8. Larangan Di Hutan Terlarang

476 42 1
                                    

SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA BACA DOA !!!
-
-
-

                                   🍁🍁🍁

Hari sudah beranjak pagi. Sesuai rencana, mereka akan mencari Tyo dengan membagi menjadi dua tim. Cara itu mereka gunakan agar lebih mempersingkat waktu dan tenaga, mengingat hutan yang mereka jejaki ini cukup luas.

Delapan remaja itu sudah siap dengan perlengkapan masing masing. Sebuah Handy Talky bertengger di ransel Barok dan juga Dimas selaku ketua tim. Keduanya kini tengah mencoba HT tersebut apakah berfungsi dengan baik atau tidak.

   "Sindy !! " Panggil Mila pada gadis yang tengah mengecek perlengkapannya.

   "Lo masih ingat kan pesan gue. Kejadian lo dan Nadia semalam jangan sampai ke telinga Silvi. " Lanjut Mila mengingatkan.

Ia sangat takut bila keadaan Silvi yang kini perlahan membaik kembali menurun.

   Sindy mengangguk paham, "iya gue ingat kok. "

   "Kita mencar dari sini aja ya !!" Ucapan Dimas mengalihkan mereka.

Semuanya sontak menoleh ke arah Dimas.  Beberapa detik kemudian mereka mengangguk tanda setuju.

   "Guys...kalian semua hati-hati ya. Kalo ada apa-apa langsung kabarin yang lain. " Ujar Barok, ada sedikit ketakutan di wajahnya.

Mungkin cowok itu takut bila kehilangan salah satu dari sahabatnya lagi.

   Dimas menepuk bahu Barok. "Pasti, Bar. Kalian semua juga hati-hati. Gue percaya-in Mila, Silvi, sama Sindy ke lo. Lo jaga mereka baik-baik. "

   Barok mengangguk seraya memaksakan senyumnya. "Iya, Dim. Pasti !"

Perjalanan dimulai. Sesuai kesepakatan, tim Dimas akan mencari ke arah selatan dan tim Barok akan mencari ke arah utara.

Mereka kembali menyerukan nama Tyo di hutan itu. Namun kali ini dengan rencana dan persiapan yang lebih matang.

Sesekali Dimas melirik kompas yang ia pegang. Sedangkan Rianda bertugas mengikatkan tali berwarna merah ke pohon-pohon yang mereka lewati, mereka belum mengenal jalur di hutan ini.

***

   "Hati-hati di depan ada sungai !!" Teriak Dimas membuat yang lain secara spontan mengarah ke depan.

   "Dim !! Di sungai kita berhenti sebentar ya !! nyawa gue kayak di ujung tanduk nih, capek banget !!" Teriak Nugro setelah ber jam-jam tadi ia hanya diam.

Dimas hanya mengacungkan jempolnya tanpa menoleh ke belakang.

   "Lo kayak orang mau mati aja, Gro. " Ledek Nadia di sampingnya.

Dimas yang berjalan paling depan berusaha menyeimbangkan tubuhnya karena bebatuan di sungai itu lumayan licin, bahkan beberapa kali cowok jangkung itu hampir tergelincir. Di belakangnya ada Rianda, Nadia, dan Nugro yang juga melakukan hal yang sama.

Kedua tangan mereka direntangkan agar tubuh mereka bisa seimbang.

Tidak ada jembatan atau media penyebrangan lainnya di sungai itu. Mungkin karena letaknya jauh dan terpencil di dalam hutan. Hanya ada bebatuan berukuran sedang dan di penuhi lumut yang bisa digunakan untuk sampai ke pinggir sungai. Untung saja arus di sungai itu tidak terlalu deras.

Dimas dan Rianda memutuskan untuk beristirahat di pinggir sungai. Sementara Nugro dan Nadia memilih menyegarkan diri di atas batu yang ukurannya cukup besar yang letaknya di tengah-tengah sungai itu.

RONGGENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang