Yuni bilang, aku ini orangnya beruntung. Katanya Planet Jupiterku ada di rumah kelima dalam chart zodiakku. Yang berarti, kalau berjudi, aku bakal menang terus. Jadi, kemarin malam, Yuni memaksaku menyebutkan kombinasi angka untuk judi togel yang akan dia pertaruhkan. Tentu saja aku menolak menyebutkan apa pun karena aku nggak mau bertanggung jawab kalau-kalau dia kalah. Lagi pula, aku nggak percaya zodiak-zodiakan. Jadi mana mungkin aku ini "orang yang beruntung".
Pertama, namaku saja Raden Oneng. Itu sudah satu kesialan yang kudapat sejak aku lahir. Karena gara-gara nama itu, semua orang jadi punya nama panggilan sayang untukku. Boneng, lah. Koneng, lah. Nengnongneng, lah. Aku jadi nggak punya teman sejak SD gara-gara namaku sendiri.
Sudah nggak punya teman, kedua, aku lahir di keluarga nggak mampu. Rumah kami rumah kontrakan satu kamar di mana tujuh orang tinggal di dalamnya. Aku anak keempat dari lima bersaudara. Umurku masih sembilan belas tahun, baru setahun lulus SMA, sekarang bekerja di sebuah depstor di Mal Kota Kasablanka. Nama depstornya High End, menjual setelan-setelan formal untuk orang kaya, di mana blus termurahnya nyaris seharga gaji sebulanku.
Parahnya, gajiku yang nggak seberapa besar ini ternyata penghasilan bulanan tertinggi di keluargaku. Ayahku kuli yang gajinya nggak tetap. Ibuku jualan nasi uduk, yang tentu aja nggak tetap juga penghasilannya. Anak pertama, Raden Setyo, profesinya preman. Penghasilannya hasil malak, jadinya lebih-lebih nggak tetap. Kalau ada korban, dia dapat duit. Kalau nggak ada, dia miskin. Anak kedua, Raden Ningsih, bekerja di pabrik kosmetik bagian pembuatan gincu. Gajinya lebih kecil dariku beberapa ratus ribu. Anak ketiga Raden Joko, profesinya main TikTok. Belum ada penghasilan. Anak keempat aku. Sementara anak kelima Raden Aryo, masih SMA. Dia adalah sumber di mana semua penghasilan keluarga lenyap.
Jadi, bagian mana yang bisa disebut beruntung dalam hidupku?
Kalau saja Yuni bukan sahabat karibku, sudah kujadikan perkedel, dia. Kebetulan aku jago membuat perkedel. Setiap subuh, sebelum berangkat kerja, aku akan membuat seratus perkedel untuk Ibu jadikan lauk di nasi uduknya.
Aku dan Yuni sama-sama bekerja di High End. Kami sama-sama pramuniaga junior yang baru bekerja sekitar tiga bulan. Yuni masuk High End seminggu lebih awal daripadaku. Jadi minggu kemarin, masa probation dia sudah selesai, dan kontrak Yuni dilanjut untuk enam bulan ke depan. Gajinya juga naik. Dari yang asalnya 2,5 juta rupiah, menjadi 3 juta rupiah. Yah, masih di bawah UMR Jakarta, tetapi daripada kami nggak punya penghasilan sama sekali, uang 2,5 juta terasa sangat berharga. Apalagi ijazah kami hanya ijazah SMA. Mau kerja di mana lagi yang gajinya di atas 4 juta?
Kurasa hari ini adalah hari appraisal-ku. Manager akan menentukan apakah aku akan lanjut, atau aku berhenti sampai sini saja. Beberapa hari lalu tersiar kabar bahwa High End sedang membuka lowongan untuk pramuniaga junior sepertiku. Aku dan Yuni cemas posisi kami digantikan. Melihat Yuni sudah lanjut kontraknya minggu lalu, kemungkinan besar akulah yang akan diberhentikan.
Jadi pagi itu, aku berangkat agak lesu dari rumah. Aku berjalan tak bersemangat menyusuri gang menuju Stasiun Kalideres. Orang-orang tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing, lalu lalang seolah-olah dunia sedang baik-baik saja. Sementara aku mungkin saja kehilangan pekerjaanku hari ini.
Bisa jadi aku dipecat karena pernah memohon manager untuk menggunakan nama palsu. Aku nggak suka nama Raden Onengku, sehingga aku memohon untuk menggunakan name tag bertuliskan Monika saat penerimaan bekerja di High End. Monika kedengaran lebih keren, bukan? Sayangnya, manager agak nggak suka fakta tersebut, meski secara teknis nggak ada kaitannya antara nama asliku dan performaku. Aku kan bukan level petinggi di mana nama asli benar-benar diperhitungkan. Aku aja nggak punya email perusahaan seperti Siska, managerku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Rich Man Who Controls Everything
RomanceMonika, nama palsu (please jangan kasih tahu nama aslinya siapa) menganggap dirinya gadis sial yang lahir di keluarga miskin. Sampai umur sembilan belas tahun, pencapaian terbaiknya adalah menjadi Employee of the Month sebuah depstor kenamaan di Jak...