55. Hamil (?)

1.7K 121 27
                                    

Hal terakhir yang kau ajarkan kepadaku
Bahwa beberapa kebahagiaan tidaklah abadi

~ Lemon by Kenshi Yonezu ~

*
*
*

Ketika efek euforia senggama berakhir, kenyataan memukul telak Ambrosio. Ia membuka mata dari tidurnya dengan perasaan gamang. Langit-langit kamar seolah akan runtuh menimpanya. Rasa manis yang disuguhkan kepadanya sepanjang malam membuatnya semakin tergila-gila pada istrinya sendiri dan sungguh bodoh jika ia harus menempatkan pernikahan mereka di ujung tanduk. 

Kamar temaram diterangi cahaya mentari pagi dari luar yang tertahan dinding kertas. Ia menoleh pada Sisilia yang masih terlelap di sampingnya. Wanita itu bergelung di balik selimut yang tak seberapa menutupi tubuh polos mereka. Peraduan berantakan seperti kandang binatang. Penampilan Sisilia pun turut berantakan seperti wanita hutan yang hidup di alam bebas. Rambut acak-acakan, tubuh penuh memar bekas gigitan dan kecupan akibat bergumul dengan sang raja hutan.

Ambrosio telah melahap setiap jengkal tubuhnya. Namun ia masih menatap wanita itu dengan kelaparan. Mata kelamnya tak beranjak dari bibir ranum Sisilia. Jemarinya perlahan menyusuri celah lembut dan hangat  di bawah pusar Sisilia. Ia menyusupkan jari tengahnya dan menyentuh berlapis-lapis kenikmatan yang membuat dirinya selalu ingin berada di sana.

Sisilia menggeliat sembari mengerang lemah dan merapatkan pahanya menjepit pergelangan tangan kokoh pria itu. "Sisilia!" bisik Ambrosio karena melihatnya masih terpejam. "Ummh?" sahut Sisilia malas. "Bagaimana matamu? Apa sudah mendingan?" tanya Ambrosio lembut karena birahi.

"Kau menanyakan mataku, tetapi jarimu main-main di bawah sana," gumam Sisilia manja tanpa membuka matanya. Pipinya bersemu karena tubuh menghangat. Selangkangannya basah karena sentuhan laki-laki itu. Ambrosio terkekeh dekat telinganya. "Aku ingin masuk lagi, sayang," ucapnya.

Sisilia melirik sekilas lalu terpejam lagi. Pandangannya masih kabur, berarti dia tak bisa pergi ke luar rumah apalagi bekerja di laboratorium. Sisilia tersenyum sambil membenamkan wajahnya ke selimut. Pinggulnya meliuk menungging dan dia melirih pada Ambrosio. "Apa aku pernah menghentikanmu?" 

Ambrosio menyibak selimut di tubuh mereka dan berlutut di belakang pantat Sisilia. Ia memegang kepala juniornya dan meletakkannya di muara kelamin wanitanya. Jarinya masih membelai-belai lapisan pembawa kenikmatan itu, membuka pintu dan menyebarkan cairan pelicin jalan masuk batang lelaki miliknya. Pinggul Ambrosio mendorong juniornya masuk. Otot gluteal di pantatnya berkontraksi gerakan maju mundur dengan kecepatan yang konstan.  Tubuh keduanya bergetar hebat, siap meruntuhkan sambungan sendi-sendi tulang mereka. Ambrosio menyusuri tulang belakang Sisilia dengan telapak tangannya yang kasar. Wanita itu mendesah nyaring dan kepala terdongak sementara dadanya sejajar dengan futon yang kusut.  "Oh, Amano-san ...," desah Sisilia sambil mencengkeram kain futon lalu menggigitnya untuk meredam lenguhan yang serupa kesakitan. Dia sudah meletus di dalam sana dan bersiap menerima ledakan lelakinya. 

Pinggul perkasa itu memacu tunggangannya secepat mungkin. "Uuugh!" Ambrosio mendesah berat. Batang miliknya mengencang lalu menyemburkan cairan kental menembak ke puncak rahim. Setelahnya pun Ambrosio masih bergerak tetapi perlahan. Ia ingin memastikan cairan miliknya menyatu di dalam sana, membuahi bakal keturunan mereka berdua. Rahim Sisilia tak sanggup menampung cairan itu hingga banyak yang meleleh keluar dari lubangnya. Hangat menjalar di pahanya.

Sisilia melirik ke selangkangannya dan samar melihat kilauan cairan itu diterpa cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela ram ventilasi. Dia tertawa geli melihat siluet paha mereka yang berdempetan saat menungging, seperti kubah dengan pilar-pilar yang kokoh. Ambrosio menggeram pelan dan menjatuhkan diri, menindihnya di futon. "Ouh, sayang, kenapa kau tidak melepaskanku juga?" tanya Sisilia jengah. "Aku 'kan sudah bilang padamu ingin seperti ini selamanya," jawab Ambrosio.

Play In Deception 2: Camouflage (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang