"Kamu tau aku dari mana Ra?" -Senja.
"Singkat. Kita bertemu disini. Kamu menangis, dan aku menenangkan mu" -Nara.
"Dan tidak kusangka dunia begitu sempit. Aku bertemu lagi dengan mu. Lalu aku mulai mencari informasi tentang siapa nama mu" -Nara.
Senja kembali teringat akan kata-kata Nara. Ia kini sedang berada di kamar. Melamun, dan duduk di atas kasur.
"Kok gua kayak gak pernah dia ya?" gumam Senja.
Tak lama pintu terbuka. Menampakkan adiknya yang menghampiri Senja. Lalu tanpa persetujuan, dia sudah duduk di sebelah Senja.
"Kenapa kak?" tanya Ravin.
"Gak papa" jawab Senja.
Ravin tau, kakak nya ini sedang memikirkan sesuatu. Namun ia tak akan memaksakannya untuk tau. Karena pasti kakak nya ini sedang memikirkan hal kemarin-kemarin.
"Jajan kuy. Mumpung sekarang ada pasar malem" ajak Ravin.
Seketika Senja pun menoleh pada Ravin. Dengan alis yang berkerut kebingungan.
"Emang ada? Ini kan baru hari Rabu" tanya Senja.
"Ada lah. Emang lu kira pasar malem cuman ada hari Sabtu ama Minggu doang hm?"
Senja pun terdiam memandang adiknya. Tak mau menunggu kakaknya berpikir, Ravin pun menggendong Senja dengan cara bridal. Membuat Senja memberontak memukul mukul dada Ravin, meminta untuk turun.
Namun tampaknya itu tidak berpengaruh pada Ravin. Ia malah melanjutkan nya, dan membawa nya keluar setelah mendapat izin dari ibunya.
Lalu Ravin pun mendudukkan Senja di atas motornya. Ia pun menaiki motornya, dan menyalakan gasnya.
"Bangsat lu, gak sopan bener sama kakak" ujar Senja sembari memukul mukul pundak Ravin.
"Lagian lama mikir terus. Ntar makin kurus cuman tulang doang isinya" ujar Ravin yang fokus pada jalanan.
"Btw lu bawa uang gak?" tanya Senja.
"Ya bawa lah" jawab Ravin.
"Berapa?" tanya Senja.
"Dua ratus ribeng" jawab Ravin yang membuat Senja terkejut. Untuk apa adiknya ini membawa uang sangat banyak, padahal lima puluh atau dua puluh saja sudah cukup.
"Kok banyak banget?" tanya Senja.
"Kan gua boros. Lagian ada lu juga" jawab adiknya.
Mereka pun terdiam. Menyiptakan suasana hening diantara mereka. Sampai akhirnya mereka pun sampai di pasar malam yang tampak begitu ramai.
Mereka turun dari motor. Dan Ravin menggenggam tangan Senja. Membuat Senja menoleh pada adiknya dengan tatapan bingung.
"Biar lu gak ilang. Makannya gua genggam" ujar Ravin.
Mereka pun memasuki pasar malam itu. Saat mereka telah masuk, lalu membeli beberapa makanan, dan bermain wahana, tanpa melepaskan genggaman, tanpa sadari Fajar tengah mengikuti mereka di belakang.
Tampaknya Fajar merasa sakit melihat nya. Ia merasa cemburu melihat Senja dengan lelaki itu.
Mereka sangat bahagia. Sampai-sampai tertawa.
Sedangkan dirinya? Dirinya hanya sendiri. Tadi dia pergi kesini bersama teman-temannya. Yang tak lain Dika, Aldi dan Erkan. Namun karena Fajar tak sengaja melihat Senja yang baru memasuki pasar malam itu, Fajar mengatakan pada temannya untuk pulang duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar Berakhir Senja
Teen Fiction"Pipi lu mirip bakpao, sama tembem nya" "Sepeda-sepedahan nja, badan lu gendut" "Napa lu ikutan nangis?" "Nja liat pr Matematika dung" "Nja pinjem dasi" Aku suka melihat mu membutuhkan ku. Namun terkadang aku membenci mu. Karena kamu melemahkan ku...