Bab 31: sok jadi jagoan

228 20 32
                                    

Malam tadi adalah Kejadian yang sangat mengesankan dan tegang bagi pemuda yang baru saja selesai mandi dan sholat subuhnya seperti biasa.

Velan baru saja melipat sajaddahnya, Velani sudah memanggilnya untuk memikirkan ucapannya malam tadi.

"Velan! mama sama papah tunggu di ruang papah ya," ucap Velani dari luar kamar, Velan langsung membuka dan menghmpiri sang mama.

"Ada apa ma? pagi-pagi?" tanya Velan, Alaska dan Annisa sudah duduk dengan rapi di meja makan. "Bang, makan dulu," suruh Annisa. Velan mulai duduk di samping Alaska.

"Oke, sarapan dulu, kamu masuk jam berapa?" tanya Velani kepada Velan yang sudah menyuap sepotong roti bakar masakan Bi Sari. "Jam 1 ma, ada apa?" tanya Velan kembali.

"Nis, mau bang Alaska antar atau Velan?" tanya Alaska, Annisa mulai berpikir sambil mengetuk-ngetuk dagunya dan itu sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil.

"Abang Velan aja, kan die mau ke bidadarinya dolo. Bukan kaya abang, jomblo," ledek Annisa, Velani seketika tertawa. "Mamah ih ko ketawa gituh, apa yang kamu lakukan dengan ku, kamu jahat Maz!" ujar Alaska mendramatiskan aksinya.

Ya beginilah keluarga besar pradipta, bapak Elang pradipta sedang bergulat dengan kertas-kertas putih yang sangat penting baginya.

"Ma, papa gak sarapan?" tanya Velan, Velani mulai menoleh. "Eh iya lupa, lagi sibuk itu," ujar Velani yang mulai beranjak dari bangkunya menuju ruang kerja sang suami.

"Mas, sarapan dulu yuk. Nanti pusing loh," ujar Velani sambil tersenyum manis. Elang mulai terdiam dan memandangi istri tercintanya, "hampir saja aku lupa, makasih sayang cintaku," ujar Elang yang mulai memeluk mesra sang istri, sesekali pun.

Cupp

Elang mencium lembut bibir mungil milik Velani, dan ya begitulah kebiasaan di morning seperti biasanya.

"Apaan ihh! makan ayo," ucap Velani seketika menjadi manja, mereka mulai keluar. "Eh, mama cantik ya?" tanya Elang yang sontak mengejutkan ketiga anaknya yang sudah besar.

"Beuhhh Bucinable legendaris kita!" ujar Alaska, seketika sang adik mengikutinya. Mereka bertiga mulai bertepuk tangan ala penonton yang 3.000 jiwa padagal kosong.

"Nanti sambung lagi kerjanya Mas," ujar Velani yang sudah mengambilkan sepotong sandwich kesukaan Elang. "Iya sayang, kamu makan juga," ujar Elang yang mulai gemas mencubit pipi istrinya.

Beda lagi di keluarga Reyes. Seperti biasa Mama Tia sedang memasak kesukaan keluarganya tercinta apalagi sang suami.

"Morning," sapa Vernon, dan lagi-lagi.

Cup

Vernon mendaratkan ciumannya di bibir mungil isyrinya di pagi ini untungnya anak-anak masih belum pada keluar.

"Yang! kamu mah," ujar Tia manja, Vernon mulai memeluk Tia dengan sayang.

"Kaya baru nikah gitu, kan aku rindu manjain kamu gitu Yang," ucap Vernon yang tepat di samping telinga Tia sebelah kanan.

Stella dan Huda mulai turun dari anak tangga menuju ruang makan.
"Kebiasaan deh," tegur Stella dengan wajah masamnya di pagi hari, sedangkan Huda beraksi lagi.

"Ayoo beraksi lagi! adegan 21+++ nya belum nih!" seru Huda yang langsung di lempari roti oleh Stella. "Itu ta'aruf apa gunanya, kalau masih mesom!" jerit Stella.

"Udah-udah, makan. Gak usah ribut, abang juga ke sian Aisyahnya," ujar Tia yang mulai menuangkan jus mangga untuk Huda, sedangkan Stella memilih susu Hilo saja.

Berjam yang lalu, Stella sudah berada di dalam ruang kelasnya hari ini. Entah perasaan apa yang sedang menghantui Stella. Tiba-tiba,

"STELLAA! Velan berantem sama Beno!" lapor Sekar teman kelas Stella, Stella mulai bangkit dan menghampiri sang jagoan pagi ini.

Velan benar-benar di luar kendali, padahal cuman masalah sedikit.

"APA! TAMPANG LO AJA OKE, OTAK CETEK!" ujar Beno lantang sampai senatareo UNLAM aja ngeliatin mereka, beda halnya sama Stella.

"STOPP! ISTIGFAR VELAN, KALIAN MAU JADI JAGOAN DISINI? INGAT. RASULULLAH MENGAJARKAN KITA SATU SAMA LAIN UNTUK MENGHARGAI BUKAN JADI PETARUNG GINI!" ujar Stella yang benar saja mengejutkan mereka semua. Suara lantangnya begitu tegas namun dengan wibawa yang masih kokoh.

"Kalian juga, udah tau temennya berantem malah di sorakin malah di semangatin. Kalian sekolah disini buat apa? nontonin orang? mana rela menolong kalian?" ujar Stella lagi, Velan tak ada habisnya senyum bangga.

"Stell- Udah!" lirih Velan sambil menghampiri Stella.

"Udah kalian bubar, entar dosen marah lagi anak didiknya kaya Tk!" ujar Sekar menambahkan agrumennya, seketika menjadi senyap.

"Coba di bicarakan baik-baik, Ka Beno kenapa?" tanya Stella dengan lembut, "Iri!" sahut Beno ketus.

"Iri artinya tanda tak mampu loh, Allah udah ngasih kakak yang lebih baik dari Velan punya. Kenapa harus iri?" ujar Stella sambil tersenyum samar dari balik Cadarnya.

"Tapi gua gak dapat kaya Lo, Stell!" Seketika suasana menjadi mencengkram, Stella hanya terdiam.

"Sebaik baiknya dunia, lebih baik lagi wanita yang salehah. Disini banyak ko yang kaya aku, Sekar nih contohnya," ucap Stella sambil menunjuk Sekar yang emang temennya berhijab di kelas.

"Coba deh kalian baikan, rukun. Insya Allah, Allah akan mengembalikan senyuman kalian kembali, dan jodoh udah ada Allah yang ngatur," ucap Stella, Stella mulai berlalu meninggalkan kedua pemuda itu.

"Stella! tunggu," jerit Velan sambil menyentuh sudut bibirnya yang sudah lembam dan sedikit berdarah.

"Temenin gua ke Uks, takut!" ucap Velan sambil meimutkan wajahnya, Stella hanya tersenyum.

"Gak muhrim Velando Pradipta!" tegur Sekar, kebetulan di sana ada Aldo teman Velan yang lewat.

"Itu ada Aldo, anak pmr juga. Minta obatin gih sama dia," suruh Sekar yang langsung menarik tangan Stella kembali ke kelasnya lagi.

Velan mau gak mau menghampiri Aldo, Aldo baru aja mau masuk ke dalam Uks.

"Watttss Wrong?" ujar Aldo yang baru aja menglihat wajah Velan yang udah lecet. "Biasa jadi super hero my bidadari," ujar Velan yang langsung masuk dan duduk di brangkas.

"Ngapain lo?" tanya Aldo, "Obatin lah kmvrt!" ujar Velan. Mereka mulai mengobati diri.

"Sebenarnya lo sama Velan tuh, ada hubungan apa sih Stell?" tanya Sekar, Stella sedari tadi memutar-mutarkan Pulpennya saja.

"Entar kamu juga tau Kar, eh nanti temenin aku ke Princess ya. Mau beli skincare hehe," ujar Stella yang udah selesai memainkan pulpennya, "siap! asal di traktir skincare haha. Bercanda," ucap Sekar.








Gak tau mau mikir apa. Kebanyakan tugas jadi gini aja.

Komen dan Vote ya

VELANSTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang