Chapter One

117 12 1
                                    

Hai semua!

Salam kenal yaaa!

Semua karakter di cerita ini hanya fiksi belaka dan juga ini fanfict khusus Sehun aja yaa, sepertinya tidak akan menggunakan personil Exo lainnya. Tapi siapa tau :D

Enjoy! Semoga suka karya pertamaku ini.

Dilarang menjiplak loh dosa.

Chapter One

"Tidak. Pokoknya Papah gak akan pernah setuju untuk kamu pindah ke tempat antah berantah itu." Ujar papah dengan tegas.

"Tapi Pah.."

"Gak ada tapi-tapian, Lana. Papah gak mau kehilangan kamu lagi."

Aku menatap papah pilu. Papah cuma gak ngerti kalau aku memang harus meninggalkan kota ini. Setiap sisi kota ini mengingatkan ku padanya. Semua kenangan itu terlalu menyakitkan dan aku harus benar-benar keluar dari kota ini sebelum aku menjadi gila.

"Kalau Papah sayang aku, seharusnya Papah ngerti kenapa aku harus pergi dari sini," aku mengusap air mata yang dengan seenaknya jatuh ke pipiku. Aku mengusapnya cepat agar tidak terlihat oleh Papah. "Maafin aku Pah, tapi Lana harus pergi."

"Kamu gak bisa lari selamanya Lana, dia pasti sangat sedih."

Aku tidak menjawab pertanyaan papah dan langsung menyeret koper kecilku ke arah mobilku yang sudah terparkir di depan rumah. Aku membutuhkan ini, aku butuh berhenti dan pergi dari lingkungan yang selama ini akrab denganku. Aku butuh suasana baru untuk melupakan semuanya. Lagi pula memang sudah cita-citaku sedari dulu untuk membuka prakter dokter umum di sudut kota kecil yang membutuhkan pengobatan namun tidak memiliki cukup uang. Semua ini untuk yang terbaik. Dengan pikiran seperti itu, aku menancapkan gas mobilku dan mulai berjalan ke tempat yang aku tuju.

Kurang lebih dua jam kemudian, aku hampir sampai di kota kecil yang aku tuju. Di kota kecil itu ada sebuah desa yang membutuhkan tambahan bantuan medis. Jadi ku putuskan untuk mengambil kesempatan itu untuk membantu orang-orang sekitar. Aku melihat sebuah banguanan sederhana berwarna krem dan memberhentikan mobilku. Disana sudah ada dua orang yang berdiri sambil tersenyum begitu melihat mobilku. Setelah memarkirkan mobilku, lalu aku turun menyambut orang-orang tersebut.

"Selamat Pagi, Ibu Dokter Atlana. Selamat datang di desa kami. Perkenalkan saya Bagus selaku Kepala Desa disini." Ujar Pak Bagus seraya mengulurkan tangannya. Senyumnya yang ramah dan aura ke Bapak-annya saja sudah membuat ku merasa nyaman di desa ini.

"Panggil aja Lana Pak." Jawabku sambil membalas senyumnya.

"Ah tidak mau, saya mau panggil Bu Dok aja." Katanya sambil terkekeh kecil, "Oh iya, perkenalkan ini Bu Bidan Dewi."

Aku pun mengalihkan pandanganku kepada wanita disebelah Pak Bagus. Wanita yang bermuka manis dan memakai kerudung hitam tersenyum ke arahku.

"Saya Atlana Bu, mohon bantuannya ya selama saya disini." Kataku.

"Gak usah panggil Ibu, kayanya umur kita gak beda jauh deh. Kamu kelahiran tahun berapa?" Tanyanya.

"Oh aku kelahiran tahun 1996, kalau kamu?"

"Tuh kan bener umur kita gak beda jauh. Aku kelahiran tahun 1995" Soraknya girang menemukan teman sepantarannya. "Yauda kalau gitu, boleh saya ajak Lana keliling Desa dan ke kamarnya Pak Bagus?"

"Tentu aja boleh. Kalau begitu saya pamit dulu ya semua" Ujar pak Bagus seraya pergi meninggalkan kami berdua.

"Oke kalau gitu, aku bakal anterin kamu ke kamar kamu dulu gimana? Biar gak berat bawa-bawa koper gitu."

Aku mengangguk pelan yang di balas dengan cengiran sumringah Dewi. Ah, betapa senangnya aku bertemu seseorang seperti Dewi. Dia orang yang ramah dan mau mengajak orang baru. Terlebih dengan sifat agak introvert sepertiku yang membutuhkan waktu untuk beradaptasi.

Kami pun menyusuri koridor demi koridor panjang. Lalu setelah menaiki satu tangga kami telah sampai di depan kamarku menurut informasi Dewi.

"Nah ini dia kamar kamu. Tepat disebelah kamarmu itu ada kamarku, lalu disebelah kamarku ada satu kamar dokter dan satu kamar suster. Yauda kamu taro aja dulu kopermu, aku tunggu di depan ya." Ucapnya.

Kamarku tidak terlalu besar namun tidak bisa juga di bilang sempit. Dengan tembok berwarna putih dan tempat tidur single bed, kamar ini cukup baik untuk ditinggali. Nanti tinggal aku kasih dekorasi saja biar semakin nyaman ditempati. Dan ya ampun ternyata kamar ini mempunyai jendela. Aku sangat menyukai kamar dengan jendela. Membuatku mempunyai tempat untuk berfikir. Setelah ku taro koperku disudut ruangan, aku pun beranjak menuju jendela kamarku, ingin tahu pemandangan di baliknya. Namun tiba-tiba pintuku di ketuk.

"Lana? Sudah belum? Ayo kita keliling desa sebelum gelap." Ujar Dewi dari balik pintu.

Aku menghela nafas dan keluar kamar. Mungkin nanti setelah keliling Desa aku akan melihat pemandangan itu.

"Iya Dew, aku keluar sekarang."

Kami berdua pun keliling Desa bersama. Sebelumnya aku dikenalkan dengan teman-teman yang lain yang ada di asrama ini. Dewi juga berkali-kali berterimakasih karna aku mau mengambil pekerjaan ini. Dia bilang dokter yang satunya suka kewalahan dalam menangani pasien. Dewi menunjukan rumah-rumah warga yang dia kenal, balai desa dan juga tempat membeli bahan makanan. Karna hari sudah semakin gelap akhirnya kami memutuskan untuk pulang.

Diperjalanan pulang aku melihat ke arah belakang asrama kami. Di belakang itu seperti banyak pepohonan yang rindang dan sepertinya itu hutan. Jiwa berpetualangku menjadi semangat begitu sadar hutan itu tepat berada di belakang asrama kami. Lokasinya tidak terlalu jauh.

"Oh iya Dew, itu di belakang kamar kita hutan bukan sih?"

Raut muka Dewi tiba-tiba langsung berubah dan menjawab ku dengan nada tegas. "Iya itu hutan, tapi kamu jangan pernah sekali-kali menginjakan kaki kamu disana ya Lan. Hutan itu hutan terlarang yang gak ada seorang pun boleh kesana terlalu jauh. Orang yang nekat ke hutan sana, tidak pernah di temukan kembali."

"Beneran gak ketemu? Emang ada apa di hutan sana?" tanyaku bingung. Hutannya juga keliatannya gak terlalu besar. Sebegitu buruk kah?

Dewi hanya mengedikan bahu, "udah pokoknya jangan kesana ya. Itu larangan. Kalo gitu selamat istirahat Lana, sampe jumpa besok"

Setelah Dewi pergi aku memutuskan untuk memindahkan pakaianku ke lemari dan langsung mandi. Tubuhku sudah sangat lengket karna seharian jalan-jalan keliling Desa. Setelah mandi, aku pun tertidur dengan pikiran alasan desa ini melarang warganya menuju hutan itu.

********************************************

Gimana Chapter One nya? Wah ini sih belum ada apa-apanya loh. Terus komen, vote dan share yaa biar banyak yang baca. Ayo pecinta Sehun mana nih Votenya?

See you on next chapter.

Mohon maaf sama typonya.

Alpha SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang