Prolog

15 3 0
                                    

"Gendis berangkat ma," cewek berparas cantik dengan rambut cokelat yang diikat satu itu menyalimi seorang perempuan yang ia sebut mama.

"Hati-hati ya sayang," ibu dua anak itu mengecup puncak kepala anak bungsunya.

"Iya ma," Gendis berjalan keluar menuju garasi rumahnya.

"DOR!" teriak seseorang dari balik pagar garasi, membuat Gendis terpelonjak kaget.

"Astagfirullah mama ada jurig!" teriak Gendis kalap. Lalu memukul keras kepala abangnya yang iseng mengagetkannya.

"Kurang kerjaan lu bang?!" sewotnya Gendis.

"Haha, berangkat bareng gua aja yuk, sekali kali gitu lu pamerin abang ganteng lu ke temen SMA lu," ujar Galang, anak pertama dari keluarga mereka. Kakaknya Gendis.

"Ah males, udah biasa sendiri gue."

"Enak juga naik mobil gua Dis, kaga panas."

"Enak naik motor lah, cepet ga macet."

"Susah ah ngomong ama lu," Galang meemberenggut kesal karena Gendis tidak mau diajak berangkat bareng.

"Bodo, lagian tumben-tumbenan lu mau nganterin gue," Gendis menjawab sambil berjalan melewati abangnya menuju motor biru kesayangannya.

Gendis membawa motor itu keluar garasi, lalu menyalakannya.

"Dadah Galang!"

Gendis melaju dengan kecepatan sedang, bel masuk sekolahnya masih berbunyi 20 menitan lagi, itu sudah lebih dari cukup untuk Gendis sampai di sekolah tepat waktu.

✨✨✨

"Inget loh

Mortal WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang