:: Sekuel - B : Penghargaan ::

991 130 2
                                    

Taeyong berdiri di depan cermin, merapikan dasi. Tak peduli apa yang ia lakukan, benda itu tetap saja tidak tampak benar. Sang penyelamat datang tepat waktu sebagaimana biasa. Jaehyun muncul di belakangnya, membantu mengeratkan dasi dan menenangkannya perlahan-lahan. Taeyong kontan membalik badan menghadapnya. "Kau tampak luar biasa."

Jaehyun mengenakan jas bergaris-garis halus dengan kemeja putih. Tanpa dasi. Sangat Jaehyun.

"Begitu pula denganmu." Suara bak madu pemuda itu tetap memberi efek yang sama di telinga Taeyong, bahkan setelah hidup bersama selama lebih dari satu tahun.

Taeyong tampak bersih dan rapi dalam balutan jas hitam, kemeja hitam, dan dasi abu-abu. Jaehyun kemudian mendekatkan wajah ke arah Taeyong dan mereka berciuman, saling mencecap rasa sebelum akhirnya duduk dalam sebuah ruangan yang dikelilingi beragam orang asing. Mereka berbagi momen dengan sedikit berani, lalu mencapai lift, dan turun menuju parkiran bawah tanah. Si sopir mengantar mereka menuju studio tempat acara diselenggarakan.

Kendaraan berhenti dan Taeyong serta Jaehyun keluar di depan kerumunan penggemar yang histeris. Taeyong masih bersifat agak tertutup, terutama dibandingkan dengan artis lain, dan kehadiran yang sangat jarang di acara penghargaan membuat penggemar di seluruh negeri heboh. Sebagaimana satu tahun sebelumnya, ia menggandeng lengan Jaehyunㅡrakit penyelamat di tengah lautan teriakan orang-orang asingㅡdan dengan kekuatan pemuda itu yang tersalur padanya, ia melambai dan tersenyum pada para penggemar.

Di dalam, mereka duduk di sebuah meja bundar dan berbincang bersama artis-artis lain serta tokoh perindustrian musik yang juga turut hadir di sana. Jaehyun menyesap segelas anggur sedang Taeyong membawa sebotol air. Ia tidak mau mabuk di malam besar tersebut. Sama sekali. Sebenarnya, Taeyong tidak terlalu menyukai ini, tetapi keharusan hadir demi memberikan kehormatan pada perusahaan yang sudah membuatnya jadi lebih baik selama bertahun-tahun sudah menjadi kewajiban. Ditambah, ia juga punya kejutan untuk Jaehyun. Memberi kejutan sudah menjadi hobi, terlebih bila untuk pemuda itu. Kali ini, kejutannya besar.

Mereka duduk dan mengikuti acara pembukaan yang membosankan, mendengar pidato demi pidato dari beragam selebriti ketika menerima penghargaan. Akhirnya, saat yang mewajibkan mereka datang pun tiba. Pembawa acara mengumumkan seorang selebriti terkenal tahun ini yang memberi bantuan amal dengan sangat luar biasa. Foto besar Taeyong terpampang dalam layar. Si pembawa acara mengumumkan daftar statistik paruh waktu pertama dari Lee Foundation for Victims of Childhood Trauma. Menjelaskan bahwa yayasan tersebut bekerja dengan mengirimkan konselor untuk menangani masalah bagi anak korban kecelakaan mobil, sekolah, serta situasi kekerasan dalam rumah tangga. Klinik gratis disediakan pula sebagai tempat rujukan pengobatan. Taeyong dipanggil menaiki panggung untuk menerima penghargaan tersebut. Lelaki itu ingin sekali Jaehyun ikut, tetapi kini ia harus melangkah sendiri.

Taeyong berhenti di tengah panggung dan mengatur suara. "Terima kasih untuk penghargaan ini. Kalian semua sudah tahu bahwa aku adalah korban dari trauma masa kecil yang parah. Hal ini meninggalkan dampak besar, memengaruhi kehidupanku sehari-hari, dan menjadi masalah konstan yang selalu menghantui setiap kegiatanku. Sadar bahwa aku sekarang sudah bisa membuat sebuah perubahan; aku tidak bisa melihat dan diam saja membiarkan anak-anak lain mendapat trauma sepertiku.

"Namun penghargaan ini sebenarnya bukan untukku. Penghargaan ini untuk pasangan terbaikku, Jaehyun, yang merupakan kepala di balik yayasanku. Apabila Jaehyun bukan dokter dan ahli terapi yang luar biasa, maka yayasan ini tidak akan bisa sukses dalam waktu singkat. Dia telah menyelamatkan hidupku, dan sekarang dia berada di sisiku selalu; membantu menyelamatkan kehidupan orang lain. Jaehyun, penghargaan ini untukmu!"

Taeyong meninggalkan panggung dengan tepukan tangan meriah dari audiens. Ia kembali menuju meja di mana Jaehyun menatapnya sambil merona.

"Bocah nakal licik. Kau berjanji tidak akan menyebut namaku," desis pemuda itu, benar-benar merasa malu, tetapi juga bangga. Yayasan itu berarti segalanya untuknya, setelah Taeyong, tentu saja. Ia mampu meraih apa yang dianggap tidak mungkin ketika ia memutuskan untuk menjadi seorang psikiater. Pemuda itu menolong banyak anak setiap hari dan tahu sebagaimana berartinya hal ini bagi Taeyong.

Emosi menyenangkan kemudian terbentuk di manik Taeyong. "Aku punya kejutan untukmu," ia berbisik, nyaris tidak bisa menahan diri. Ia sangat suka kejutan.

Si pembawa acara mengumumkan bahwa akan ada penampilan spesial dari TY. Jaehyun sontak memandang lelaki itu dengan terkejut. Taeyong telah menyembuyikan rahasia ini dengan baik. Ketika si lelaki cacat beranjak dari kursi dan akan melangkah ke belakang panggung, ia meminta Jaehyun untuk ikut.

"Aku membutuhkanmu," ujarnya.

:::

Jaehyun sontak dibawa pada waktu di mana TY pertama kali membuka penampilan panggung. Hari di mana lelaki itu duduk di bawah satu sorotan cahaya, dan meluapkan emosi gamblang tentang hubungan cinta mereka yang masih baru dan rentan.

Jaehyun berdiri di satu titik sama seperti setahun lalu, memikirkan segala hal yang telah berhasil mereka lewati. Seberapa banyak Taeyong berubah dan seberapa banyak ia juga berubah. Seberapa jauh mereka tumbuh dan seberapa kuat mereka sekarang. Bersama mereka tak terhentikan. Bersama mereka mampu meraih segalanya. Ia bersandar di sisi tembok dalam kegelapan sembari menunggu Taeyong muncul di atas panggung.

Napas Jaehyun tertahan di dada ketika seluruh audiens berubah hening dan di atas panggung, sebuah cahaya menyoroti satu titik. Taeyong duduk di bawah cahaya itu, ditopang sebuah bangku. Tak lagi rapuh, tetapi kuat, indah, dan bebas. Lelaki itu masih memakai jasnya. Rambut hitam tampak natural dan wajahnya berseri-seri. Kemudian, lagu pun dimulai.

Like a toy thrown away in the corner
When I'm nowhere
I look at your heart that pulled on my hand
Following the courage that shines the most

So we can live in this world together
People greet me
Together from the start

If we're together, we can do it
We can endure and overcome
Together with you and me
If we're together, we can fill it up
We can embrace everything

Finally happy end

Air mata haru mengaliri pipi Jaehyun. Itu adalah lagu mereka. Lagu yang pertama kali ia dengar setahun lalu di titik ini; cerita tentang kisah cinta mereka. Ia berdiri memuja sambil menatap Taeyong yang menyampaikan segala rasa. Kali ini, orang-orang akan tahu bahwa itu adalah lagu mereka. Taeyong merasa kuat, tak lagi rentan. Merasa bahagia.

Panggung berubah gelap dan lelaki itu segera berlari ke luar menuju tangan Jaehyun. Si pemuda mendekapnya erat. "Kerja bagus, baby bird. Tadi sangat indah." Suara lembutnya penuh akan keharuan.

Taeyong membenamkan wajah ke dada Jaehyun, tempat di mana ia merasa benar-benar aman. Akhirnya, ia melepas pelukan dan menatap wajah pemuda itu. "Ingatkah kau bahwa di sini adalah tempat di mana kita pertama kali berciuman?" tanyanya.

Jaehyun tertawa. "Bagaimana bisa aku lupa?" Ia mendekat dan menekan bibir pada Taeyong. Lidahnya mencari jalan masuk, merasakan bibir manis sang kekasih. Mereka menyatu dalam ciuman panjang, melupakan tempat mereka tengah berada, seiring dengan dunia yang berhenti dan hanya dua orang inilah yang terpenting.

Taeyong kehabisan napas, lantas melepas ciuman. Ia kemudian merogoh saku, mencari sesuatu.

"Apa yang kau cari, Sayang?" Jaehyun bertanya dan ia sontak menyadari apa yang terjadi ketika Taeyong tiba-tiba berlutut di hadapannya.

"Jae, aku tahu kita sudah punya cincin, tapi aku tetap ingin membuat hubungan ini resmi. Aku mencintaimu, Jae. Kalau kau tidak datang ke kehidupanku, entah akan jadi apa aku sekarang. Aku mungkin saja tidak bertahan. Tetap rusak. Namun hari di mana aku meloncat keluar dari mobil dan kau menyelamatkanku, adalah pertama kalinya aku mulai berusaha untuk terus hidup. Aku mencintaimu, Jaehyun, dan ingin menikahimu. Aku tahu kita tidak bisa menikah di sini tapi kita akan temukan tempat yang bisa menerima dengan legal. Kumohon katakan iya."

Taeyong dengan gugup menyodorkan kotak cincin ke hadapan si pemuda. Terdapat cincin perak dengan batu permata mungil di sana.

"Ya. Tentu saja iya." Jaehyun menarik Taeyong berdiri dan membawanya dalam dekapan. "Iya seribu kali!" Ia membenamkan wajah ke jas mahal Taeyong, bersamaan dengan air mata yang jatuh dan membasahi jas tersebut.

Tiga hari kemudian, Taeyong pulang setelah mengunjungi perusahaan.

"Jaehyun, sebaiknya dokter yang sedang kau latih untuk menggantikanmu itu suruh cepat-cepat bersiap, karena tur Amerika sudah ditentukan."

Jaehyun tersenyum lebar padanya. "Aku akan menelepon Ibu dan menyuruhnya membuat paspor."[]

[✔] Cure [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang