SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA BACA DOA !!!
-
-
-Malam harinya. Setelah mendapatkan izin untuk tinggal di rumah Mak Roro sampai Tyo berhasil ditemukan, ke delapan remaja itu menikmati makan malam mereka, walaupun hanya dengan mie instan mereka tetap menikmati kebersamaan itu.
Suasana begitu hening. Tidak ada gurauan seperti makan malam sebelumnya. Nugro yang biasanya selalu berhasil mencairkan suasana kini hanya diam karena kehilangan sosok Tyo yang selalu menjadi bahan kejahilan-nya.
Begitupun dengan Silvi. Gadis periang yang selalu membuat suasana menjadi hangat, kini hanya diam dengan tatapan sendu.
"Mak Roro ke hutan lagi ?" Tanya Nugro membuka pembicaraan.
Rianda melirik Nugro sebentar lalu kembali fokus dengan makanannya, "iya. Tadi dia izin ke gue. " Jelas Rianda.
"Gue penasaran banget. Ngapain sih Mak Roro tiap malem nyapuin hutan. Kayak ngga ada kerjaan aja." Ujar Nadia kemudian meletakkan piringnya yang telah kosong.
"Ngga tau. Mungkin dia pengen jaga hutan ini biar selalu bersih. " Jawab Nugro.
Rianda dan Mila mulai membereskan piring piring kotor itu kemudian menumpuknya menjadi satu.
Sementara yang lainnya memilih pergi ke depan rumah. Tikar kecil yang tadinya mereka gunakan untuk camping, kini mereka gunakan untuk berkumpul di halaman rumah tersebut. Mereka juga menyalakan api unggun agar cahaya disekitarnya tidak terlalu redup.
Sembilan orang itu duduk melingkar. Kali ini mereka semua menyusun rencana untuk mencari keberadaan Tyo besok pagi.
"Jadi gini..." Dimas mulai membuka pembicaraan.
"Rencananya pencarian besok kita bagi menjadi dua tim. Tim pertama... Gue, Nugro, Rianda sama Nadia ke arah selatan. Tim kedua.... Barok, Silvi, Sindy, sama Mila ke arah utara." Jelas Dimas.
"Kita-"
"Dim !" Sindy memotong pembicaraan dimas sembari mengangkat tangan kanannya.
Dimas menoleh ke arah Sindy. "Iya, Sin ?"
"Gue kebelet pipis, mau izin ke belakang. " Ucap Sindy dengan posisi duduk yang sepertinya tidak nyaman, mungkin karena ia menahan ingin buang air kecil.
Dimas mengangguk pelan, "oke. "
Sedetik kemudian, gadis itu berdiri dengan tangannya yang menarik lengan Nadia.
"Temenin. " Ucap Sindy dengan suara yang sangat pelan namun masih bisa didengar oleh Nadia.
Nadia bangkit dari duduknya kemudian berjalan mengikuti Sindy, gadis itu rupanya sudah berjalan beberapa meter di depan Nadia.
Dimas melanjutkan penjelasannya, dia akan meminta Rianda untuk menjelaskan ulang pada Nadia dan juga Sindy mengenai rencananya untuk besok.
"Kalo ada apa-apa...langsung kabarin yang lain, kita komunikasi pake HT ( Handy Talky ). Karena di sini susah sinyal. "
KAMU SEDANG MEMBACA
RONGGENG
HorrorKe sembilan remaja itu tidak menyadari kalau nyawa mereka berada di ambang kematian. Desa Petilasan adalah desa angker. Dan hutan Ronggeng adalah sarangnya. JANGAN LUPA UCAP DOA SEBELUM MEMBACA CERITA INI !! *27 Maret 2020*