Aku terbangun dari tidurku yang membuatku memimpikan Septian.
Sial.
Sangat terasa nyata berhadapam dengan Septian dan makan bersama di restoran cepat saji tersebut.
Aku mengusap kasar wajah ku lalu bangkit dari kasur menuju kamar mandi.
***
"Fem, antar ini ke ruang GS ya" Pak Patrick menyodorkan beberapa lembar kertas padaku.
Aku pun beranjak dari tempat duduk ku menuju pintu ruangan logistik. Belum sempat aku memegang gagang nya, pintu tersebut sudah terlebih dahulu di buka oleh seseorang. Septian.
Seperti biasa, ia tersenyum ke arah ku dan memberi jalan sembari menahan pintu tersebut agar tetap terbuka dengan tatapan yang seolah berkata ladies first.
Aku melewatinya dengan jantung yang berdetak lebih cepat daripada sebelumnya lalu berjalan menuju ruang GS.
"Permisi pak, ini dari pak Patrick" ujar ku sembari memberi lembaran kertas tadi.
"Oke makasih" ia menerimanya.
Saat hendak kembali aku melihat Lea sedang disibukan dengan mesin fotocopy dihadapannya.
"Lea" aku menghampirinya. "Makan siang bareng ya" ujarku berhubung sekarang sudah hampir menunjukkan jam 12 siang.
"Oke Fem" setelahnya aku kembali keruang logistik.
***
Sudah waktunya makan siang, aku pun membawa makanan ku menuju ruang GS dimana Lea berada.
"Yuk makan di tempat biasa"
"Yuk"
"Kalian kemana?" tanya laki - laki begitu kami hendak keluar dari ruang GS. Yang ku kenal bernama Pak Henrik.
"Makan disini aja rame - rame" lanjutnya lagi.
Lea memandangku seakan meminta persetujuan. Aku menatap keseluruh ruangan dan mendapati semua orang menatap ke arah kami.
Karna tidak enak untuk menolak akupun menyetujuinya dengan canggung.
Saat aku baru saja duduk, aku mendapati Septian yang baru keluar dari ruang kepala departemen GS lalu duduk disampingku.
Ku ulangi.
Disampingku.
Jantungku sudah berdetak tak karuan dan tanpa kusadari, aku menahan napasku.
Aku sangat grogi saat ini.
Kukira jika makan bersama Septian tidak akan secanggung ini seperti dimimpi ku semalam. Kenapa sekarang aku justru bergetar.
Sial.
"Nama kamu siapa?" tanya salah satu laki laki dihadapanku yang bernama Pak Gio.
"Femma" jawabku.
"Sekelas sama Lea, Ma?" tanya nya lagi.
"Kayak manggil siapa gitu" goda Pak Nick
"Mama" ujar Septian sembari tersenyum.
Sebentar, bukan nya dimimpi ku Septian juga mengatakan hal yang sama?
"Iya sekelas sama Lea"
"Rebus mie, Van" Septian beranjak dari tempat duduknya yang disusul oleh Mas Vano.
"Lea punya pacar ga disekolahnya?" Pak Henrik bertanya padaku yang membuatku menoleh untuk melihat Lea.
"Ga ada, pak" jawabku pelan.
"Tau ga siapa pacarnya? Itu tadi yang pergi sama Septian" lanjut Pak Henrik.
Yang penting bukan Septian, Pak
Tak lama kemudian Septian dan Mas Vano kembali membawa dua cup mie.
"Nah ini" Pak Henrik menunjuk Mas Vano membuat laki laki itu menatapnya heran. Aku hanya tertawa melihatnya kebingungan.
Lea memang terlihat salah tingkah.
"Ooh ini" ujarku memanasi.
"Kenapa pak?" Mas vano bertanya membuat kami semua tertawa dengan kebingungannya.
"Udah kenal semua orang yang disini gak, Ma?" tanya Pak Gio.
"Udah pak" jawabku.
"Masa? Ini siapa?" ia bertanya lagi sembari menunjuk laki laki yang duduk disampingnya.
"Pak Nick"
"Kalo yang disamping kamu?" aku menoleh kesampingku. Dan mendapati Septian yang juga menoleh kearahku.
"Pak Septian" jawabku pelan.
"Kok Pak" Septian protes
"Kok Pak, terus apa sep?" tanya Pak Gio.
"Om"
Oke, dia mencoba bercanda.
Harus ketawa ga?
"Jangan pak lah, Septian masih muda" jawab Pak Gio. "kayak Vano, masih muda kan?" lanjutnya lagi.
"Emang umur Septian berapa?" Pak Henrik bertanya.
"Ga usah ditanyalah pak" Septian menjawab pelan sembari terkekeh.
Padahal aku penasaran.
Makan siang berlanjut dengan obrolan - obrolan kecil. Makan siang bersama. Dan kesempatan untuk lebih dekat dengan Septian.
***
Pakabs?
Akhirnya update.
Daritadi siang bolak balik ke chapter sebelumnya buat ngingat alur cerita 😭
Lama banget ga update sampe lupa sama cerita sendiri
Anyway, minal aidzin para readers ku!
Selamat hari raya idul fitri bagi yang merayakan.Dan juga, semoga pandemi ini cepat berakhir ya, supaya bisa balik kaya dulu lagi.
See u on next chapter!
[taun depan]
KAMU SEDANG MEMBACA
Septian
RomantikTidak berakhir dan mengukir cerita bersamamu membuatku ingin menyalahkan takdir. Kenapa kita tidak dipersatukan saja? Kurasa kita dipertemukan untuk tidak saling menyakiti. Kita dipertemukan untuk tidak saling memiliki. Kamu akan selalu menjadi pe...