Matanya mengerjap perlahan ketika merasakan sebuah tangan besar tengah mengusap perutnya hingga merasakan sengatan kecil di tubuhnya dan juga sedikit merasa geli.
Semula cahaya yang tiba-tiba menyerang indra penglihatannya kini mulai terbiasa dan bergerak gelisah untuk menyesuaikan dengan keadaan ruangan besar yang begitu terang karena cahaya matahari yang masuk.
Matanya menangkap satu orang yang sangat ia kenali tengah tersenyum juga kearahnya. Mata yang semula berat berubah menyipit bersamaan dengan sudut bibir yang ikut tertarik hingga mengukir sebuah senyuman.
"Pagi."
Jihoon mengangguk untuk membalas sapaan dari lelaki yang sekarang juga tengah mengukir senyumnya sehingga membuat mata yang sebelumnya minimalis sekarang hanya tinggal segaris sehingga kedua sudut mata itu membentuk angka jarum jam pukul sepuluh lewat sepuluh.
Dengan sedikit lenguhan yang keluar dari mulut Jihoon saat sebuah benda kenyal menyapa perutnya hingga kembali membuat sengatan kecil di tubuh Jihoon.
"Selamat pagi juga baby Kwon."
Jihoon menunduk menatap wajah suaminya yang sekarang berada tepat di depan perut buncit miliknya, berisi sebuah bayi hasil dari rasa cinta mereka berdua kemudian mengelus surai suaminya yang sepekat malam itu dengan lembut.
Tidak ada yang lebih bahagia lagi di saat semua perjuangannya bersama suaminya untuk bisa menjadi keluarga kecil yang bahagia ini menjadi kenyataan.
Ia tidak menyangka semua ini akan terjadi. Bahkan ini baru bulan ke sembilan pernikahan mereka tetapi sudah di berkahi sebuah janin yang semakin lama semakin membesar hingga sekarang sudah menginjak bulan ke tujuh. Jihoon benar-benar bersyukur.
Apalagi mempunyai suami sebaik dan pengertian seperti Soonyoung.
Soonyoung yang selalu sabar mengurusnya, selalu sabar dengan sikap galak dan cueknya. Selalu mengerti dengan sikap berbeda dan tiba-tiba Jihoon. Bahkan sekali pun Jihoon marah tetapi Soonyoung dengan sigap membuatnya kembali tenang dan kembali merasa nyaman dalam dekapannya.
Tidak pernah dalam benak Jihoon terpikirkan akan berakhir bersama lelaki menyebalkan dan ke kanak-kanakan Soonyoung. Itu pemikiran Jihoon dulu.
Memang kenyataannya Soonyoung yang dulu dan Soonyoung yang sekarang sudah menjabat menjadi suami sahnya dan ayah biologis dari bayi yang ada di dalam kandungannya ini memiliki berbedaan sifat yang sangat drastis.
Soonyoung yang dulu selalu manja, sering merengek, selalu membuatnya kesal, selalu menganggunya, selalu berbuat usil dan selalu membuatnya tertawa dengan segala tingkah konyolnya berubah semenjak menikah. Soonyoung yang sekarang lebih dewasa meskipun sesekali merengek meminta haknya dan sesekali juga masih membuatnya kesal karena telah menganggu kegiatannya.
Tetapi meskipun begitu sikap Soonyoung yang berubah menjadi lebih dewasa itu sudah menjadi hal wajar karena sebentar lagi lelaki bermata sipit dan bermarga Kwon itu tidak lama lagi akan mempunyai buah hati.
Jihoon akan selalu beruntung mempunyai Soonyoung.
Soonyoung yang merasakan elusan lembut di kepalanya mendongak menatap Jihoon yang tersenyum hangat kepadanya.
"Kenapa kau tidak menbangunkan ku?"
Soonyoung tersenyum dan segera membantu Jihoon duduk bersandar pada kepala kasur kemudian ia menempatkan dirinya duduk tepat di hadapan Jihoon.
Senyuman terukir di wajah Soonyoung dan genggaman tangan lembut membawa hawa hangat yang menjalar di tubuh Jihoon. Soonyoung mendekatkan wajahnya kemudian memiringkan kepalanya hingga bibir plum merah itu menyentuh bibir kecil dan lembut milik Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will be Okay (SoonHoon Oneshoot)
FanfictionKwon Soonyoung menyanyangi apapun yang menjadi miliknya. Terutama istrinya, Kwon Jihoon. "Percaya padaku semua akan baik-baik saja." Selalu dan seperti itu yang Soonyoung ucapkan untuk sang istri yang tengah mengandung anaknya. Jihoon percaya, seja...