Chapter 1 | l'avenir ( Future )

31 1 0
                                    

Being able to found you is the best moment that I ever have

Being able to love you is the best give that I ever get

So please baby, don't cry even we have to take apart

We can trough this together like we always do right?



Entah siapa yang mengatakan itu, suara yang belum pernah ku dengar, dan bau anyir darah yang entah dari mana asalnya. Aku terbangun dari mimpi itu, mimpi yang terus terulang selama 9 tahun ini. Memuakkan dan melegakan secara bersamaan. Entah kapan aku harus terus bermimpi tentang hal itu dengan adegan yang sama berulang- ulang, mungkin ketika semua keadaan berubah, mungkin ketika semua hal ini berahir, atau mungkin ketika aku berhenti bernafas.

" Berarti saat itu aku juga akan ikut mati princess...."

Suara yang sangat kukenal menginterupsi lamunan "mungkin" itu, kutolehkan kepalaku kea rah pintu masuk kamarku atau kamar kami kalau boleh ku sebut. Benar saja, Nakula berdiri di sana masih dengan jas dan kemejanya. Kulihat jam di dinding menunjukkan jam 2 dini hari, kupikir aku akan melihatnya saat matahari sudah bersinar, karena Nakula benci harus terburu-buru pulang dini hari yang dingin seperti ini.

"Yah aku benci dingin, tapi aku lebih benci kalau kau tidur sendiri dengan pikiran gilamu itu"

Lagi suara Kula menginterupsi pikiranku, terkadang kekuatan membaca memory Kula sangat berguna ketika aku sedang malas menggerakkan mulutku.

" Tumben pulang, kan nggak suka pulang pagi?"

"Tadinya mau pulang besok sore, tapi di brengsek Sadewa yang katanya akan pulang tadi malam malah masih terjebak di galeri bodohnya dengan obsesi gilanya. And of course I really miss my little princess here" dia datang dang pengecupi semua permukaan wajahku.

"Stop it kak, dan plis jangan umpat Sadewa lagi. He is your twin"

"And he is your twin too, kita triplet remember?"

Nakula melangkah ke kamar mandi dan memulai ritual mandinya, aneh memang kami sama-sama 24 tahun tetapi kami bertiga masih tidur di kamar yang sama, kasur yang sama, dan terkadang memakai baju semiliar seperti kebanyakan bayi kembar. Aneh, dan tak wajar, but we don't care, itu cara kami tetap bersatu seperti kami masih dalam kandungan Mommy. Merasa percumah dengan usaha tidurku yang sejauh ini tidak akan berhasil tanpa Nakula atau Sadewa di sisiku, akupun bangkit menuju dapur untuk mencari makanan, some ice cream make me feeling better I gues.

Kulangkahkan kakiku ke area kitchen yang luas, gelap dan sunyi, hanya cahaya dari lampu luar menerangi ruangan ini. Rumah kami memang terbilang besar dengan jendela – jendela yang di desain besar agar terkesan luas, we are a big family, jadi rumah besar dan luas adalah suatu kebutuhan. Tapi ketika semua anggota keluargaku sedang sibuk, aku akan merasa benci dengan ide kebutuhan rumah besar dan luas ini.

Kubuka lemari pendingin dan merasa dilemma untuk memilih ice cream rasa apa yang harus ku pilih, dan akhirnya vanilla ice cream yang menjadi pilihanku. Kutambahkan topping coklat diatasnya dan kunyalakan TV besar yang ada di ruang tengah agar rumah ini tidak terlalu sunyi. Aku benci sunyi, apalagi ketika kemampuan melihat masa depanku sedang tidak terkontrol.

Orang menyebutnya indigo, kemampuan istimewa yang di berikan oleh Tuhan kepada manusi dengan berbagai jenis kemampuannya. Seperti Nakula yang bisa melihat memory manusia dengan melihat wajahnya, aku bisa melihat hal-hal yang belum terjadi atau bisa di katakana masa depan dengan control atau tidak terkontrol tergantung kesehatan mental dan ragaku. Terkadang aku bisa melihat masa depan orang – orang di sekitarku atau orang asing, apa yang akan terjadi besok, atau seminggu kemudian, sebulan kemudian, setahun, atau tidak jelas waktunya. Pengelihatanku bisa saja berubah jika orang yang bersangkutan berusaha atau tanpa sengaja merubah keputusan atau tindakannya.

