Pemandangan pagi tadi di sekolah tak lebihnya sama seperti hari-hari biasanya, mungkin yang berbeda adalah bagaimana segala hal kini menjadi asing bagi Hinata. Suasana sekolahnya jelas berbeda, barangkali Hinata seharusnya biasa saja, tapi apakah dirinya bisa? Semua orang kini memandangnya dengan tatapan menyelidik, berbisik-bisik aneh dan menghindari segala hal yang berbau akan dirinya-banyak juga yang penasaran. Berita pernikahannya dengan Uchiha Sasuke menyebar luas-tentu saja pihak asisten rumah tangga kerajaan sudah mengkonfirmasi hal ini dan menjadi sebuah trending topic utama Jepang. Belum lagi segala kejahilan yang ditimpakan oleh Ino maupun Tenten sahabatnya, mereka hanya berusaha menghibur Hinata yang terlihat seperti mayat hidup berjalan. Tapi dari pagi hingga sore begini Hinata sama sekali tak merasa lebih baik.
Hinata menghela nafasnya pasrah, kalau tidak salah sekarang suasana kelasnya juga berbeda, semua orang seperti terbagi menjadi dua kelompok-yang membenci Hinata dan yang menyukainya atau malahan ada juga yang biasa saja. Seperti seorang pemuda berambut merah yang satu ini.
"Bisakah kau berhenti melamun, Hinata?" Akashi masih dengan bukunya tetapi berbicara seperti itu. Seakan-akan sorot matanya yang bewarna merah terang itu berada di manapun-kapanpun Hinata singgah.
"S-senpai!" Teriakan yang gugup begitu jelas menjadi khas seorang Hinata bila bertemu dengan Akashi. Tanpa membuat kentara perasaannya yang begitu menjengkelkan ini, Hinata memilih menundukan kepalanya dan sibuk memainkan jemarinya. Sudah sore begini dan jam pulang akan segera berdenting, Hinata tak habis pikir Akashi berada disini.
Tak ada suara yang terdengar lagi di antara keduanya, Hinata bisa merasakan Akashi yang sekarang ikut duduk di pinggiran kolam renang bersamanya. Hinata sebenarnya tak tahu bila tempat persembunyian atau bisa dikatakan sebagai kolam renang yang tak terpakai dibelakang sekolah ini adalah tempat yang cukup dijangkau oleh Akashi juga. Dirinya pikir tak ada satu orang pun yang tau tempat ini, tapi ternyata tebakan itu salah. Bukankah bagus malah? Dirinya bisa memiliki waktu berdua dengan Akashi? Apa-apaan otakmu itu, Hinata!
"Kau sudah siap?" Pertanyaan itu melesat begitu halus.
"E-eh?" Hinata benar-benar seperti orang bodoh. "S-siap? M-maksudnya?" Bukankah lucu rasanya mengobrol dengan seseorang yang kau kagumi tanpa persiapan seperti ini?
"Pernikahan." Rasanya Hinata ingin menghilang ke dalam bumi saja bila Akashi kembali mengungkit masalahnya lagi. Hinata kabur dari sahabatnya, menghilang dari keributan sekolah dan pergi ke tempat ini adalah dengan mencoba tak memikirkan hal itu, ia ingin mendinginkan kepalanya yang seakan-akan siap meledak menahan rasa bingung yang berputar bagai gasing yang tak memiliki poros-berputar kemanapun tanpa arah.
"A-aku p-pikir semuanya akan baik-baik saja..." Suaranya jelas begitu lemah dan Akashi bisa membaca raut tak menyenangkan dari wajah gadis lavender di sebelahnya itu. "A-apa yang kau lakukan disini, s-senpai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
♔Prince And Princess♔
FanficPrince and Princess "Perjodohan ini membuatku muak, bagaimana kalau kita membuat kesepakatan saja?" "Untuk apa?" "Tentunya untuk sama-sama menguntungkan kita berdua, keluargamu yang terbebas dari para lintah darat dan aku yang memiliki kebebasan leb...