0.9

1K 91 7
                                    

tap

"hai, kenapa kerumah?" Arvean memegang pundak Felix yang sedang berada di depan pagar rumahnya dengan kedua tangannya dan memutarnya hingga pria mungil didepannya itu berbalik menghadapnya.

Felix terkejut, tapi setelah mengetahui Arvean yang berada di hadapannya dia kembali tenang.

tapi, ini aneh Arvean menatapnya cukup lama, oh dan jangan lupa dengan tatapan yang sangat intens sehingga Felix merasa sedikit gugup.

jarak dirinya dengan Arvean terlalu dekat.

"e-engh v-vean kedeketan" Felix memegang tangan Arvean hendak melepaskan tangan itu dari pundaknya.

tetapi Arvean malah menarik pundak Felix sehingga pria dihadapannya itu jatuh di pelukan Arvean.

"gw gapeduli lo kesini ada urusan apa tapi nanti ya? biarin gini dulu"

Felix mematung, Arvean memeluknya dengan hangat. Felix merasa nyaman dengan pelukan ini.

"Vean lagi ada masalah ya?" Felix bertanya setelah dirasa lama mereka berada diposisi yang sama, sambil membalas pelukan Arvean.

"gausa bales pelukan gw klo gamau, yang penting lo disini" Arvean mengabaikan pertanyaan Felix.

tetapi Felix malah mengeratkan pelukannya.
"mau kok, anget" balas Felix.

Arvean tersenyum, tak terlihat oleh Felix. kemudian beralih menatap wajahnya sebentar.

"lo kenapa manis banget sih lix?" Arvean berkata sambil melepaskan pelukan mereka.

"v-vean ihh" Felix mempout-kan bibirnya.

"bibirnya jangan mencucu gitu kalo ga mau gw cium" Arvean mendekatkan dirinya secara tiba2 lalu mengusap pelan bibir bawah Felix dengan ibu jarinya.

"tapi besok-besok boleh cium ya lix-AKH" Felix mencubit keras pinggang Arvean.

makin dibiarin makin engas Arvean ini.

"MODUS TERUS DARI TADI IH" Felix meninggikan suaranya. wajahnya memerah, bukan marah. Felix malu, BANGET. lagian siapa juga yang ga malu kalo diginiin tiba2?

"iya aduh lix maaf, lo kalo malu ngomong aja sih gausah nyubit juga sakit banget ini" Arvean mengaduh kesakitan, cubitan Felix ga main-main.

"siapa suruh mesum banget Veannya, e-em beneran sakit?" suara Felix melembut, dia merasa bersalah.

"ga kok, oiya mau minjem buku ya?"

"iya, Felix gamau kerumah vean tadinya tapi Felix chat sama telfon terus gabisa, yaudah nanya alamat Vean ke bramasta aja" Felix menjelaskan dengan ekspresi kesalnya.

entah mengapa saat Felix mengucapkan nama bramasta, Arvean berubah ekspresi menjadi em? cemburu? kesal?

"iya maaf, gw tadi keluar ga bawa hp. tapi gw mau minta satu hal dulu lix"

"kalo minta cium Felix gamau" Felix melipatkan kedua tangannya di badannya.

Arvean tersenyum simpul
"kalo kita lagi berdua gini, jangan nyebut nama Bramasta lagi di hadapan gw" Arvean menggantungkan kalimatnya "dan kalo lo ngelanggar gw cium"

Felix hanya terdiam mencerna apa yang baru saja Arvean katakan padanya.

"gw anggap lo diem gini sebagai jawaban 'iya'. bentar, gw ambil dulu bukunya lo tunggu sini"
Arvean bergegas masuk kerumahnya.

"maksudnya apa sih?" Felix bergumam sendiri.

mobil yang Felix kenal tiba-tiba datang, Felix sudah dijemput oleh sopirnya. dia berjalan ke arah mobilnya hendak memberi tahu untuk menunggu Arvean yang sedang mengambilkan buku untuknya.

"bentar pak, masih nunggu temen hehe"

"oh itu temennya adek?" bapak sopir itu menunjuk Arvean yang baru saja keluar dari pagar rumahnya.

oh iya, Felix memang dipanggil adek oleh seluruh keluarga terdekatnya, jadi jangan heran.

"ganteng juga loh, cocok sama adek Felixnya" ucap bapak sopir itu sambil tertawa.

"engga pak, cuman temen kok" Felix malu, ia langsung saja menghampiri Arvean yang sudah membawakan beberapa buku yang ingin dipinjam.

"udah dijemput? nih bukunya, langsung pulang aja udah malem. hati-hati ya" Arvean memberi beberapa bukunya ke Felix.

"iyaa makasih vean" Felix tersenyum manis

"yang gw minta tadi jangan lupa" Arvean mengacak-acak rambut Felix kemudian menarik Felix mengantarkan ke arah mobilnya.

membukakan pintu mobil belakang dan menyuruh Felix masuk kemudian kembali menutup pintu itu.

"malam, hati-hati nyetirnya pak. saya nitip jodoh saya dibelakang" Arvean beralih ke sopir Felix, menunduk sopan.

"siap mas, duluan" balas pak sopir itu kemudian langsung melajukan mobilnya.

"maaf banget, tapi gw gabakal bisa berhenti ngejar lo lix" Arvean tersenyum melihat mobil Felix yang sudah pergi dari hadapannya dan kembali masuk ke dalam rumah.

-SILENT-

heyyo stay safe kaliaan jangan pada keluyuran udah, baca wp aja nyantuy dikamar oke? maaf slowup banyak tugas woi😭. habis baca jangan lupa voment nya sayang2ku


silent | chanlix Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang