Garalline 12

945 49 33
                                    


Happy reading's...

"AKKKKHHHH..."

"Eeaaaakkk... Eeaaaakkk..."

Sunyi senyap seketika. Jerit nyaring dan suara tangis bayi itu sukses mengejutkan saat terdengar semakin nyata.

Membuat tiga penumpang yang tersisa, kompak merapatkan badannya sambil menghela nafas dengan tajam.

Rasa ngeri terpancar jelas dari netra-netra yang mulai mengitar saling bertanya. Pasalnya sejauh apapun mata mereka memandang, tak ada satu pun bangunan yang berkonotasi rumah terlihat diluar sana. Bahkan bisa dibilang, jika saat ini mereka sedang berada tepat ditengah area perkebunan, yang hanya diapit oleh seramnya tinggi pepohonan.

Siapa yang tidak akan bergidik coba?

Glekkk

Sementara si juru kemudi Gara, terus berjalan menjauh ke arah yang bersilangan. Sejenak ia menghentikan langkahnya untuk lebih mencermati padang terbuka yang masih belum terlihat dimana pangkal ujungnya. Hingga suara itu kembali terdengar memekakkan telinga.

"Eeaakkk... Eeaaakkk.."

Sejenak menegakkan tubuhnya, Gara serentak berlari menuju sebuah pohon berbatang paling besar. Entah beringin atau apa, tapi yang pasti suara itu bermuara dari sana.

Bermodal nekad walau dengan pikiran yang bercabang. Karena tak ada jaminan juga suara yang didengarnya berasal dari makhluk yang nyata. Tapi Gara tetap meneruskan lajunya demi menuntaskan rasa penasaran.

Hingga saat jaraknya tersisa beberapa langkah saja, Gara mendadak mempercepat tempo larinya. Instingnya yang kuat memaksanya untuk bergerak terlebih dahulu ketimbang banyak berpikir dan menyesal kemudian.

Dengan refleks ia melompat. Melayang menghalau sekelebat cahaya, yang memantul dari sinar tunggal sang purnama.

Akkkhhhh...

Bugh

"Eeaakk.. Eeaakkkk..."

Suara tangis bayi kembali berderai. Menyamarkan suara jerit nyaring dan debuk keras jatuhnya seseorang.

Sedetik jeda, masih belum ada yang menyadari apa gerangan yang terjadi. Sampai tubuh si pria yang sempat melayangkan benda tajamnya tadi, terhempas jatuh dan menabrak tubuh rekan lainnya di belakang.

"ANJING!!!" Maki pria tersebut berang. Tubuhnya beringsut bangun perlahan, dengan mata yang menatap nyalang.

"SAHA MANEH??!!" Raungnya penuh amarah.

Gara berjongkok sejenak, untuk memastikan keselamatan orang yang nyaris menjadi korban. Dan kembali berdiri saat mendengar pertanyaan yang begitu kasar tersebut menggelegar.

"Ckkk.." decaknya santai sambil mengibaskan kotoran dari lutut celana.

"EH SI ANJING!!" Merasa diremehkan, preman berlogat Sunda tersebut maju kembali mengacungkan senjata.

Namun dengan mudah Gara berhasil menghindar, lalu menangkis dan balas mendaratkan pukulan. Hingga lawannya itu lagi-lagi tersungkur ke belakang, dengan wajah duluan dan hidung yang mengucurkan darah.

"SETAN!!"

Melihat itu, ketiga rekannya langsung menghambur secara bersamaan. Baku hantam pun tak bisa lagi terelakkan.

Suara pukulan, erangan dan makian terdengar bercampur semakin seru dengan suara tangis bayi, ibunya serta jerit heboh para wanita.

Gara mendesah sesaat. Melihat Ralline, Nadine dan Dini terpontang panting berlari hendak menyusul ketempatnya.

GarallineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang