8. PEMBEBASAN DAN PEMBALASAN

228 23 1
                                    

#NWR #PERWITA #FIKSI #ROMANCE #REBORN

Puas dengan hasil sidaknya dan selama enam bulan Basuki bisa mempertahankan okupansinya, Dirgantara mengangkatnya sebagai Direktur Pemasaran.
Popularitas Beach Resort masih kalah dengan getaway Resort, tapi tidak beda jauh, dan satu pantai satu pegunungan, punya pangsa pasar masing-masing.
Sebulan setelah itu, Perwita dibebaskan.
*

"Wita, kemana saja menghilang hampir setahun? Basuki banyak kemajuan, jabatanmu kuberikan padanya." Dirgantara menyambut senang.
"Nggak apa-apa, Pa, anak lelaki seharusnya menjadi pemimpin keluarga."
"Maukah kau menjadi wakilnya?"
"Dengan senang hati."
*

Perwita mulai cek ke hotel-hotel satu-persatu, membuat program promo untuk setahun berikutnya.
Mengirim penawaran-penawaran ke perusahaan-perusahaan. Merekrut seorang lulusan IT, menjadikannya admin semua FB hotel.
Di setiap hotel ada PIC untuk melapor dan menyetor foto kegiatan di hotelnya.
Perwita tak perduli kerja kerasnya berbuah pujian untuk Basuki.
*

Kumala berusaha mendekati Aksa, tapi pemuda itu cuek saja. Ia nekat, mendatangi kantornya, membuka pakaiannya, ia tidak mengenakan pakaian dalam, berharap Aksa tergiur dadanya yang membusung. Pemuda itu hanya melirik, "Tidak ada yang istimewa, aku sudah sering melihat yang lebih bagus."
Kumala mendengkus kesal, ia merangsek maju, duduk di pangkuan Aksa, ia didorong sampai jatuh. Saat itu pintu dibuka dari luar, sekretarisnya masuk mengantar Dirgantara.
"KUMALA!" Dirgantara hampir kena serangan jantung melihat putri kesayangannya tergeletak di lantai telanjang bulat. "Pakai pakaianmu!"
Kumala cepat berpakaian dan memeluk ayahnya, "Papa, ia yang menyuruhku, lalu mendorongku ketika ada ketukan pintu."
Aksa tertawa.
Ia menyambungkan kabel proyektor ke laptopnya, menyalakannya.
"Mari kita lihat bersama-sama."
Kantornya dilengkapi CCTV yang canggih, gambarnya tajam, suaranya jelas.

Merasa malu, Dirgantara menyeret Kumala pergi, "Maaf Aksa, urusan bisnis kita tunda lain waktu. Mohon maaf atas kelakuan Kumala."
Aksa hanya mengangguk dingin.
Dari awal ia tidak tertarik kepada Kumala, reputasinya di dunia malam tidak memenuhi syarat sebagai istri Aksa Baskoro. Ia mendengar sendiri seorang pemuda menyombongkan berhasil merenggut keperawanan gadis binal itu. Lalu peristiwa ia berusaha menjebak Perwita untuk digangbang, untung ia berhasil menyelamatkannya.
Memang malam itu ia tidur dengan Perwita, dan ia senang, gadis itu masih perawan.
*

Sampai di rumah, Dirgantara menampar Kumala, "bikin malu saja!"
"Papa, aku mata gelap, tak tahu lagi bagaimana caranya mendapatkan Aksa."
"Kau merendahkan dirimu! Bagaimana kalau video tadi disebarkannya? Belum cukup kasus video gangbang itu?"
Sukesih memeluk Kumala menenangkan tanpa kata, pertama karena saat suaminya naik pitam begini tak bisa dibantah, kedua, ide itu adalah gagasannya. Dulu ia berhasil dengan Dirgantara menggunakan cara itu.
*

Kembali ke kantor, Dirgantara duduk bersandar di kursi dengan kepala berdenyut-denyut. Perwita sudah mendengar ceritanya dari Aksa.
"Papa! Papa sakit?"
Ia berdiri di belakang Dirgantara memijit pundak dan lehernya, otot-ototnya tegang, dengan pijatannya tak lama kemudian ia menjadi relax.
"Ibumu gagal mendidik Kumala. Adikmu merendahkan diri, datang ke kantor Aksa menyerahkan diri, telanjang bulat. Menjijikkan."
"Mungkin bukan salah didik, Pa, tapi ada yang mencetuskan ide itu di kepala Kumala."
Ucapan ini membuat Dirgantara terkenang bagaimana Sukesih merayunya.
"Like mother like daughter!" gerutunya, "ia melakukan hal yang sama seperti ibunya."
"Hah?" Perwita terkejut, "saya pikir Papa mencintai ibu Kesih."

