05 | don't forget

740 95 15
                                    

tw: major character dead

tw: major character dead

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hyunjin,"

Remaja laki-laki yang sedang sibuk mengutak-atik remote televisi itu menoleh begitu merasa namanya diserukan, hanya untuk ulas senyum lebar yang sebabkan kedua maniknya tenggelam dalam kurva indah dan undang sesuatu mencubiti dada laki-laki satunya. Seungmin, si pelaku pemanggilan, lantas ikut tersenyum seraya jatuhkan diri tepat di samping yang lebih tua. Ambil satu tangan Hyunjin untuk digenggam. Dalam diam, hatinya mencelos. Jari-jari yang tengah ia genggam terasa semakin kurus seiring berjalannya waktu.

Seungmin punya banyak sekali hal-hal yang ingin dibicarakan bersama Hyunjin, tapi ia bahkan tidak tahu harus memulainya dari mana. Rasanya sesak, sampai untuk bernapas saja Seungmin tak pernah nyaman. Memori perbincangannya dengan sang ibu tidak lantas buatnya tenang, yang ada kini hanya rasa takut akan bayang-bayang ditinggalkan. Demi Tuhan, Seungmin belum siap. Ralat, ia tidak akan pernah siap.

"Kamu mau jalan-jalan nggak?" tangan Seungmin meraih jari jemari Hyunjin yang menggantung bebas di pinggiran sofa, menggenggam kulit hangat itu tanpa tenaga. Tangan itu rapuh, serapuh lapisan kaca di permukaan sepasang manik Seungmin yang bisa pecah sewaktu ia mengedipkan mata. "Besok aku ada ujian di luar kota dua hari, jadi nggak bisa ke sini buat nemenin kamu. Jadi, sekarang mau nggak keluar sama aku?" kata Seungmin, tatap lekat tanpa berkedip kelereng bening Hyunjin semata-mata untuk tahan kaca di maniknya meleleh.

Wajah Hyunjin siratkan keraguan. Ia membiarkan tangan dingin Seungmin membawanya keluar rumah, mengganti objek pandangan yang semula hanyalah siaran televisi menjadi warna-warni alami dari taman bunga di depan rumahnya. Hyunjin menatap mereka takjub, seakan-akan hal itu bukan sesuatu yang selalu dilihatnya dulu. Dulu mungkin saja Hyunjin bosan sampai tak mengacuhkan cantiknya merah dan kuning bunga-bunganya, namun sekarang mereka bahkan berhasil menarik seluruh perhatian Hyunjin tanpa perlu diminta.

"Cantik ...."

Bibir Seungmin sungging sebuah senyum tatkala Hyunjin menggumam pelan. Ia berhenti menarik tubuh sang sahabat dan biarkan Hyunjin jelajahi taman bunganya sendiri. Langit cerah hari ini, kontras dengan suasana hati Seungmin yang mendung penuh keabu-abuan. Otaknya sesaat memutar rekaman-rekaman memori beberapa tahun lalu di mana semuanya masih tampak baik-baik saja. Waktu seakan dilempar melewati beberapa dimensi dan Seungmin bisa melihat dirinya sendiri tengah habiskan waktu dengan tawa bersama Hyunjin. Andai Tuhan membiarkan makhluknya memiliki kuasa, Seungmin ingin dapat memutar waktu dan kembali ke masa itu. Masa di mana Hyunjin masih bisa mengingatnya bahkan ketika hari telah berganti.

"Mau lihat yang lebih cantik?" tawar Seungmin, "aku mau tunjukkin kamu tempat yang dulu sering kita datengin. Aku yakin kamu suka."

Hyunjin mengangguk samar, merelakan maniknya meninggalkan pekarangan bunga demi ikuti ke mana Seungmin membawanya pergi. Kaki-kaki jenjangnya melangkah dengan tempo sedang kendati ia rasakan ada yang aneh dengan caranya berjalan. Langkahnya ringan, hampir tak bisa dirasakan. Namun perasaan itu ia tepis begitu saja tatkala Seungmin tunjukkan sebuah pemandangan lain yang jauh lebih menakjubkan.

RAIN OF CRYING HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang