Jam telah menunjukkan pukul tiga sore. Khanza sudah berada di tempat parkir. Ia sedang mengeluarkan motornya dengan tergesa-gesa, dan hendak melajukannya menuju rumah Haikal, teman Reza untuk menjemput Reza.
"Khanza!"
Sebuah suara membuat Khanza mengurungkan niatnya untuk melajukan motornya.
"Kak Brian? Ada apa, kak?" tanya Khanza kepada seseorang yang memanggil namanya, yang tak lain adalah Brian.
"Kenapa kau terlihat tergesa-gesa seperti itu?" tanya Brian.
"Aku harus segera menjemput adikku dari rumah temannya kak," jawab Khanza jujur.
"Ah, baiklah. Ngomong-ngomong, apakah besok jam istirahat kau ada waktu?" tanya Brian.
"Untuk apa kak?"
"Uhmm, aku ingin mengajakmu untuk belajar Bahasa Inggris bersama di taman sekolah. Siapa tahu kita bisa saling bertukar pikiran," ujar Brian sedikit canggung.
"InshaAllah ya kak," jawab Khanza sembari tersenyum kecil.
"Iya. Ya sudah, hati-hati pulangnya," ujar Brian sambil tersenyum.
Khanza hanya mengangguk, kemudian melajukan motornya menuju rumah Haikal.
Sesampainya disana, Khanza langsung berterimakasih kepada Haikal dan orang tuanya yang telah mengizinkan Reza untuk berada disana selama Khanza sekolah. Orang tua Haikal pun tersenyum dan berkata bahwa mereka dengan senang hati melakukannya.
*****
Saat ini Khanza dan Reza telah berdiri didepan pintu rumah mereka. Khanza menatap pintu rumah dengan sendu. Ia masih ingat dengan kejadian yang membuatnya sangat sedih dan emosi. Dengan berat, Khanza membuka pintu rumahnya perlahan. Reza hanya mengikuti Khanza dari belakang tanpa berkata apapun.
"Assalamu'alaikum," ucap Khanza dan Reza bersamaan.
"Wa'alaikumsalam," jawab ayah dan ibu mereka.
"Akhirnya kalian pulang juga. Ayah dan ibu sangat menghawatirkan kalian," ucap ayah Khanza.
"Kami tahu bahwa kami salah. Kami sedang berusaha memperbaikinya. Ibu mohon, kalian jangan seperti itu lagi," timpal ibu Khanza.
"Syukurlah kalau ayah dan ibu sudah sadar akan hal itu. Jangan sampai hal serupa kembali terjadi, atau aku dan Reza tidak akan pulang ke rumah sama sekali," ancam Khanza dengan raut muka yang dingin. Suaranya pun terdengar dingin, namun sangat menunjukkan bahwa ia bersungguh-sungguh dengan kata-katanya.
Khanza pun segera menggandeng Reza untuk memasuki kamarnya tanpa mempedulikan apa yang sedang dipikirkan oleh ayah dan ibu mereka.
"Reza, jika kau melihat ayah dan ibu bertengkar lagi, tolong bilang pada kakak. Kau jangan takut, kakak akan selalu melindungimu. Kau juga tanggung jawab kakak," pinta Khanza.
"Iya, kak," jawab Reza dengan muka polosnya.
Kemudian Khanza berjalan menuju kamarnya sendiri. Ia merebahkan tubuhnya dengan seragam yang masih melekat ditubuhnya. Khanza membuka Hp-nya dan melihat bahwa Mustafa telah membalas pesannya sejak satu jam yang lalu.
"It's no problem, Khanza. Apakah aku boleh tahu masalahmu apa?" tanya Mustafa.
"Ah, bukan masalah besar, dan masalahnya juga sudah selesai," balas Khanza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Bawah Langit Turki
Romansa[TELAH TERBIT] Khanza Fatimah.. Seorang gadis yang memiliki mimpi besar. Ia ingin melanjutkan pendidikannya di sebuah negara yang terletak di antara dua benua, yaitu Turki. Khanza adalah seorang gadis yang awalnya hanya berfokus pada impiannya saja...