15

847 100 21
                                    

"Hoo..jadi ini anak yang akan kau jual padaku Alex,manis juga ternyata.Anak manis,siapa namamu heumm?"
Riku hanya menatap bengis pria berkumis tebal,bertubuh besar kekar,dan memakai pakaian serba hitam.Riku tau,dia tidak mungkin bisa melawannya disaat kondisinya kritis seperti ini.Maka dia hanya bisa menatapnya tajam seolah tidak takut,namun sebenarnya dia sedang menutupi ketakutannya.

"Namanya Nanase tuan,seperti yang saya janjikan,dia manis bukan.Mungkin dia akan menjadi budak yang penurut untuk anda,benar begitu Nanase?" Alex menggenggam erat tangan Riku yang masih terikat sebuah tali.Sungguh rasanya dia ingin menjerit,supaya orang bisa menolongnya.Namun itu dianggap mustahil karena dia berada ditempat yang sepi,bukan di daerah perkotaan apalagi desa.Ini pinggiran Tokyo,sangat jarang ada orang yang tinggal diperbatasan seperti ini,dan lagi,kemana partner kerja nya itu.Iori bahkan tidak terlihat batang hidungnya yang bangir itu.

"Nanase ya?" Orang yang dianggap mengerikan oleh Riku ini mendekatinya.Riku melangkah mundur perlahan karena takut.
"Tenang manis,aku tidak akan melakukan hal kasar padamu,ada apa?Kau terlihat sangat pucat,apa kau sedang sakit?"
(Ini Om-om agak pedo😅)

Orang itu memegang dahi Riku perlahan,mencoba merasakan suhu tubuh miliknya.
"Kau sedikit demam manis,apa kau baik-baik saja?"Riku masih diam seribu bahasa,dia tidak ingin berlaku baik sekarang.

"Emm Tuan,jadi bagaimana,apa anda jadi tertarik padanya?"
"Ya,aku memang tertarik,tapi aku tidak ingin keluargaku tertular demam miliknya.Jadi,aku akan membawanya pergi jika dia sudah sembuh,aku kasih waktu dua hari untuk kalian membuatnya sembuh.Jika tidak bisa,maka aku tidak jadi membelinya,setuju?"
"Du-dua hari tuan?"
"Apa aku perlu mengulangi perkataanku Alex?"
"Te-tentu tidak tuan,baiklah kami akan usahakan dia sembuh total dalam dua hari"
"Jaa,aku akan kesini tiga hari lagi"
"Baik tuan"

Orang itu pergi dengan senyum liciknya.Riku sungguh lega dia tidak dibawa pergi hari ini.Maka itu kesempatan dia untuk mencari Iori dan melarikan diri,Riku yakin Iori masih hidup.
.
.
.

Berada di mobil spot yang bisa dibilang mewah membuat Tenn semakin darah tinggi.Bagaimana tidak,Gaku mengendarainya pelan,padahal dia segera ingin bertemu dengan sang adik.Bahkan jalan ini termasuk sepi karena sudah tengah malam,dan lagi.Gaku beralasan kalau hujan salju tidak baik untuk roda-rodanya yang masih mulus itu.Rasanya Tenn ingin merebut kemudi itu jika dia bisa mengendarainnya.

"Kau bisa lebih cepat uban,Riku bisa mati kedinginan menunggu pertolonganmu yang sampai dua tahun ini"
"Bocah,bisakah kau diam,aku sedang fokus pada jalan.Kau tidak ingin mati muda yang belum siap nikah ini kan?"
"Urusi saja wanita disaat seperti ini,aku hanya butuh Riku"
"Tenn,Gaku.Sudah lah,yang terpenting sekarang adalah keselamatan mengemudi"
"Kita tidak sedang membuat SIM Ryu,kau sungguh kacau seperti Papa yang tidak ingin kehilangan anaknya"
"Begitu kah Tenn?"
"Ryu,kau tidak akan pernah bosan untuk beradu mulut dengan bocah ini,percayalah"
"Diam dan percepat laju mobil ini uban.Jika Riku sampai terluka,aku tidak akan segan-segan padamu"
"Oii oii,bahkan bukan aku penjahat yang melukainnya"
"Itu juga salahmu karena terlambat menolongnya"
"Iya iya Tenn,Gaku.Tolong percepat lajunya,aku tidak ingin kita berpisah hanya karena ini"
"Cih.."

Setelah perdebatan yang cukup panjang itu,Gaku akhirnya melajukan mobilnya dengan kencang,dia tidak ingin menjadi santapan Tenn malam ini.Hingga mereka sampai pada jalan yang penuh dengan pepohonan,bisa dibilang hutan.Jalan mulai menyempit,hingga mereka memutuskan untuk turun dan berjalan kaki.

"Tenn,kau tidak salah menaruh GPS itu pada Nanase kan?"
"Hoo,apa kau takut uban?Tidak aku sangka anak seorang produser ternama penakut seperti ini,dan lagi,kau mau memanggil namaku seperti itu?"
"A-aku hanya keceplosan saja memanggil namamu bocah,huh aku tidak sudi lagi memanggil-"

Grossaakk...

"Gwaaaaa...a-a-a-a-apa itu Tenn??"
"Aku juga tidak tau Gaku!!"
"Unn se-sebenarnya aku menginjak ranting,maaf haha.."
"Ekhmm,jangan lakukan itu lagi Ryu"
"Cih,badanmu saja yang besar tapi nyalimu ciut uban"
"Kau juga tadi berteriak bocah!!"
"Itu karena kau mengagetkanku!!"
"Ssttt..aku mendengar sesuatu Tenn"
"Ha,jangan bilang sekarang kau juga ikut berhalusinasi Ryu,kau sungguh sudah tertular ub-"
Gaku menutup mulut Tenn dan memposisikan diri bertiarap,Ryu pun juga demikian.
Mereka mendengar langkah kaki yang semakin mendekat,namun langkah kaki itu bisa dibilang sedikit berat,sepertinya kaki orang ini sedang terluka,sehingga harus diseret.

Memories MelodiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang