Part 1

2.8K 123 3
                                    

AINA ADINDA PUTRI

" Asilah, bunda pulang sayang". Aku menjatuhkan diriku di sofa, ini benar-benar hari yang melelahkan.

" Bunda". Aku tersenyum melihat putri kecilku, hanya dia alasan yang mampu membuatku bertahan sampai sekarang. Hanya dengan melihat senyumnya sudah mampu membuatku lupa akan rasa lelahku.

" Asilah, sudah makan?. Dia hanya mengangguk dan langsung naik kepangkuanku dan bermanja-manja denganku. Sungguh Allah sangat baik padaku menitipkan anak yang secantik dan selucu Asilah. Ribuan terimakasih selalu kupanjatkan atas karuniahnya yang luar biasa ini.

" Sudah bunda, tadi Asilah makan sama ayah". Aku tersenyum menatap anakku, yang sangat antusias menceritakan ayahnya. Yang pasti bukan ayah kandungnya, ayah yang dia maksud adalah adikku Aland, hanya Aland dan Asilah yang aku punya sekarang. Mereka adalah alasanku untuk tetap bersikap waras dan mempertahankan nafasku di balik kerasnya kehidupan dunia ini.

Aku dan Aland adalah anak yatim piatu, dan aku yang menjaga dan membiayai sekolahnya, tapi lima tahun lalu dia memutuskan untuk pulang ke Indonesia karena dia kasihan padaku. Sebenarnya Aland mendapat beasiswa untuk berkuliah di New york, tapi dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan melanjutkan kuliahnya disini, setelah mendapat kabar buruk tentang aku yang dihamili lalu di campakkan begitu saja. Rasanya masih terlampau sangat sakit jika mengingat hal itu.

Dan beginilah kondisi kami sekarang, Aland berperan sebagai ayah Asilah, sebenarnya aku kasihan dan miris melihat adikku karena dengan adanya Asilah dia jadi susah untuk mendapat kekasih, karena mereka mengira Aland sudah menikah dan memiliki anak, tidak sedikit perempuan yang mundur perlahan hanya karena mendengar Asilah memanggilnya ayah tanpa mau mendengar penjelasan dari Aland terlebih dahulu.

" Bunda udah pulang rupanya". Aku melihat Aland yang langsung mengambil Asilah dari pangkuanku.

" Tidak apa-apa Aland, kakak masih kuat untuk pangku Asilah kok". Aku tau Aland pasti kasihan padaku karena baru pulang kerja, dan kalau sudah begini aku harus segera istirahat sebelum Aland menasehatiku.

" Istirahat saja kak, biar aku yang urus Asilah". Aku hanya mengangguk dan mendaratkan kecupan di dahi dan kedua pipi anakku dan setelah itu berjalan menuju kamarku. Sebelum bergelut dengan dunia mimpi aku membersihkan badanku dan mengganti pakaian dengan baju tidur yang nyaman.

Saat aku membaringkan tubuhku di kasur rasanya semua bebanku hilang, ah aku lupa memberitahu Aland bahwa besok aku harus keluar kota untuk satu minggu, sebenarnya aku kasihan dan tidak tegah jika harus meninggalkan Asilah, tapi ini urusan pekerjaan dan mau tidak mau aku harus melaksanakannya.

" Besok saja aku memberitahu Aland".  Ucapku dalam hati. Aku mencoba menutup mataku dan kegelapan mulai menyambutku.

Aku terbangun dengan keringat membasahiku, aku bermimpi lagi rupanya, mimpi yang sama yang selalu menghantuiku selama lima tahun terakhir ini, yang aku herankan sudah sangat lama aku tidak bermimpi seperti ini, tapi kenapa sekarang mimpi itu muncul lagi, mimpi yang akan selalu mengingatkanku dengan masalaluku.

" Bunda". Dari luar kudengar teriakan Asilah, kulirik jam yang ada di dinding kamarku rupanya sudah hampir pagi. Aku bangkit dan membuka pintu kudapati anakku yang sedang memeluk boneka beruangnya dan seperti biasa dia langsung menjulurkan tangannya pertanda ingin di gendong.

" Kok Asilah bangunnya cepat sih sayang?. Setelah Asilah ada dalam gendonganku aku membawanya ke ruang keluarga.

" Asilah mau bobo sama bunda". Aku hanya tersenyum melihat tingkah polos anakku. Hanya dengan melihat wajahnya hatiku terasa sangat damai dan nyaman. Dia memang tidak terlalu mirip denganku hanya sifat kami yang sama akan tetapi wajahnya sangat mirip dengan lelaki itu, orang yang sudah menghancurkan masa depanku dan membuatku trauma untuk kembali membangun hubungan dengan pria lain.

" Kan sudah mau pagi sayang, udah nggak boleh bobo lagi. Gimana kalau kita shalat bareng terus Asilah temanin bunda masak". Asilah mengangguk dan memberiku satu kecupan sambil berbisik I love you bunda. Ya allah ku mohon tetaplah limpahkan kebahagiaan untuk keluarga kecil hamba, pintaku kepada sang maha pencipta.

Luka Aina (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang