"Rin!" Panggil raka yang seketika membuat reyhan menghentikan aktivitas menggelitiki arin.
Tatapannya sinis memandang raka. "Ayo pulang!" Ucap raka to the point.
"Eh,lu udah nungguin dari tadi ya kak?maaf ya kak gue tadi di hukum dulu sama pengurus perpus gegara si babi itu. Lea tadi gak bilang ke lu ya kak?" Tanya arin tanpa merasa suasana di sekitarnya yang mulai panas.
"Lea bilang kok sama gue. Tapi gue gak mungkin kan ninggalin bidadari cantik sama malaikat pencabut nyawa kek dia" ucap raka sambil memandang reyhan sinis.
"Malaikat pencabut nyawa yah? gimana kalok gue cabut nyawa lo sekarang!" Balas reyhan dengan sarkastik.
"Tunggu tunggu ini lo berdua pada ngapain sih?" Lerai arin yang mulai merasa bahwa keadaan terasa janggal.
"Rin lo pulang bareng gue." Final reyhan sambil terus memandang raka sinis.
"Apa lo?! Ga bisa gitu dong. Gue yang bawa dia berangkat dan gue juga yang bawa dia pulang!" Protes raka.
"Mendingan bidadari pulang sama malaikat pencabut nyawa dari pada sama malaikat penjaga neraka. Ntar yang ada bidadari cantik gue ini di siksa" balas reyhan sambil tersenyum sinis.
Sedangkan arin? Ia hanya melongo sambil menatap bingung kedua orang yang sedang...memperebutkan dirinya?
Tiba tiba tangannya di tarik paksa oleh reyhan."eh eh lu mau bawa gua kemana woy?" Teriak arin.
"Pulang lah!" Jawab reyhan singkat .
" itu raka gimana?"
"Biarin aja"
Namun belum bungkam mulut reyhan,tangan arin yang menggantung lepas dengan mudahnya di tarik oleh raka.
"Ga bisa pokok nya arin pulang bareng gue!" Bentak reyhan."Lo siapanya hah?" Balas reyhan,santai.
Sontak raka kicep. Namun ia tak mungkin membiarkan arin pulang bersama reyhan. Ia tak rela.
"Lo juga siapanya?" Tanya raka balik.
"Kalok gue pacarnya lo mau apa?" Balas reyhan.
Lalu arin? Ia masih melongo sambil sesekali meringis menahan perih di kedua tangannya.
Ketika kedua orang itu lengah arin menghempaskan tangannya hingga pegangan mereka lepas.
"Gue gak tau ya apa masalah hidup lo berdua tapi dengan hormat gue minta jangan pernah bawa bawa gue!!" Ucap arin yang juga mulai tersulut emosinya. Lantas ia melangkahkan kakinya pergi dari kedua orang itu.
Beberapa langkah. Lantas ia berhenti.
" satu lagi,gue ga mau pulang bareng malaikat maut atau pun penjaga neraka. Jadi mendingan lo bedua pulang sekarang." Ucap arin.***
"Sebenernya masalah idup mereka apaan sih?! Gue baru berapa hari kenal mereka aja udah kek gini gimana kalok seminggu sebulan setahun? Mau jadi apa gue? Gorengan warung belakang?" Rutuk arin sambil berjalan menuju halte.
Sudah setengah jam tapi tetap tidak ada kendaraan yang bisa membawa nya pulang.
"Angkot ga lewat lewat mau pesen ojek hp lowbat di tambah ini langit gelap banget,dan jangan lupa gue abis di masukin ke dalam masalah hidup orang asing" rutuk arin lagi. Mau tidak mau ia harus berjalan kaki menuju rumahnya yang notabenenya lumayan jauh.
Rintik hujan perlahan mulai jatuh dari langit. Arin yang terlanjur basah pun hujan hujannan sekalian.
"Bodo amat ah mau sakit ya biarin,itung itung besok ga perlu ketemu tu curut kembar" ucap arin pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arindra
Teen FictionKamu bukan Aku. Jadi, jangan pura pura paham bagaimana lukaku.