"Sukesih memang pacar Papa, Mama adalah jodoh pilihan kakekmu. Dan ia melakukannya, datang ke kantor, menguncinya, membuka semua pakaiannya dan mengggerayangi Papa. Tak bisa menahan diri, kami bercinta di sofa kantor. Beberapa waktu kemudian, ia datang, mengaku hamil." Dirgantara menarik napas panjang, "padahal hanya sekali, sedangkan mamamu butuh waktu dua tahun untuk hamil. Sperma papa bermasalah, jumlah yang sehat hanya sedikit. Papa bersyukur kau menjadi anak yang cemerlang, berbeda dengan kedua adikmu."
"Pa, kalau Mama sekali saja langsung hamil, Papa yakin Basuki darah daging Papa?"
"Maksudmu?"
"Bisa saja Mama tidur dengan lelaki lain supaya hamil. Coba Papa ingat-ingat sejak kejadian itu sampai Basuki lahir, benarkah sembilan bulan?"
Dirgantara termenung, menghitung-hitung.
"Ya ... sebelas bulan!"
"Tes DNA? Sekalian dengan Kumala?"

Suatu hari Dirgantara pulang saat Sukesih dan Kumala ke salon. Ia masuk ke kamar anaknya, ada beberapa helai rambut tertinggal di sisirnya, diambilnya beberapa.
Ke kamar Basuki, walaupun berambut cepak, ternyata ada juga rambutnya nyangkut di sisir.
Diambilnya beberapa, sekarang ia bisa melakukan tes DNA.

Hasilnya memang seperti yang diduga, Basuki bukan anaknya. Yang mengejutkan, Kumala juga bukan anaknya.
Iseng ia juga melakukan tes DNA Perwita, hasilnya memuaskan, gadis ini memang anaknya.

"Pa, bolehkah membongkar kuburan Mama?"
"Ada apa lagi?"
"Yang saya jatuh ke jurang ...." mengalirlah cerita Perwita minum jus yang disediakan Sukesih, lalu membuatnya lemah dan tidak berhati-hati melangkah.
"Saya curiga Mama meracun saya di dalam jus itu, jadi ada kemungkinan Mama kandung saya juga diracun."
Dirgantara setuju, diam-diam ia menyuruh bongkar makam istri pertamanya, dan petugas forensik memeriksa tulang belulangnya.
Ada bercak di tulang, menunjukkan pernah konsumsi racun.

Dirgantara menangis di kantor. Ia memang tak mencintai ibu kandung Perwita, tapi perempuan itu istri yang baik. Saat Sukesih serumah dengan mereka, ia selalu tidur dengan istri pertamanya, ke kamar Sukesih sesekali saja.
Ibu Perwita teman diskusi yang menyenangkan, Dirgantara sering mendapatkan solusi masalahnya. Sebaliknya Sukesih adalah partner sex yang hot, selalu memberinya kepuasan.
Mendapati kenyataan yang menyakitkan, hatinya penuh tanya, siapa ayah kedua anak Sukesih.

"Tak usah dipikirkan, Pa. Biarkan semua berjalan seperti semula, asal Papa tahu siapa mereka. Basuki toh sudah berusaha keras memajukan Dirgantara group, anggaplah ia salah satu karyawan yang baik."
Dirgantara setuju dengan pendapat Perwita.
Selanjutnya, Perwita dilibatkan dalam management Dirgantara group, kedudukannya malah di atas Basuki, tapi pemuda itu tak menyadarinya.

Sukesih senang dengan prestasi Basuki, ia mendorong Kumala untuk ikut bekerja juga.
"Ajaklah adikmu bekerja, jadi asistenmu kan bisa," kata Sukesih.
Basuki ragu, tapi ia menurut.
Hari pertama, Kumala disuruhnya memeriksa file-file penawaran yang akan ditandatanganinya. Gadis itu asal memeriksa, sebentar saja selesai. Basuki mengelus dada, kalau bukan adiknya sudah langsung dipecatnya.
Disuruhnya Kumala mengetik surat penawaran dan mencetaknya. Kembali Basuki mengelus dada, banyak salah ketik, setelah titik atau koma tidak diberi spasi.

Hari kedua, tidak bertanya tugasnya, tidak melakukan tugas seperti yang kemarin, Kumala duduk lalu asyik dengan gawainya.
"Ma, aku tak sanggup. Dia tak punya rasa tanggung jawab, sungguh berbeda dengan Perwita ...."
"Jangan sebut nama setan itu di depanku!" potong Sukesih ketus.
Sukesih menjemput Kumala pulang.

bersambung

Surabaya, 14 April 2020
#NWR

PERWITA bangkit dari kematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang