[ trois ]

112 13 4
                                    

BREATH


" In this universe, I choose to stay with you."
__________ • __________

Sander hanya menemuinya sejenak kemudian dia pergi lagi entah kemana. Tak ada yang Nai kenal ditempat ini, hanya Sander dan pria asing bernama Joong tadi.

Bicara soal Joong, pria itu datang kembali setelah dia mengatakan pada Nai untuk menunggunya sebentar, ada yang harus ia urus. Tepat ketika Sander pergi, Joong datang. Sebuah kebelutan yang aneh yang anehnya tak begitu Nai perdulikan, "Hey, apa yang dilakukan Sander tadi?"

"Kau mengenalnya?"

"Salah satu teman kelasku adalah temannya, jadi ya... mungkin?"

Pria bermata hazel itu membawanya pada satu section dimana lukisan-lukisan surialisme tergambar dengan begitu apiknya. Terpampang sebuah nama didekat tiga mural didinding.

Joong Archen

"Ini semua milikmu?" kekaguman terderngar jelas dari bagaimana Nai tanpa sadar sedikit membuka mulutnya kala matanya menangkap berbagai warna menawan di dinding-dinding tempat dia berdiri sekarang.

"Hm, ya." pria itu mengikutinya dari belakang. Kedua tangannya ia masukkan kedalam kantung jaket kulit hitam yang ia kenakan, sementara kepalanya tertutup kupluk dari hoddie yang ia kenakan dibawah jaketnya.

"Kau luar biasa, Joong!"

"Thank you, but... ini bukan apa-apa dibandingkan dengan milik yang lain." mendengar itu Nai berbalik menghadap Joong. Cukup terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar dari pria itu, "Bukan apa-apa katamu? Serious?"

"Ini luar biasa, dan ketika aku katakan ini luar biasa maka ini semua memang luar biasa." sambungnya dengan nada penuh penekanan.

Joong terlalu merendah, pikirnya.

Apa semua seniman mengatakan hal yang sama dengan Joong? Karena kalau iya, itu berarti para seniman telah berbohong. Jujur saja, untuk sekedar membuat sketsa pemandangan saja Nai tak cukup mampu apalagi jika harus menggambar sedemikian rupa. Ia menyerah tepat ketika tangannya menggenggam kuas.

"Bakatmu luar biasa, Joong. Pilihan warna yang kau pilih cukup berani dan sungguh, tanganmu dan pikiranmu itu luar biasa." pujian terus ia lontarkan seraya berjalan mendekati karya-karya yang Joong buat, "Terima kasih atas pujiannya."

"No, it's... You deserve it, Joong."


Pertemuan pertama bukanlah pertemuan terakhir untuk mereka berdua, pasalnya sore selepas menghabiskan beberapa jam di perpustakaan Nai kembali bertemu dengan Joong yang entah sejak kapan menunggunya dekat pagar sekolahnya.

"Hey! Cava?"

"Oh, Joong. A-apa yang kau lakukan disini?"

"Apa Sander masih tak juga menghubungimu?" terhitung sudah hampir satu pekan Sander menghilang begitu saja, tepatnya sejak pameran Visual Arts waktu itu, "Ya. Mungkin dia sudah kembali ke Bulgaria."

"Hm. Aneh, tapi ya mungkin. Oh, kau ada waktu?"

"Untuk?"

"Kau suka croissant bukan?" percakapan melalui aplikasi chatting yang dimulai sehari setelah mereka bertukar nomor telepon di pameran itu. Bukan bermaksud tidak sopan, namun tak ada salahnya bukan Joong mengenal lebih banyak orang? Memulai pertemanan tak akan menyakitkan, bukan?

[ BREATH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang