"Ada urusan masa depan yg harus Ano urusin__" Arya Vexelano Pradipta
***
"Ano pulang" ujarnya. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, ia ingin langsung cepat cepat berbaring di ranjangnya yg superduper empuk.
"Bunn.. Ano pulang" panggilnya, namun tak ada jawaban. "Bunda udah tidur ya?"
Arya dengan cepat menuju kamar Eline -Bundanya. Ia membuka pintu kamar yg berwarna putih itu.
"Bun.." panggilnya lagi, namun tetap tak ada jawaban. "Bun. Temenin Ano makan malam yuk"
Bunda pasti capek banget. Tidurnya sampe nyenyak gitu.
Arya menghampiri bundanya. Ia berjongkok, agar ia dapat sejajar dengan wajah wanita paling berarti di dalam hidupnya ini.
Arya mengelus tangan bundanya. Lalu beralih untuk menciumnya. Bundanya sangat berarti dalam hidupnya. Satu satunya orang yg ia miliki saat ini.
Arya tersadar. Ia mengamati setiap urutan nafas bundanya, ia mengecek tekanan denyut nadi.
Lemah sekali.
"Bun.. bunda" panggilnya, panik. "Bunda, bunda gak papa?"
Tak ada respon. Dengan langkah gesit ia membawa bundanya ke mobil. Untuk menuju Rumah Sakit terdekat. Ia berkendara dengan kecepatan di atas rata rata.
"Sus. Bantu bunda saya sus!" ucap Arya, panik.
Dengan langkah cepat tim medis membawa Eline ke UGD. Ranjang roda Rumah Sakit di dorong dengan kecepatan maksimum. Pertanda pasien darurat. Arya mengiringi ranjang bundanya dengan ikut berlari.
"Bun.. bunda" panggilnya, bilik mata Arya berkaca kaca. Pikirannya kacau balau. Yg terpenting baginya sekarang ialah wanita hebat yg berhasil membuatnya meneteskan air mata ini.
Arya berhenti berlari ketika sudah sampai di pintu UGD. Ia berusaha tenang. Bundanya pasti baik baik saja. Pasti!
***
Billa melihat Arya yg sedang duduk di kursi rumah sakit. Terlihat sedang kacau sekali. Arya menundukkan kepalanya dan membiarkan telapak tangannya menutupi seluruh wajahnya.
"Arya.." panggil Lina, sambil berlari panik. Di susul juga oleh Yovan dan Billa. "Gimana keadaan bunda kamu? Udah ada kabar dari dokter?"
Arya mengangkat kepalanya, matanya terlihat bengkak sekarang.
"Belum, tante" jawabnya, seadanya. Billa ikut duduk di sebelah Arya. Billa melihat sorot mata Arya. Seolah Billa mengerti bahwa kini Arya tengah cemas. Sangat cemas.
Baru saja Billa ingin mengusap punggung yg tengah rapuh ini. Namun kalah cepat, kini Arya sedang berdiri.
Mungkin Arya marah sama gue
"Keluarga Nyonya Eline Pradipta"
"Saya sendiri Dok. Bagaimana keadaan bunda saya?" tanya Arya, tak mau tenang.
"Siapa yg siap untuk ikut saya ke ruangan?" pinta Dokter itu. "Saya Dok" jawab Arya cepat.
"Dokter sebaiknya saya ikut" ucap Lina, khawatir. "Arya ini masih remaja Dok, masih perlu bimbingan. Lebih baik saya mendampingi Arya"
"Baik" ujar Dokter wanita itu seraya mengangguk.
Arya dan Lina -bundanya Billa membuntuti wanita dengan jas Dokter di depannya ini. Mereka menuju ruangan Dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gabriella - [Hiatus]
Novela JuvenilIni asal dari mula sebuah hubungan pertemanan. Entah takdir atau cobaan persahabatan. Mereka harus terjerumus di dalam perasaan yg membuat mereka bingung untuk jujur satu sama lain. Selama gue masih mencintai lo. Sekuat itu gue bakal tahan perih lu...