[ quatre ]

105 14 27
                                    

BREATH


" In this universe, I choose to stay with you."
__________ • __________

(ok, ini penting! kalau kalian ada yang merasa setiap chapter susunan kalimatnya berantakan, tolong apabila sebelumnya ff ini pernah kalian add di library sebagai "sombre", maka boleh kalian keluarkan dulu dari library dan di add ulang sebagai "breath" that's it, thank you!)


(warning : there will be an implicit mature content)

Percakapan terakhirnya dengan Joong menyisakan tanda tanya. Tidur akan membawanya selangkah lebih dekat pada kematian, katanya. Memang tidur itu bagaikan mati, namun bedanya kau masih dapat bernafas dan bangun dikemudian hari.

Tanda tanya yang entah kapan akan ia dapatkan jawabannya.

Mengingat bahwa keduanya belum begitu mengenal satu sama lain, mendorong Joong untuk lebih sering berkomunikasi dengan Nai. Pembicaraan dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana hingga pertanyaan yang berhasil membuat ia tak habis pikir, seperti, mengenai apa yang akan Nai lakukan bila besok adalah hari terakhirnya, atau bila esok adalah Hari Akhir makanan apa yang akan ia santap.

Tidak mudah untuk Nai membalas pesan semacam itu yang pada akhirnya membuat percakapan terhenti tanpa balasan dari dirinya. Entah mungkin Joong menyadari bahwa Nai tidak nyaman dengan pertanyaannya, ia segera mengirimkan pesan berikutnya. Menjelaskan bahwa itu hanyalah sekedar gurauan belaka, yang sebenarnya tak dapat dikatan gurauan belaka, pikir Nai.

Selain melalui pesan dan terkadang melalui sambungan telepon mereka berkomunikasi, Joong mulai memberanikan diri melangkah lebih berani dari hari-hari sebelumnya. Tanpa sepengetahuan si mungil ia pergi menuju tempat Nai tinggal, seorang diri ditengah udara yang semakin menusuk tulang.

Ketika itu Nai dalam perjalanannya kembali dari minimarket dekat apartemennya, namun tiba-tiba ia mendapati Joong tengah menunggunya di pintu luar lobby. Menyadari bahwa Nai tengah berdiri 3 meter darinya, sebuah senyum seketika muncul di wajah rupawannya.

Malam itu untuk pertama kalinya Nai memperkenalkan Joong pada Milan dan Manon. Selama ini hanya sekedar foto yang Nai tunjukan pada Milan ketika pria it menanyakan kabar dari seseorang yang pernah mengantarkannya pulang tempo lalu.

Keempatnya berakhir di kursi meja makan dengan secangkir teh dan kopi panas digenggaman masing-masing, "Jadi, sudah berapa lama sebenarnya kalian mengenal satu sama lain?" Milan yang pertama memecah keheningan. Baik Joong dan Nai hanya saling tatap.

"Milan kau ingat saat itu Sander memintaku untuk datang ke sebuah pameran? Disana kami pertama kali bertemu, maksudku disana pertama kalinya aku bertemu dengan Joong." jelasnya.

Kini giliran Milan dan Manon yang saling tatap seakan-akan mereka berdua tengah berbicara lewat bahasa mata?

Nai kemudian memperhatikan gelagat aneh dari Milan dan Manon, maka setelah menghabiskan tehnya dengan nada suara meyakinkan lelaki mungil itu mengatakan pada dua teman baiknya bahwa dia dan Joong hanya sebatas teman, yang tanpa dia duga segera Milan balas, "Kau tak akan tau bagaimana takdir semudah itu membolak-balikkan perasaan seseorang, Nai."

Tak mau mendengar lebih banyak kalimat seperti itu keluar dari Milan – tak ingin suasana canggung untuk Joong lebih tepatnya –, ia memilih untuk membawa Joong kedalam kamarnya. Lebih aman pikirnya, tetapi itu adalah salah karena kini ia tengah menjadikan perkataan Milan menjadi kenyataan.

Joong hanya berdiri dekat pintu yang telah ia tutup sementara Nai duduk diatas ranjangnya. Pria tinggi itu nampak ragu untuk melangkah lebih dalam kedalam kamar milik si mungil berwajah manis, "Joong?" ia memanggil, hanya dibalas tatapan dalam dari Joong.

[ BREATH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang