Gadis berambut panjang itu sudah siap dengan baju kebaya berwarna putih lengkap dengan rok lilit yang menghiasi tubuh bagian bawahnya. Step selanjutnya adalah, rambut panjang yang tergerai indah itu harus di gulung dengan mengikuti adat Jawa yang belaku secara umum dalam sebuah acara pernikahan. Raut wajah bahagia tidak ia nampak kan di hari sakralnya, kesal, adalah perasaan yang sedang mendominasi.
"Bisa gak, kalo gulungan rambutnya nanti nggak membekas?" Tanya gadis itu kepada perias yang sedang menanganinya.
"Tinggal berapa lama rambut kamu di gulung. Kalo acaranya lama pasti nanti akan membekas"
"Ohh gitu" jawabnya dengan perasaan kesal
Mengingat beberapa hari lalu sebelum acara ini di laksanakan, membuat hatinya merasa geram. Ibundanya menginginkan agar gadis berusia tujuh belas tahun tersebut menikah dengan pria yang telah di tentukan oleh ibundanya. Segala penolakan selalu ia lontarkan dengan harapan sang bunda akan membatalkan pernikahan ini, namun sang bunda tetap saja teguh pendirian. Sebenarnya bukan hanya penolakan, gadis itu selalu bertanya-tanya mengapa ibundanya tega menikahkan dirinya yang bahkan belum mencapai usia dewasa. Jawaban yang menimbulkan sebuah pertanyaan lagi, selalu di lontarkan oleh sang bunda.
"Gimana anak bunda udah siap?" Tanya Maria sembari melangkah mendekati putri cantiknya yang tengah di rias.
"Bentar lagi selesai bu," Bukan Zea yang menjawab, melainkan perias tersebut yang menjawab pertanyaan Maria dengan ramah.
Ketika Zea bertanya perihal pernikahannya, Maria selalu menjawab pertanyaan Zea dengan kata-kata yang sama yakni 'Bunda udah sepakat dengan kedua orang tua Naka'. Tambah lah pusing Zea mendengar jawaban sang ibunda. Sepakat?, astaga yang menjalankan saja tidak pernah di beri tau sebelumnya, bisa-bisanya Maria bersepakat dengan kedua orang tua Naka tanpa bersepakat dengan Zea terlebih dahulu. Sering kali Zea juga bertanya dengan kakak laki-lakinya, namun selalu nihil. Aidan hanya menggelengkan kepala ketika Zea bertanya sebab akibat dilaksanakan pernikahan ini.
Perasaan Zea bercampur aduk. Takut, malu, tegang dan lain-lain. Pasalnya laki-laki bernama Naka tidaklah muda lagi dibandingkan dengan Zea yang masih duduk di bangku kelas tiga SMA. Naka seorang guru di salah satu SMA Jakarta, sebenarnya usia Naka belum terlalu tua, ia menjadi guru honorer setelah lulus S2 jurusan ilmu olah raga. Zea sering kali merasa heran, kenapa negara bisa mengizinkannya menikah di usia tujuh belas tahun. Setau Zea perempuan yang baru di perbolehkan menikah saat sudah menginjak dua puluh tahun. Tapi kata orang-orang karena ia sudah memiliki kartu tanda penduduk, jadi ia sudah di perbolehkan menikah. Entahlah makin pening kepala Zea memikirkan hal tersebut.
"Putri anda sudah siap bu" ucap perias tersebut kepada Maria. Sedari tadi perempuan berusia setengah abad tersebut menunggu dengan sabar ketika putrinya di rias.
"Ayo nak turun"
Zea tidak menanggapi Maria. Terbesit di pikirannya untuk lari dan kabur dari pernikahan ini, namun ia sangat menyayangi ibundanya. Tanpa sang ibunda, maka di mana ia akan tinggal, dan apa yang akan ia makan untuk kehidupan sehari-hari. Gadis itu juga tidak mau menyakiti perasaan sang ibunda. Pasti ada cara lain tanpa harus menyakiti perasaan ibundanya, itulah pemikiran yang selalu di pegang oleh gadis tersebut.
Sampailah ke duanya di lantai bawah, tempat di mana ijab kabul di laksanakan. Dari kejauhan Zea dapat mengamati seorang laki-laki berbadan tegap dengan jas berwarna hitam yang membalut tubuhnya tengah duduk di depan penghulu. Benar laki-laki tersebut terlihat tampan dan masih seperti seumur dengannya, namun tetap saja gadis itu tidak menyukai Naka. Pertama karena umur Naka yang sudah menginjak dua puluh empat, ke dua ia tidak menyukai laki-laki yang umurnya lebih tua di banding dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Relationship
Fiksi RemajaZea Ayudya, harus menikah di usianya yang masih menginjak tujuh belas tahun. Zea bukan anak kecil lagi, namun dirinya juga belum dewasa jika harus menikah dan menjalani kehidupannya sebagai seorang istri di usia remaja. Akan seperti apa Zea, jika ia...