Tidak hanya aku dan Nakula, Sadewa kembaran kami juga bisa memiliki kemampuan untuk melihat masa lalu. Kakak sulungku Bisma bisa mengetahui suasana hati dan mempengaruhi suasana hati seseorang, sedangka si bungsu Arjuna bisa melihat kejadian yang terjadi di tempat lain. Kemampuan kami ini mungkin di turunkan dadi Mommy yang juga seorang indigo, tidak banyak yang bisa kami lakukan selain menerima dan menggunakannya dengan bijaksana.

"Mikir apa lagi sih Je, ice cream kamu meleleh tuh". Nakula tiba – tiba datang mengejutkanku, kulihat dia sudah segar dan wangi dengan rambut yang setengah basah.

"Nggak mikir kok, aku cuma liat TV". Jawabku mengelak.

"Seriously, Je? Do you think you can trick me?. Jadi apa yang bikin kamu stress nggak bisa tidur, mimpi apa lagi kali ini?". Nakula melihatku dengan tajam, mencoba membaca memoryku.

"Aku dapat mimpi lagi aneh". Akhirnya aku jujur, percuma berbohong dengan Nakula.

"Bukannya biasanya juga dapat mimpi aneh?". Tanya Nakula keheranan.

"Yeah, but this time is difference". Kataku frustasi.

"What it is?". Tanya nakula penasaran

"I don't want to tell you before Sadewa pulang ke rumah, aku nggak mau kalian tengkar tentang siapa yang duluan lagi". Kataku dengan senyum geli, jujur kompetisi siapa yang duluan antara Nakula dan Sadewa tidak pernah mereda sampai umur mereka yang ke 25 tahun ini. Terkadang mereka merebutkan hal – hal kecil seperti "siapa yang mandi duluan", atau siapa yang "bisa makan pop corn paling banyak", atau hal aneh seperti siapa "yang tahu tentang apa saja yang Jenar lakukan hari ini" duluan.

"Come on Princess, aku pingin menang kali ini setelah kemarin si gila Sadewa mengalahkanku dalam balap mobil di sirkuit Tokyo minggu lalu". Kuputar mataku mendengar alasannya, boys.

"Jenar Santika Putri Rekso Widjoyo, kamu nggak boleh makan ice cream di jam pagi buta begini, gimana kalau kamu kena flu lagi. Kamu mau aku di bunuh Mas Bisma?". Katanya sambil mengambil ice cream vanillaku. Sial ternyata dia sadar, aku pikir dia nggak akan protes.

"You wrong Princess, aku udah mau ngingetin kamu dari tadi tapi aku lebih kepo sama keadaan kamu". Kuhembuskan nafasku pasrah, terkadang aku merasa kesal dengan keluargaku yang overprotective, mereka bahkan memasang alat pendeteksi di semua perhiasanku kalau – kalau aku pergi keluar rumah dan lupa memberi tahu siapapun anggota keluargaku.

"Oke aku nggak akan makan sebelum nanti siang, tapi aku ngantuk. Syukur kamu pulang, jadi aku bisa tidur lagi dengan tenang". Kataku dengan memeluk Nakula dengan erat.

"I'm so sorry princess, kita belum bisa bikin mimpi itu pergi dari tidur kamu". Nakula berkata dengan sedih, dia menggendongku dan mematikan TV yang memang dari awal tidak niat aku tonton. Melangkahkan kakinya ke kamar kami dengan aku yang masih di gendongannya seperti koala.

"It's oke Kula, ini bukan salah kamu. Kata Mommy, kita hanya harus menerima dan menggunakannya dengan bijaksana kan?". Memposisikan wajahku sejajar dengannya, dan tersenyum untuk menenangkan Nakula.

"Yeah.... menerima dan menggunakannya dengan bijaksana. Time to sleep princess, jika mimpi itu datang lagi tenang saja ada aku di sisimu". Nakula meletakkan tubuhku di kasur besar kami, dan berbaring di sisiku dengan tangannya yang tidak berhenti membelai rambutku. Kupejamkan mataku, berharap energy Nakula bisa menenangkanku dari mimpi apapun yang akan ada di tidurku.




Hey, gimana dengan chapter pertama?

I know, there is a lot of mistake

Tolong komen, dan bintangnya ya :)

And find me on ig : julianadyah

l'avenirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang