobin

Choi Yeonjun

"This is just a remake from other fanfiction with some modifiyers." - written such as a trial thing by roti_sariroti.

.

.

.

Soobin tidak pernah menyangka jika Boston bisa semenarik itu; ditambah lagi dengan kehadiran Yeonjun.

.

.

.

I.

Pertama kali Soobin bertemu Yeonjun adalah ketika dirinya dipaksa oleh sang nenek untuk mengambil pesanan Ginger Bread di sebuah toko roti tidak jauh dari rumah mereka. Sepanjang perjalanan yang Soobin lakukan hanyalah menggerutu, merutuki sikap lemahnya setiap kali sang nenek bertingkah memelas. Ditambah lagi selusin toples Ginger Bread?
Heol, memang siapa yang akan menghabiskan kue berbentuk aneh itu?
Soobin memang suka makanan manis tapi dia tidak berteman baik dengan yang satu itu.

Dan lagi-----

"A Slice of Cake"

What?

Soobin melongo membaca papan nama toko roti langganan neneknya. Simple sekali. Seperti tidak niat membuka usaha toko roti saja. Itu perkataan Soobin satu menit yang lalu karena tepat setelah dia mendorong pintu kayu mahoni itu Soobin dibuat takjub.

Design interior-nya sangat manis; seperti era victorian.

Tetapi bukan karena itu.

"Good Evening, Sir. Welcome to the Slice of Cake. Can I help you?"

Soobin terdiam (lagi). Bibirnya mendadak canggung untuk berbicara sementara matanya masih terpaku pada sosok pemuda manis berbalut sweater baby green yang lengannya digulung hingga siku. Bukan itu. Tetapi senyumnya. Gigi kelincinya. Kedua matanya yang bahkan membentuk garis ketika tersenyum. Ugh, soo cute.

"Hmm." Soobin berdeham sebentar lantas membalas senyum pemuda berambut soft blue  yang -ehem- tadi sempat membuat jantungnya sedikit ribut. "Aku ingin mengambil pesanan Ginger Bread atas nama Nenek Emily."

"Oh." Katanya dengan kedua mata yang membulat; Soobin kembali mengatakan "cute" untuk kesekian kalinya. "Kau pasti Soobin, kan? Nenek Emily selalu bercerita tentangmu, lho." Kedua tangannya bergerak luwes mengambil selusin toples Ginger Bread dari laci penyimpanan. Bahkan Soobin sendiri tidak tau kenapa dia memperhatikan setiap detail gerakan pemuda manis itu.

"Benarkah?" Soobin bingung harus menjawab apa.

"He-um." Kepalanya menggangguk; membuat poninya sedikit berantakan. "Ini aneh, seriously. Tapi rasanya aku sudah sangat mengenalmu. Padahal kan kita baru bertemu hari ini." Kepalanya mendongak; menatap Soobin dengan cengiran khas anak-anak yang membuat Soobin bergerak panik mencari pegangan.

Slice of MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang