Bab 1 Bite Me!!!

103 36 8
                                    

"Cepat keluarkan! Atau seluruh ruangan klub memasak ini akan terbakar semua!" perintah Pom padaku.

Dengan tergesa-gesa aku pun mengeluarkan kue brownies matcha yang tampak tak menarik lagi. Aroma gosong menguar di udara, sementara bunyi ponsel yang menyebalkan terdengar di sakuku.

"Wah, kelihatannya enak sekali," ejek Pom, gadis berpipi tembam itu tampak senang sekali saat mengucapkan kalimat itu.

"Kamu mau coba?"

"Sedikit," jawabnya ragu.

Dengan segera kupotong kue itu, sensasi hangat menjalar di jemari.
Kuangsurkan potongan kecil padanya,

"Bon appetite!" kataku lirih.
Dengan sekali bukaan mulut dia menghabiskan kue itu.

"Kamu tidak lupa mengunyah kan?"

Pom memukul pundakku,
"Lumayan, lembut dan manis. Masih bisa dimakan."

Seulas senyum terbit di wajahku.
"Kamu gak bohong kan?" selidikku.

Pom terlihat memanyunkan bibirnya. Tangannya segera menjejalkan potongan kue ke mulutku.

Tidak begitu buruk, masih enak dan sensasi gosong di dasar dan pinggir kue menambah cita rasa yang berbeda, kataku dalam hati.

Pom terlihat sibuk memotong brownies buatannya. Tanpa basa-basi kuambil satu potong kue milik Pom, kutekan permukaannya terasa sama seperti kueku. Dengan ragu kumasukkan kue itu ke dalam mulutku. Rasa aneh menjalar di indra pengecapanku.

"Pom, sudah kau coba punyamu?"

Pom menggelengkan kepalanya.

"Kau tak salah bahan kan? Atau kamu gak bisa membedakan mana gula dan mana garam?"

Kusuapkan potongan kue itu ke mulut Pom. Refleks dia menyemburkan semuanya ke arahku.

"So yummy, salted brownies a la Chef Pom," ejekku.

Wajah Pom berubah masam, aku takut kalau dia kecewa dengan apa yang telah dia buat. Ini idenya untuk bergabung di klub memasak, padahal dia tahu sekali kalau dia tak bisa memasak dan bahkan tidak mengenali bahan dapur apabila tak ada tulisannya. Dia hanya ingin mencoba, dan berusaha untuk menyeimbangkan hobi makannya dengan memasak makanannya sendiri. Sungguh harapan yang bagus.

"Pom, kau baik-baik saja?"
Pom tampak memerah dan kecewa, sepertinya dia akan menangis. Aku harus segera menghindar dari rengekannya.

Kudekati Pom, "Tak masalah. Kau bisa membuat lagi lain kali dan pastikan tak tertukar lagi!" kataku seraya menepuk pelan pundaknya dan tentunya kupasang wajah imut agar dia terhibur.

"Haaa haaa haaaa, penemuan baru brownis dengan rasa asin!" kata Pom setengah berteriak.

Sontak semua mahasiswa yang ada di ruangan itu mengarahkan pandangannya ke arah kami berdua.
Aku terbelalak mendengar apa yang baru saja diucapkan Pom, apa yang aku pikirkan nyatanya berbanding terbalik.
Sementara di depan sana Phi Dew tampak tersenyum kecut. Lelaki yang telah membuat hati Pom tak keruan itu adalah alasan lain yang membawa Pom masuk ke klub ini. Kulihat Pom mencuri pandang ke arah lelaki itu sambil tersenyum tak jelas.

Pieces Of Love (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang