End

4 2 0
                                    


***

"Apaan maksudnya?" tanya Ara ngeri sekaligus penasaran. Sedangkan, saudara Ara yang bercek-cok ria itu berhenti. Mereka memandang aneh Ara. Lalu, mereka mendekati Ara tanpa Ara yang mengetahui kehadirannya. Ara sibuk dengan pikirannya.

"Maksudmu, apa Ara?" tanya Rian membuat Ara kaget.

"Ini, bacalah." Ucap Ara setelah rasa kagetnya hilang. Ia menunjukkan bacaan bawannya.

"Ah, paling aja cuma iseng," ujar Ai sambil membuka buku halaman selanjutnya. Tapi, setelah dibuka. Tiba-tiba, lingkaran yang besar menarik mereka dengan paksa ke dalam dalam buku itu. Semakin lama semakin kecil lingkaran itu.

Disebelah Rian tampak seorang wanita yang wajahnya seram. Ia menunjukkan kearah jurang. Mereka langsung menoleh kearah jurang yang ada beberapa perempuam remaja yang mengeret seorang wanita yang sama dengan perempuam yang disebelah Rian. Mereka mengidik ngeri.

"Tolong aku Abang Aga, Abang Ilham, Cia, Papa, Mama, Ayah, dan Bunda," pekiknya ketakutan.

"Ya ampum kasihan sekali, huh. Agara Anissa Star, gak ada yang akan mau menolongmu Ara yang manis," jawab salah satu diantara mereka.

"Jangan sok jadi juara, dech," ucap salah satu diantara mereka sambil menjambak rambut ia.

"Arggh, sakit. Aku gak akan menuruti kemauan kalian," ucapnya lirih namun tegas.

"oke,"jawabnya lalu mereka mendorong ia kearah jurang.


Lalu, tiba-tiba seakan menarik lingkaran itu ada lalu Rian, Ara, dan Ai masuk kelingkaran itu dan lingkaran itu menghilang. Mereka berada didemesi lain lagi. Disekeliling mereka tampak banyak tenda-tenda khas kemping. Di situ mereka ada beberapa yang kenal yaitu salah satunya ayahnya, ibunya, pamannya, dan perempuam tadi dan teman-temannya yang mendorong perempuam itu. Ibunya tampak menanggis sambil melihat kearah mayat yang berbujur kaku. Begitupun yang lainnnya. Sedangkan, yang teman-tamannya yang mendorong itu ketakutan setengah mati yang tak diketahui siapa pun kecuali hanya mereka saja.


Perempuam yang didorong itu menatap Ara, Aiu dan Rian nanar. Lalu, tiba-tiba lingkaran itu seakan menarik lalu Rian, Ara, dan Ai masuk keliingkaran itu dan lingkaran itu menghilang. Mereka berada didemesi lain lagi. Disekeliling mereka tampak seperti gudang disebelah mereka tapi itu seperti yang baru. Tampak diary yang dibaca mereka ditulis oleh seseorang yang didorong. Ia menuliskannya seseatu didiary itu. Lalu, ia menaruhkan buku didiary tersebut paling bawaj buku yang lain. Lalu, tiba-tiba lingkaran itu seakan menarik itu ada lalu Rian, Ara, dan Ai masuk keliingkaran itu dan lingkaran itu menghilang. Mereka berada didemesi lain lagi tapi kali ini mereka kembali ke tempat semula. Ara berpandangan dengan yang lain. Setelah sadar ia mencari buku tersebut. Lalu, ketika ketemu ia membaca isi belakangnya .


"Tolong minta tolong Cia untuk melihat cctv yang ada dikalung itu. Kumohon tolong siapa saja yang membuka buku ini untuk minto tolong padanya dan juga hukum mereka bertiga," baca Ara bertepat datangnya Jesciska (ibu mereka) sekita membuat bingung sambil melihat kalung pemberian seseorang. Rian yang melihat arah pandangan ibunya itu mengikuti pandangan.


***

"Bu, tahukah kalung ini?" tanya Rian.

"Ya, ampun yan bukankah Ibu pernah bercerita tentang kalung ibu dapatkan dari ya" ujar Jessicka.

"Bu siapa nama adik tiri ibu dan sekaligus adik kandung ayah." Tanya Ara peka.

"Agara Anissa Star dpanggil Ara namamu Ara sama seperti ia. Ya, kakek Raka memberikan nama itu padamu karena kemu sangggat mitip dengan Ara" Ujar Jessicka sambil tersenyum. Ara, Ai, dan Rian seketika berpandangan.

"Kenapa?" Tanya bingung Jessicka. Ara ragu-ragu bercerita namun ia paksakan untuk bercerita.


***

"Hay, Riri apa kabar?" tanya Jessicka takkala mereka semua da diruang tamu.

"Baik, kalau kamu bagaiamana?" tanyanya balik Riri.

"Baik juga. Oh, ya Rian tolong pinjam laptop yang!" perintah Jessicka terhadap Rian yang berpura-pura main laptop. Rian lalu memberikan laptop tersebut. Jessicka lalu melepaskan kalung yang ia pakai. Setelah itu, ia mencari memori ketika memori itu dapat ditanggalkan langsung ia masukkan ke dalam laptop membuat Riri dan teman-temannya langsung mundur.

"Mau kemana Riska, Riri, dan Rima?" tanya sok polos jessicka sambil mencari-cari seseuatu.

"Ah, tidak. Kami mencari tempat yang nyaman saja." Jawab Riri gugup bertepat dengan selesai kalimat tersebut tergambarlah peristiwa yang menyedihkan.


"Ya ampum kasihan sekali, huh. Agara Anissa Star, gak ada yang akan mau menolongmu Ara yang manis," jawab salah satu diantara mereka.

"Jangan sok jadi juara, dech," ucap salah satu diantara mereka sambil menjambak rambut ia.

"Arggh, sakit. Aku gak akan menuruti kemauan kalian," ucapnya lirih namun tegas.

"oke,"jawabnya lalu mereka mendorong ia kearah jurang.


Seketika, putaran itu dihentikan oleh Jessicka. Jessicka menatap mereka dengan wajah tak tergambarkan.

"Ayo ngaku kalian bukan yang membunuh Ara?" tanya Jessicka yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak dan mereka semua tak percaya.

"Kalian bertiga. Kalian harus dibawa kekantor polisi," ujar Raka yang membuat mereka bertiga langsung kabur. Namun naas ternyata rumah tersebut sudah dikerpung oleh polisi. Setelah mereka bertiga dibawa polisi. Salah satu polisi mendatangkan Jessicka, Ara, Rian, dan Ai lalu mengatakan terima kasih padanya yang disambut tatapan heran Raka dan Aga. Jessicka yang melihat tatapan tersebut lalu bercerita. Ternyata semua ini sudah dipersiapan matang-matang oleh Jessicka, Rian, Ara, dan Ai. Setelah Jessicka bercerita Ara melihat adik kandung Ayahnya tersenyum tulus dan mengucapkan selamat tingggal yang disambut senyum ramah oleh Ara lalu lama-kelamaan menghilang.


END

. SELESAI DAN SAMPAI JUMPA


Bagi yang ingin cerita lainnya dari aku silahkan inbox aku ke fb atau ig untuk tahu cerita lainnya.

RAHASIA DIARY USANG NODA DARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang