"Mama memasukkanmu ke asrama."
Ucap wanita paruh baya itu ketus kepada gadis remaja yang kini tengah duduk dihadapannya. Menyantap makanan yang kini tak lagi sedap dipandang, dengan wajah datar yang tak bersalah. Dia menghela napas pelan, tidak dapat melawan semua yang dikatakan oleh sang ibu begitu saja. Walau dalam hati dia sudah penat terus-terusan diomeli."Asrama mana?" Tanyanya pelan sembari terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring kaca berlukis itu. "Kamu tidak perlu mengetahuinya, Nona Bree." Ujar sang ibu lagi, kali ini tangannya dengan lihai mengoleskan selai kacang pada sebuah roti tawar. Gadis yang dipanggil Bree itu lagi-lagi hanya bisa menghela napas dan memutar bola matanya malas. Tidak tertarik bila berbicara dengan sang ibu.
"Aku harap kamu bisa menjadi anak yang lebih baik ketika masuk kesana, Brianna Numbers. Aku harap kamu bisa mengintropeksi diri setelah selama ini puas berulah di sekolah dasar." Ucapnya dengan nada penuh penekanan. Bree hanya bisa mengangguk, menyuap sarapannya lagi.
"Malam ini, kemas barang-barangmu untuk pergi ke asrama besok. Kemas semuanya dengan teliti, jangan ada yang tertinggal. Paham?"
"Yes, Momma..."
"Bagus." Sang Ibu sumringah.
Oke oke, biarkan aku menjelaskan lebih dalam mengenai latar belakang gadis ini.
Namanya lengkapnya Brianna Numbers, Panggil saja Bree. Itu panggilan kesayangannya. Dia lahir di Washington DC, normal tanpa operasi sama sekali. Orang tuanya bisa dibilang sebagai seorang pengusaha sukses dan ternama disana. Selama masa pertumbuhan Bree, anak ini cukup dimanja oleh orang tua dan kerabatnya. Hal ini yang menyebabkan Bree tumbuh sebagai anak kecil yang nakal dan seenaknya. Dia tumbuh sebagai anak perempuan, namun jiwanya seperti lelaki. Anak ini tidak banyak bicara, namun dia membuktikan semuanya dengan ulah. Bahkan orang tuanya sendiri hanya bisa elus dada ketika mendapat kabar-kabar kurang mengenakkan dari sekolah yang menyatakan putri kecil mereka telah berbuat buruk pada temannya. Selain itu, Bree dikenal sebagai anak yang cerdas. Meskipun dengan kenakalan yang lebih, anak ini punya kelebihan pula. Dia selalu mendapat nilai bagus setiap ulangan. Tapi tetap saja, ia dituduh mencontek pada teman-temannya.
Siapa orang yang mencontek namun mendapat peringkat pertama? Kurasa, belum ada. Kalaupun ada, pastilah Brianna Numbers orangnya.
Pernah sekali orang tua Bree mencoba mengetes putrinya ini dengan beberapa soal sulit. Gadis itu hanya butuh waktu 15 menit untuk menjawab. Namun sayang, orang tuanya tetap tidak percaya dengan gadis itu.
Tapi yah.. begitulah seluk beluk hidup Bree. Mau tidak mau dia harus terima, karena mereka orang tuanya. Bagaimanapun juga mereka berjasa dalam tumbuh kembang Bree, beruntung dia tidak ditelantarkan begitu saja.
Sepertinya begitu saja tentang Bree, mari kita lanjut pada ceritanya.
-
Mobil milik ayah Bree berhenti tepat didepan gerbang asrama yang penuh akan orang tua murid dan anak-anak yang berhamburan kesana kemari. Bree yang awalnya hanya bengong menatap dari dalam mobil pun terpaksa turun bersama sang ibu. Sementara ayahnya mengambilkan beberapa barangnya di bagasi.
Ibu Bree menyepantarkan tubuhnya dengan gadis itu. Memegang bahunya sembari tersenyum menunjukkan wajah cantiknya.
"Selamat datang di Asrama barumu. Kamu akan tinggal disini selama tiga tahun. Tapi biasanya, kamu mendapat libur selama beberapa minggu. Betah betah disini ya, dapatkan beberapa teman baru. Nanti kapan-kapan kamu bisa memberi pesan kepadaku.
Ingat ya, Brianna. Be a good girl. Jangan berbuat nakal selama kau di asrama, oke?"
Katanya, diakhiri dengan kecupan di dahi Bree."Aku pamit ya bu, ayah."
YOU ARE READING
[1] Twelve - Knock Knock!
Teen FictionPada awalnya, Bree, Connie, Lula, Lissy, Charlie dan Julia bertemu di satu kamar asrama yang sama. Semuanya dekat dan akrab satu sama lain karena beragam macam hal. Salah satunya ketukan 'jahil' di malam ke 7 mereka tinggal disana. Hal itu jelas mem...