Aesha Syakila Nahla nama yang begitu cantik untuk seorang gadis cantik yang menyimpan banyak masa lalu kelam dalam dirinya. Gadis berkerudung syar'i yang tengah menjalani proses untuk menjadi seseorang yang lebih baik.
Masa lalunya memang kelam namun siapa yang tahu, mungkin masa depannya akan cerah. Bukan kah setelah turun hujan akan muncul pelangi. Begitulah dia Aesha atau biasa dipanggil Aisyah oleh teman-temannya. Sosok yang begitu pandai merangkai kata untuk dijadikan motivasi bagi diri sendiri maupun orang lain.
Gadis yang saat ini sedang merenungi dirinya menikmati kedamaian di masjid sekolahnya.
Saat sedang asyik merenung tiba-tiba Aesha dikejutkan dengan kedatangan Ines temannya.
"Eh sya, kamu kok nggak bilang kalau mau shalat dhuha. Curang nih"
"Ku pikir kamu peka Nes, biasanyakan gitu nggak perlu ku kasi tahu"
"Tapi kan tadi kamu perginya pas aku lagi nyalin tugas sama Disya"
"Iya iya deh sorry. Makanya kerja tugas tuh di rumah bukan di sekolah"
"Hehehe aku mana sempat kerja tugas di rumah Sya yang ada nggak kelar-kelar, kan kamu tahu keponakan ku gimana nakalnya"
"Eleh kamunya aja yang banyak alasan, emang kamar kamu nggak bisa di kunci Nes. Malas mah malas aja nggak usah gengsi"
"Tau deh yang rajinnya nggak ketulungan. Aku mah apa cuma calon istri shalihah hihi situ kan calon ustadzah"
"Aamiin Nes, udah sana deh kamu ambil wudhu keburu masuk jam ke dua"
Usai melaksanakan shalat dhuha Aesha dan Ines kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran ke dua.
Dalam perjalanan Aesha dikejutkan oleh sebuah tangan kekar yang tiba-tiba mencekal tangannya."Ikut aku!" kata pemuda itu
Pemuda itu adalah Alghifari Zufran Abuyahya. Namanya memang bagus tampangnya juga menawan. Namun sayang seribu sayang sifatnya suka membangkang. Seorang bad boy pentolan sekolah yang banyak digandrungi kaum hawa namun pengecualian untuk Aesha.
"Nggak" tegas Aesha menghentakkan tangannya berjalan meninggalkan cowok tak jelas itu.
Ini bukan pertama kalinya lelaki itu menghadang Aesha dan memegang tangannya. Aesha sendiri sudah pusing memikirkan cara apa lagi yang harus dia kerahkan untuk membuat laki-laki itu mengerti dirinya. Bahwa dia bukanlah wanita sembarangan yang bisa disentuh oleh seseorang yang jelas bukan mahramnya.
Sering kali Aesha menangis dalam sujud panjangnya menghitung begitu banyak dosanya karena sentuhan tak halal itu. Aesha bahkan pernah meminta sambil menangis pada lelaki yang memiliki nama panggilan Algi itu untuk tidak menyentuhnya sembarangan. Namun telinga pemuda itu seakan tuli dan tak mau menerima alasan apa pun yang keluar dari mulut Aesha.
Selama perjalanan menuju kelas mata Aesha berkaca-kaca mengingat perlakuan lelaki itu padanya.
"Udah deh Sya nggak usah nangis, entar yang ada si Algi makin jadi. Makin memandang kamu sebelah mata"
Aesha pun mencoba untuk tersenyum menanggapi nasihat temannya itu.
Ternyata saat mereka tiba di kelas Ibu Astuti yang mengajar Biologi saat itu sudah tiba. Untung Aesha siswi teladan jadi diberi keringanan untuk tetap mengikuti pelajaran. Biasanya sih dia tidak pernah terlambat tapi Karena insiden tdi mebuatnya sedikit mendapat masalah.
Saat pelajaran hari ini sudah berakhir. Aesha memutuskan untuk cepat pulang. Karena Bundanya meminta untuk mengantarkan kue ke rumah tante Ratna yang katanya akan mengadakan arisan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT
Teen FictionSaat hari menyapa semuanya tak lagi sama. Ada yang hilang dari sosoknya. Bukan karena tak mampu mempertahankan. Namun takdir yang berbicara untuk membuat seseorang yang dulunya ada kini tinggal kenangan Tak ada yang bisa memungkiri kapan giliran unt...