20. Feel You

3.3K 346 96
                                    

⚠️ Chapter ini sedikit mature! Sedikit kok nggak banyak🤭 tapi tetep aja yang masih dibawah umur mending skip aja!







_____________

Hari ini kebetulan hari Minggu, Arina dan Devano masih betah bergumul di balik selimut. Cahaya matahari masuk melalui celah-celah gorden pun tidak membuat kedua manusia itu terganggu. Hingga dering ponsel mengalun membuat mereka berdua terusik.

Devano meraba keberadaan ponselnya di atas nakas, setelah dapat, tanpa membaca si penelpon Devano langsung mengangkat panggilan tersebut. Arina juga ikut duduk di samping suaminya meskipun matanya masih berat.

"Halo." ucap Devano dengan suara paraunya. Saat tidak mendapat balasan dari lawan bicaranya, Devano  melihat siapa gerangan yang menelfonnya, tapi lelaki itu hanya menemukan deretan nomor yang asing baginya.

"Halo, ini siapa?" ucapnya sekali lagi sebelum akhirnya ia mematikan ponselnya kesal.

"Siapa Dev?" suaminya hanya mengendikkan bahunya acuh.

"Tidak tau, mungkin salah sambung." Arina mengangguk kemudian ia bangkit dan menguncir rambutnya asal.

"Hei kau mau ke mana?" Devano segera menarik tangan Arina hingga gadis itu kembali duduk di sebelahnya.

"Aku ingin mandi dulu, ini sudah jam sembilan." saat Devano lengah, Arina melepas cekalan pada tangannya dan berlari ke kamar mandi. Devano mencoba mengejarnya tapi tidak bisa.

"Yak Arina! jangan kunci pintunya, aku juga ingin mandi Arina!!" Devano berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi yang sialnya sudah di kunci oleh Arina.

"Tunggu sebentar ya, suamiku." balasnya dari dalam, Devano juga mendengar suara cekikikan, sudah di pastikan Arina saat ini tengah menertawakan dirinya. Terpaksa Devano kembali ke atas ranjang menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

Tak lama kemudian Arina keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membalut tubuhnya. Sekilas ia melirik gunungan selimut yang sudah dipastikan itu adalah Devano.

Astaga dia kembali tidur

Arina mendekat dan menarik selimut yang menutupi tubuh Devano membuat lelaki itu membuka matanya. Dan pandangan pertama yang ia lihat adalah Arina berdiri di depannya dengan hanya menggunakan balutan handuk ditambah rambutnya yang basah. Gadis ini ingin menyerahkan diri pada singa yang kelaparan sepertinya.

Devano menarik Arina ke dalam pangkuannya. Gadis itu terkejut dengan tindakan suaminya yang tiba-tiba, ia memegang kuat handuknya takut jika lepas sewaktu-waktu. Karena ia duduk di pangkuan Devano, handuknya jadi sedikit tersingkap membuat dalaman yang dipakainya sedikit terlihat.

"Bukankah ini sudah lebih dari tiga hari?" bisik Devano dengan suara beratnya. Tubuh Arina menegang saat menyadari jika dirinya sudah tidak dalam masa merahnya. Apa Devano akan melakukannya sekarang, kata itu terus ada di benak Arina.

"A-aku...." ucapan Arina kembali terhenti saat dengan tiba-tiba Devano mengusap pahanya.

"Kenapa, hmm?" Arina menggigit bibirnya berusaha untuk tidak mengeluarkan suara aneh.

"Dev, aku ingin ganti baju. I-ini sangat dingin." Devano menyeringai. Ia menurunkan handuk Arina perlahan, tinggal lah ia hanya memakai dalamannya saja. Perlahan Devano membuat tubuh Arina berada di bawah kukungannya. 

"Aku ingin melakukannya sekarang." tanpa menunggu persetujuan Arina, lelaki itu langsung menciumi leher sang istri. Arina menggeliat sambil berusaha menghentikan aksi Devano.

"Dev, tunggu dulu." dan berhasil, Devano berhenti sejenak menatap Arina dengan mengangkat salah satu alisnya.

"Kau belum mandi kan, bagaimana jika itumu kotor? bukankah sebaiknya kau membersihkan diri terlebih dahulu?" ucapnya ragu. Devano terkekeh sebentar sebelum ia mengecup kening Arina.

Mr. Corald [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang