Chapter 19
KecemburuanWaktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru saja bayi mungil, putih nan bersih itu hadir di dunia, kini ia sudah tumbuh dewasa. Bahkan, dalam waktu dekat ia akan segera bertemu dengan calon pasangan hidupnya. Begitulah perasaan Cahaya dan Juani yang sedang mereka rasakan.
Walau sedikit berat, tetapi Cahaya tetap mengantarkan anak sulungnya bertemu dengan sosok wanita yang akan dijadikan istri oleh Rizki. Tak hanya sang ibu, kedua adik, ayah dan neneknya pun ikut serta mengantar pemuda bernama lengkap Rizki Mughni Labib Al-Milki ke daerah yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya, yaitu Cirebon.
Cahaya harus menempuh daerah yang terkenal dengan julukan Kota Wali itu dengan jarak kurang lebih 130 KM atau setara 3 jam perjalanan. Rizki berpikir bahwa Cirebon adalahwilayah yang terbelakang lebih dari tanah kelahirannya sendiri.
Namun di luar dugaan, ketika mobil yang dikendarainya sampai di wilayah Cirebon, ia melihat beberapa bangunan besar dan begitu banyak kendaraan bermotor yang menggunakan atribut ojek online.
"Ma syaa Allah, ari Cirebon, teh, kota besar, Bu?" tanya Rizki.
"Iya, atuh, Ki, kayak Tasikmalaya," ujar Cahaya.
"Tadinya Rizki pikir Cirebon itu masih kayak Subang, Bu... belum jadi kota besar kayak gini."
Obrolan mereka tentang Kota Cirebon pun berlangsung, hingga mobil yang dikendarai telah melaju jauh dari jalan raya.
Mak Afifah yang sudah semakin tua pun merasa sangat lelah karena berada dalam perjalanan jauh.
"Ya Allah, Cu... kamu, teh, cari calon istri jauh-jauh pisah. Kenal di mana emangnya?" ujar Mak Afifah.
Cahaya dan keluarga yang mendengar ucapan tersebut pun seketika terkekeh.
"Pokoknya... Emak, mah, mau lihat wajah calon istri Rizki," ungkap Mak Afifah. "Siapa, tuh, namanya?" imbuhnya.
"Namanya Ainiy, Mak. Tapi dia pakai cadar, jadi nggak tahu bisa lihat wajahnya enggak," ujar Cahaya.
Setelah beberapa kali salah jalan, akhirnya Cahaya beserta keluarga pun berhasil menemukan rumah gadis yang akan dijadikan calon istri oleh anak sulunya yang bernama Ainiy Iseyan, seorang gadis bercadar yang sedang berusaha menyelesaikan pendidikan magister keperawatan.
Kedatangan Rizki berserta keluarga pun disambut dengan hangat oleh pihak tuan rumah. Setelah mereka duduk dan saling memperkenalkan diri, Juani langsung membuka suara dan mengutarakan niat untuk meminta anak gadis di rumah tersebut agar dijadikan calon istri oleh anak sulungnya.
Baik ayah ataupun ibu dari Ainiy pun menyerahkan sepenuhnya keputusan pada anak perempuannya. Sedangkan gadis itu sendiri justru memberikan kekuasaan pada kedua orang tuanya untuk menerima ataupun menolak ajakan menikah dari keluarga Rizki.
Melihat betapa bingungnya Ainiy menjawab pertanyaan Juani terkait mau atau tidaknya menjadi calon istri Rizki, Cahaya pun angkat bicara.
"Gini aja... kita lebih baik memberi waktu pada Neng Ainiy untuk memikirkan hal ini dengan matang. Bagaimanapun juga, kan, perempuan itu harus minta persetujuan wali," tutur Cahaya.
"Iya, Bu, benar. Tapi, kalau saya pribadi benar-benar menyerahkan semua keputusan pada Ainiy. Kalau memang anak saya mau dengan Dek Rizki, maka, silakan... dengan senang hati saya akan menerima dan memberikan restu pada mereka berdua."
"Ainiy insya Allah bersedia menerima Mas Rizki menjadi calon suami. Tapi, Ainiy masih harus menyelesaikan pendidikan yang tertunda. Terus, Ainiy sendiri memiliki riwayat penyakit yang dikhawatirkan nantinya justru akan membebankan suami. Bagaimana dengan hal itu?" tutur Ainiy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naluri, Ujian, Rizki - [TELAH TERBIT]
Ficção GeralNovel ini menceritakan tentang seorang wanita bernama Cahaya, putri dari kiai yang ingin mencari arti kebahagiaan. Tapi, banyak sekali rintangan yang ia hadapi, sehingga sulit untuk mendapatkan kebahagiaan. Lewat pemuda yang memiliki nama berartikan...