Bag 10 (Kencan Pertama)

874 66 3
                                    

"Ngomong-ngomong, sekarang kamu lagi sibuk apa, Dhin?" Dara membuka perbincangan lain.

"Ya biasalah sekolah, ikut eskul basket, sekolah lagi, bantu bikin kue."

"Wah, kamu sekarang jadi anak basket? Keren deh, biasanya anak basket itu banyak yang naksir."

"Enggak juga, aku termasuk anak basket yang nolep alias bukan yang paling populer di tim aku."

"Ah masa sih? Pasti sering latihan basket, kan?"

"Gak sering-sering banget sih, apalagi sekarang musim hujan. Lapangan basket di sekolahku outdoor, jadi kalau hujan gak bisa latihan sama sekali. Jadi bingung deh. Mana mau tanding antar sekolah lagi."

"Sabar ya, Dhin. Pasti nanti ada solusinya kok biar tim kamu bisa nyiapin diri buat pertandingan."

"Aamiin deh, Kak. Eh maksudnya Teh. Duh, sorry."

"Hehe. Bukannya apa-apa sih, aku cuma ada pengalaman buruk kalau denger panggilan 'Kak'. Tapi santai aja sih."

Andhin menyunggingkan senyum dan mengangguk. "Iya, iya."

"Eh, Dhin. Kamu suka hang out atau nonton acara musik, gak?"

"Jarang sih, Teh. Emang kenapa?"

"Aku punya band lokal. Belum terlalu terkenal sih, baru manggung ke kafe-kafe dan acara musik kota aja. Namanya Bridge Band."

"Teteh jadi posisi vokalis atau instrumen apa?"

"Aku di posisi gitaris. Hari sabtu nanti band aku manggung di kafe JackStar. Kamu datang ya, ajak aja temen kamu atau pacar kamu yang kemaren itu."

Andhin tersenyum seraya menggelengkan kepala, "Pacar? Haha ... itu cuma temen aku kok, kita temen sekelas."

"Ooh gitu, datang aja ya? Masalah pesen makanannya nanti gak usah dipikirin. Aku kasih voucer diskonnya. Bentar ya ..."

Dara beranjak pergi mengambil sesuatu yang ada di dalam ruko bengkel lantai dua dan kembali dengan membawa dua lembar voucer diskon makanan.

"Ini ambil aja voucernya. Nanti Sabtu, datang aja jam 7 malem. Band aku udah ada di sana kok."

"Makasih Kak, eh maksudnya Teh, hehe. Nanti aku ajak temen aku deh buat barengan nonton di sana. Eh iya, aku gak bisa lama-lama di sini, mau bantuin mama bikin kue."

"Kamu pulang sendirian?"

"Iya."

"Yaudah aku anterin ya?"

"Gak usah Teh, aku pulang sendiri aja."

"Ayo bareng aja. Sekalian pengen lihat rumah kamu yang baru."

Dengan vespa matik-nya, Dara mengantarkan gadis remaja itu ke tempat di mana ia tinggal. Tiba di berlantai dua tak jauh dari jalan raya, ternyata rumah yang ditempati Andhin bersama keluarganya terlihat semakin layak. Ia cukup senang melihat keadaan ekonominya yang semakin baik.

***

Dalam pencahayaan lampu temaram di kamar, Andhin duduk terpaku di depan layar ponsel sembari melihat-lihat baris daftar kontak nomor yang tersimpan. Terlihat ia bersiap untuk mengetikkan sebuah pesansi kepada kontak Nita dan Marsha---teman satu kelas yang duduk di depan bangkunya.

Namun seketika pikirannya berubah ketika membayangkan 3 orang gadis di atas satu sepeda motor yang sedang berkendara di jalan raya atau lebih dikenal dengan istilah cabe-cabean. Ia mengurungkan niat untuk mengirim pesan kepada kedua dua kawannya. Terus mencari hingga tertuju pada salah satu nama kontak tersimpan di memori ponsel. Langsung saja ia mengirimkan pesan pada Pandu.

Pandu

Pandu, sekarang lagi sibuk gak?|
19.20

|Enggak juga dhin, emang ada apa?
19.26

Aku mau nanya, kalo sabtu malem nanti kamu ada waktu enggak? |
19.27

|Ada, emang kenapa dhin?
19.27

Aku ada undangan acara temenku di| Kafe JackStar, kamu bisa anterin aku gak? Masalah pesen makanannya gak usah khawatir aku punya voucer makan buat dua orang
19.28

Betapa terkejut bercampur dengan hati yang berdebar ketika Pandu mendapatkan ajakan pertama dari gadis idamannya. Tak disangka kalau Andhinlah yang terlebih dahulu mengajaknya untuk pergi bersama atau bisa dibilang berkencan.

|Bisa dhin, bisa. Jam berapa nanti mau berangkatnya?
19.28

Jam 7 malem, nanti anterin aku ya du| Aku butuh temen buat pergi bareng kesana
19.29

|Siap dhin, nanti aku jemput ke rumah kamu langsung sabtu jam 7 nanti ya
19.29

-------

Setelah mengakhiri percakapan teks, Pandu kegirangan sendirian di kamarnya seraya meneriakkan sebuah kalimat. "Yeaaahhh..... Akhirnya bisa nge-date, yes yes!"

***

Kedua sejoli yang masih berstatus teman berkendara menyusuri jalanan yang cukup ramai pada malam minggu. Kelap-kelip lampu neon dari tempat-tempat bisnis kian mewarnai suasana malam di kota yang terkenal dengan julukan Kota Kembang itu.

"Du, nanti di perempatan itu belok kanan ya," Andhin menjelaskan rute sesuai dengan peta digital di ponselnya.

"Itu bukan kafenya?" Pandu memelankan laju sepeda motor.

"Iya itu, Kafe Jackstar."

Terlihat dari jauh sebuah Kafe yang tidak terlalu besar, namun tidak terlalu kecil untuk ukuran Kafe yang biasa menampilkan pertunjukan Live Music. Terdengar dari luar suara alunan alat musik yang dimainkan sebuah band yang sedang tampil. Mereka berdua memasuki Kafe tersebut setelah Pandu memarkirkan sepeda motor.

"Naah itu dia band-nya Nadi."

Wajah Pandu mengerut heran mendengar nama yang masih asing, "Nadi siapa?"

"Itu loh, Kak Dara."

"Ooh temen kamu yang di bengkel itu. Sebenernya namanya siapa sih? Dara atau Nadi?"

"Dulu aku manggilnya Kak Dara, tapi dia sekarang pengen dipanggil Nadi,"

"Oh ... Yaa terserah deh," Pandu mencoba melepaskan pikirannya sendiri.

Mereka berdua memilih salah satu meja yang ada sembari menikmati penampilan Live Music yang sedang ditampilkan oleh sebuah band bernama Bridge. Andhin mencoba menyapa Nadi dari jauh dengan melambaikan tangan seraya tersenyum ke arah perempuan yang sedang memainkan gitar. Sapaan itu pun dibalas Nadi dengan senyumannya.

Next Chapter 🔽

About D ( Her Secret ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang