With You - 54

442 24 1
                                    

Ketika malam tiba, Getha pun segera menepati janjinya untuk menemui Nana di tikungan koridor Rumah Sakit.

Saat ini pukul 11.46 malam, Getha berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit yang tampak sepi sejak tadi.

Sampai di tikungan koridor tempat tujuan, Getha berdiri menyender pada tembok sembari melipat kedua tangannya di depan dada menunggu kedatangan Nana yang belum datang.

Tidak lama kemudian, sepasang kaki di balut boot hitam berdiri di hadapan Getha. Rambut perempuan itu di kuncir kuda, dia adalah Nana.

"Sudah lama menunggu?"

Getha menggelengkan kepala.

"Bisa kita bicara sebentar?"

Getha mengangguk mantap.

"Mari ikut saya."

Getha berjalan beberapa jengkal di belakang Nana, kedua manusia itu berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Suasananya juga sepi.

Nana membuka pintu kecil yang ada di sudut gudang bawah tanah, lalu perempun itu masuk ke dalam sana. Getha pun masih terus mengikutinya.

Ruangannya gelap dan senyap, namun saat Nana menyalakan saklar suasananya pun mendadak terang.

Ruangan itu di dominasi oleh kayu jati berwarna coklat mengkilat, di bagian tengah ruangan terdapat beberapa sofa dengan posisi melingkar. Nana mempersilahkan Getha duduk disana, atmosfer disana sangat sederhana namun elegan dan enak di pandang.

Nana berdehem pelan, saat ini mereka duduk saling berhadapan.

"Sebelumnya saya minta maaf karena sudah menganggu waktu luang kamu." Ucap Nana memulai pembicaraan.

Getha menggeleng, "Nggak masalah."

"Langsung to the point saja, apa kamu benar-benar ingin membalas budi pada Company ini? Jika iya, saat ini Company ini sangat membutuhkan jasa mu, Getha." Nana menjelaskan.

Getha mendengarkan dengan seksama sambil sesekali mengernyit.

"Pasukan yang membuat kerusuhan kemarin malam di rumah kamu merupakan anggota bagian dari Stewart's Group. Saya sebenarnya cukup bingung, kamu merupakan bagian di keluarga itu tapi justru kenapa mereka pula yang ingin menghancurkan mu?" Tanya Nana.

Getha masih tak bergeming, mulutnya terasa kelu untuk mengeluarkan suara.

"Untuk mempermudah obrolan kita, alangkah lebih baik jika kamu menjawab semua pertanyaan saya dengan jujur. Apa kamu sanggup?"

Nana memerhatikan dalam diam, kedua matanya menyorot tajam. Getha pun jadi gelagapan dan dengan spontan langsung mengangguk setuju.

"Baik." Nana tersenyum tipis.

Getha justru kelihatan gugup.

"Santai saja jangan panik,"

"Um," Getha mengangguk samar.

"Apa alasan kamu pindah ke BIS?"

Getha menghela napas berat, sambil memejamkan matanya sesaat. Kedua tangannya juga mengepal kuat. Nana pun mengunggu jawaban dari Getha.

"Karena Papa." Getha memilih jujur.

Nana pun diam mendengarkan, menunggu kelanjutan kalimatnya.

"Jalan hidup saya cukup rumit. Sejak bayi saya tinggal di Panti Asuhan, dan saat saya berusia sekitar lima tahunan saya mengalami kecelakaan parah yang membuat saya menjadi lupa ingatan. Tersangka yang menabrak saya mau bertanggung jawab dan mereka membawa saya ke Kanada untuk mendapatkan perawatan medis yang lebih baik. Sejak saat itu saya tinggal bersama mereka. Mereka memperlakukan saya sama seperti anak kandung mereka sendiri, singkat cerita sejak saat itu saya menjadi bagian dari keluarga itu. Namun dengan catatan, saya tidak mengetahui fakta jika status saya hanyalah seorang anak angkat." Getha menghela napas.

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang