Tetesan Keringat Perjuangan

2 0 0
                                    


       Menjadi anak seorang kuli bangunan adalah kebahagiaan tersendiri bagiku. Keluargaku memang sangat sederhana, tetapi ada cinta kasih yang teramat besar di dalamnya. Di tambah lagi dengan dua sosok pahlawan yang sangat luar biasa bagiku. Pahlawan yang selalu menyemangati dan melindugiku.
Terlahir di keluargaku yang seperti ini, tidak membatasi diriku untuk memiliki mimpi yang besar. Aku ingin suatu saat nanti, aku bisa menggapai cita-citaku yaitu menjadi seorang Dokter. Memang kelihatannya tidak mungkin, tetapi aku yakin dengan kerja keras dan doa, tidak ada yang mustahil. Besar harapanku suatu saat nanti aku bisa menggapai impianku dan membuat kedua orang tuaku bahagia.
Dan ceritaku ini di mulai saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
“Kukuruyuk.....kukuruyuk.....” alarm itu selalu membangunkanku, alarm khas yang selalu bersahut-sahutan setiap pagi di desaku. Jika alarm itu mulai berbunyi, diri ini langsung bergegas mempersiapkan diri menuju rumah keduaku, rumah di mana aku mendapatkan banyak ilmu dan teman-teman yang sangat menyenangkan. Sebelum bergegas ke sekolah, masakan khas tangan bunda yang penuh kasih sayang selalu menambah semangat ini. Kasih sayang seorang ibu teramat besar terhadap diriku dan ini tidak akan pernah aku lupakan.
“Nak, ayo sarapan dulu. Biar Dimas semakin semangat sekolahnya, jangan lupa berdoa ya nak” dengan nada khas seorang ibu yang penuh kelembutan dan kasih sayang.
“Iya bu, siap...hehe...” tersenyum gembira dengan wajahku yang lugu dan polos.
Setelah selesai sarapan tidak lupa aku mencium tangan halus ibuku.
“Ayo nak, ayah sudah menunggu Dimas tuh”
“Iya bu, Dimas pamit ya bu”
Sepeda onhtel itu seperti sudah mengetahui kalau kami akan menaikinya. Tidak lama kemudian, aku bersama ayah pun berangkat.
“Bu, Dimas berangkat. Dimas sayang ibu”
“Ibu juga sayang Dimas, pak hati-hati ya bawa Dimas”
“Iya bu, kami berangkat ya bu” kata ayah sembari mengayuh si onthel.
Sepeda onthel itu adalah satu-satunya sepeda kesayangan ayah yang sudah reok karena termakan usia, tetapi bagiku sepeda ayah itu adalah sepeda terpopuler yang pernah ada. Berangkat menggunakan sepeda bersama ayah sangat menyenangkanku. Aku bisa melihat pemandangan pagi dan menghirup udara segar di desaku. Setiba di sekolah tidak lupa aku selalu menciumi tangan ayahku tangan yang melindungi dan yang menafkahi hidupku selama ini. Dan ayah selalu menyemangatiku. Di sana seperti biasanya, yang kami lakukan yaitu belajar dan bercanda tawa bersama, layaknya anak-anak lugu biasanya. Setiba waktunya untuk pulang, ayah datang lagi untuk menjemputku. Di sela kesibukannya bekerja, beliau masih meluangkan waktu untuk menjemputku. Ini terjadi setiap hari aku ke sekolah kecuali pada hari libur. Suatu ketika saat aku memasuki kelas 6 SD. Sekolahku mengadakan lomba cerdas cermat. Karena semangat dan kerja keras serta doa dari kedua orang tua dan juga persiapan yang matang, aku berhasil menjadi juara dalam lomba tersebut. Sungguh tidak ku sangka, ternyata berkat semangat dan kerja kerasku, aku bisa berhasil. Semangat ini pun semakin bertambah demi kesuksesan di suatu saat nanti.
Waktu terus berjalan, tidak terasa aku sudah menginjak bangku SMA. Diri ini sudah semakin dewasa dan pemikiran pun sudah bukan anak-anak lagi, berangkat ke sekolah juga tidak perlu di temani lagi. Sampai pada suatu saat, ketika aku masih berada di sekolah. Tiba-tiba saja datang kabar yang tidak terduga menghampiri diriku. Kepala sekolah menerima kabar dari pak RT bahwa ayah yang tengah bekerja terjatuh dari atas bangunan. Aku tersentak kaget mendengar hal itu. Awalnya aku tidak percaya, tetapi kejadian itu memang benar-benar terjadi. Rasa diri ini langsung menjadi hancur. Pahlawan yang selama ini menjadi panutan, sekarang sudah tidak berdaya akibat musibah yang tiba-tiba datang menghampiri.
Musibah itu hampir saja merenggut nyawa ayahku. Tetapi syukurlah Tuhan masih memiliki belas kasihan kepada keluargaku, dan aku sangat bersyukur atas kemurahan-Nya itu. Sekarang ayah hanya bisa terduduk di atas kursi roda. Kedua kaki beliau sudah tidak dapat berfungsi lagi. Musibah itu sungguh membuat relung hati ini terluka. Tetapi mau bagaimana lagi, Tuhan mempunyai rencana lain yang tidak dapat kita ketahui. Kini tinggal akulah satu-satunya harapan keluargaku. Sejak kejadian itu akulah yang menjadi tulang punggung keluarga. Sepulang sekolah aku selalu bekerja dan malamnya baru belajar. Semangat ini tidak akan pernah pudar untuk menggapai asa. Pulang sekolah aku membantu ibu menjual gorengan, walaupun penghasilannya tidak seberapa, tetapi cukuplah untuk tetap bertahan hidup.
Hujan panas terik matahari tidak akan melunturkan semangat perjuanganku. ‘Kalau bukan aku yang bekerja siapa lagi,’ pemikiran itu selalu menyemangatiku dan yang membuat diri ini masih kuat untuk bertahan. Kegiatanku memang sangat padat, aku harus pandai dalam membagi waktu untuk belajar dan bekerja. Tetapi seiring berjalannya waktu, diri ini semakin terbiasa dengan kesibukan-kesibukan itu. Semua pekerjaan halal aku lakukan semua tenaga ku kerahkan untuk mencari rezeki, mulai dari menjual gorengan, ikut servis di bengkel, hingga menjadi buruh. Itu semua aku lakukan untuk menalangi kebutuhan keluargaku agar kami dapat bertahan hidup. Banyak sekali rintangan yang tengah ku hadapi, tetapi berkat semangat dan doa dari kedua orang tua, semuanya dapat berjalan dengan baik. Aku yakin tetesan keringat perjuangan ini tidak akan pernah sia-sia. Yang terpenting menjalaninya dengan semangat dan rasa syukur.
Tiba pada suatu saat, Tuhan menampakan kasih-Nya bagi diriku. Aku terpilih untuk mewakili sekolahku dalam ajang Olimpiade dan keajaiban Sang Kuasa sungguh tidak terduga. Aku di nyatakan sebagai salah satu juara dalam ajang tersebut. Rasa senang teramat sangat mendengar berita itu. Tetapi aku tidak boleh berpuas diri, aku harus selalu berjuang tanpa mengenal lelah, karena perjalananku masih panjang. Aku harus bisa membahagiakan kedua orang tuaku dan harus bisa menggapai mimpiku. Cita-citaku untuk menjadi seorang Dokter memang terlihat sangat mustahil, di tambah lagi dengan kondisi ekonomi keluarga yang untuk bertahan hidup saja sulit. Tetapi semangat perjuanganku tidak akan pernah memudar, aku ingin melihat senyum itu dari kedua orang tuaku, yaitu senyum melihat keberhasilanku kelak. Tidak lama lagi aku akan lulus, aku harus berjuang dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional. Sampai-sampai aku tidak memiliki waktu sedikit pun seperti teman-teman yang lain. Yang masih bisa bersantai dan bermain. Aku memiliki satu titik fokus yaitu lulus dengan nilai yang baik, walau pun di sisi lain aku harus tetap bekerja karena untuk bertahan hidup. Tetapi itu semua tidak menghambat diriku untuk belajar persiapan UN. Dan lagi-lagi berkat kerja keras dan doa, aku berhasil lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Dan yang paling tidak kuduga adalah aku merupakan satu-satunya siswa yang terpilih untuk kuliah di Fakultas Kedokteran dengan biaya kuliah semua di tanggung oleh Pemerintah. Rasa senang bercampur haru membuat butiran bening itu menetes. Mendengar kabar yang sangat luar biasa itu ayah dan ibu sangat senang, sampai-sampai tidak tahan lagi untuk mengeluarkan air mata. Aku melihat dan menyaksikan semua kejadian itu. Wajah mereka berkaca-kaca menaruh semua harapan, semangat dan doa kepada Tuhan untuk kebaikan masa depanku, sebagai anak mereka satu-satunya, dan aku pun memeluk mereka dengan penuh kebahagiaan.
Seorang anak kuli bangunan kini telah memiliki harapan untuk menggapai cita-citanya yaitu menjadi seorang Dokter. Kini aku tengah menjalankan studiku di semester VI. Sungguh karunia-Nya tidak terduga, Tuhan mempunyai rencana yang sangat besar terhadap kita ciptaan-Nya. Oleh sebab itu, kerja keras, semangat, doa dan restu dari orang tua harus selalu ada dalam setiap kehidupan kita. Sehingga keberhasilan pun nantinya datang menghampiri kita.

“Selesai”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tetesan Keringat PerjuanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang