06

17 4 0
                                    

Alleta melangkah memasuki kelas dengan wajah kesal yang kentara. Namun langkahnya menjadi pelan saat menyadari bahwa semua mata menatap nya. Bahkan Kirana yang biasanya tak peduli terhadap sekitar kini ikut menatap nya. Tatapan Nindya yang paling mencolok. Ia menatap Alleta dengan mata yang melotot tajam.

Alleta melangkah dengan raut bingung. Saat ia sudah duduk di kursinya semua mata tak lagi menatapnya. Hanya tersisa tiga pasang mata yang masih menatap nya. Yaitu Kirana, Nindya dan Raya.

Alleta menggerakkan kepalanya seakan bertanya dengan mereka. Alleta bahkan kini merasa terintimidasi. Ia bergerak melepas tas nya secara perlahan sambil menatap tiga orang disekitarnya waspada.

"Kenapa sih?" Tanya Alleta karena tak mendengar apa apa dari ketiga temannya.

"Lo deket sama Rayyan?" Tanya Nindya setelah lima detik Alleta mengajukan pertanyaan.

Alleta mengernyit ditempatnya. Merasa bingung. Apa hanya karena ia dekat dengan Rayyan, ketiga temannya tiba tiba memberikan tatapan intimidasi. Memangnya siapa Rayyan.

Raya bergumam ditempatnya membuat ketiga orang disekitarnya menatapnya. Namun mata Raya hanya menatap manik mata Alleta.

"Gue belum bilang ya?" Ujar Raya pada Alleta. Alleta hanya mengangkat alisnya seakan bertanya.

"Kalo temenan sama kita, itu artinya Rayyan dan ketiga temannya sangat anti bagi kita." Ujar Raya. Alleta menatap Raya dengan bingung.

Kirana yang sedari tadi diam kini bersuara. "Kalo lo sama kita. Berarti gak boleh sama mereka." Ujar Kirana sambil memasang sebuah earphone di kedua telinganya. Kirana berucap tanpa menatap siapapun. Ia hanya menatap lurus ke papan tulis.

Alleta mengalihkan tatapannya dari Kirana setelah mencerna ucapan nya. "Gak boleh? Apa alasannya?" Tanya Alleta ingin tahu sambil menatap manik mata Raya.

Raya menatap Alleta lekat. "Mereka cuma cowok brengsek yang gak perlu dikenal." Ucap Raya, dan Alleta mendapati sorot marah di mata Raya. Setelah berucap, Raya membalik tubuhnya ke arah papan tulis dan meninggalkan Alleta yang kebingungan ditempatnya.

"Jauhi mereka. Itu bukan perihal sulit kan?" Ujar Nindya tiba tiba dan membuat Alleta menatap Nindya meminta penjelasan. Namun Nindya hanya berkata itu saja lalu ia ikut membalik tubuhnya.

Alleta mengalihkan tatapannya kearah samping. Disebelahnya Kirana terpejam merenungi musik yang didengarnya. Tanda tak mau di ganggu.

Alleta kesal di tempatnya. Mereka bertiga melarang tanpa alasan yang jelas. Membuat pikiran Alleta mengaitkan segala hal. Padahal ia sudah cukup pusing mengenai cewek dirumahnya yang diakui sebagai kakaknya. Kini ia diberikan teka teki tentang Rayyan dan ketiga temannya.

Akhir akhir ini banyak pertanyaan yang mengahantui pikirannya. Mulai dari bagaimana ia melunasi janjinya. Apa yang terjadi dengan keluarganya. Apa yang membuat Kalila menjadi kakaknya. Siapa orang dibalik pita merah muda. Dan ada apa antara tiga temannya dengan Rayyan dan tiga temannya.

Pikirannya penuh. Memikirkan segala hal. Namun tak mendapat kesimpulan apa apa. Semuanya abu abu. Mengambang. Pertanyaan datang tanpa ada jawaban. Memerintahkan Alleta untuk berfikir. Tak ada yang berniat menjelaskan.

Ia bukan Tuhan yang tau segala hal. Ia hanya manusia yang ingin dimengerti. Namun mereka memberi banyak tanda tanya bagi nya. Mengertilah sedikit. Beri penjelasan. Agar Alleta tak kacau seperti ini.

Pita Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang